Informasi

Makna Saput Poleng di Bali

Saput poleng adalah selembar kain bercorak kotak-kotak dengan warna putih dan hitam seperti papan catur dan sebagai simbol masyarakat Hindu di Bali digunakan oleh para pecalang (perangkat keamanan),  patung penjaga pintu gerbang,  dililitkan pada kul-kul atau kentongan,  dikenakan oleh balian atau pengobat tradisional,  dihiaskan pada tokoh-tokoh ithiasa (Merdah, Tualen / Semar, Hanoman, dan Bima),  dikenakan […]

Memaknai penggunaan tumpeng dalam hubungannya dengan Agama dan Ketuhanan yaitu dapat dijabarkan sebagai berikut : Bentuk tumpeng yang berupa kerucut dan mempunyai satu titik pusat pada puncaknya dipercaya melambangkan Gunung Mahameru yang merupakan konsep alam semesta dan berasal dari agama Hindu dan Buddha. Asal muasal bentuk tumpeng ini ada dalam mitologi Hindu, di epos Mahabarata. […]

Tirtha (tirta) adalah air suci atau holy water melalui mantra weda yang mampu menumbuhkan perasaan dan atau pikiran suci dari kekotoran fisik dan spiritual, sehingga merupakan simbolis pembersihan Tri Pramana (bayu, sabda, dan idep). Dengan pengasepan sampai disucikan dengan mantra-mantra tertentu oleh para sulinggih sehingga proses ngarga tirtha yang dihasilkan betul-betul amatlah suci. Tirta juga disebutkan […]

Mewinten atau pawintenan adalah upacara yadnya pewintenan yaitu pembersihan diri secara lahir batin : Secara lahir, diri dibersihkan atau dimandikan dengan air yang telah disatukan dengan berbagai aneka bunga/kembang; Sedangkan secara batin, memohon kepada Hyang Widhi Tuhan (Yang Maha Esa) agar dapat diberikan penyucian diri, tuntunan dan bimbingan dalam mempelajari ilmu pengetahuan yang bersifat suci […]

Ngelungah adalah upacara atiwa – tiwa bagi anak-anak yang berumur di atas tiga bulan dan belum tanggal giginya, bila meninggal dunia maka diaben dengan upacara ngaben Ngelungah ini. Kalau bagi anak yang belum berumur tiga bulan, bila meninggal almarhumhanya dikubur saja. Namun, anak yang berumur diatas tiga bulan dan sudah tanggal giginya almarhum diaben seperti orang dewasa […]

Tapak dara atau sering juga disebut Tampak dara atau Tatorek, merupakan simbol umum yang digunakan dibali, dimana simbol sederhana dari swastika yang digambarkan dengan tanda tambah, biasanya ditulis dengan media bahan kapur mentah atau dalam bahasa bali disebut “Pamor” (limestone) sehingga warnanya menjadi putih. Tapak Dara merupakan simbol penyatuan dwalitas kehidupan (Rwabhineda). Lambang saling menyilang ini […]

Penunggun Karang dalam Sastra Dresta disebut Sedahan Karang (di perumahan) untuk membedakan dengan Sedahan Sawah (di sawah) dan Sedahan Abian (di kebun/ tegalan/ abian). Untuk Bali, melindungi senyawa rumah, isi dan penghuni sebuah rumah adalah tugas besar yang tidak dapat ditangani secara efektif oleh dinding dan gerbang saja, terutama ketika berhadapan dengan gangguan mistis. Untuk […]

Penempatan bangunan suci di kiri-kanan Kori Agung atau Candi Kurung di Pura Penataran Agung Besakih memiliki arti yang mahapenting dan utama dalam sistem pemujaan Hindu di Besakih. Karena dalam konsep Siwa Paksa, Tuhan dipuja dalam sebutan Parama Siwa, Sada Siwa dan Siwa sebagai jiwa agung alam semesta. Sebutan itu pun bersumber dari Omkara Mantra. Apa […]

Sering kita lihat bahwa di Bali banyak bertebaran cetik (racun gaib). Ketika ada orang yang tidak senang pada orang lain, biasanya orang bali menggunakan cetik. Biasanya cetik identik dengan makanan. Dalam makanan itu telah di pasang cetik yang ramuannya telah di peroleh dari balian (dukun) atau bisa juga dengan mengolah sendiri bahan-bahannya. Ketika orang yang […]

Riwayat genta menurut legenda, diawali dari suara keroncongan sapi di pegunungan Himalaya, India. Suara keroncongan sapi tersebut diyakini mampu mengantarkan permohonan para penggembala kepada para Dewa, terutama pada saat sapi sedang menggeleng-gelengkan kepalanya. Adanya kepercayaan bahwa suara keroncongan sapi ini mampu menghubungkan permohonan pengangon kepada para Dewa, maka  keroncongan sapi itu lalu disucikan dan diberi […]