Sejarah Bhatara Guru Di Pura Puncak Mundi Nusa Penida

Pura Puncak Mundi terdiri dari tiga paleban pura yaitu Pura Beji tempat persembahyangan pertama, disusul Pura Krangkeng dan Pura Puncak Mundi yang merupakan stana Ida Bhatara Lingsir.

Bendesa Pangempon Pura Puncak Mundi, I Wayan Sukla mengatakan, pangempon Pura Puncak Mundi terdiri dari 504 kepala keluarga yang tersebar di sebelas banjar adat. Di antaranya Banjar Baledan Duur, Banjar Baledan Beten, Banjar Klumpu Kauh, Banjar Klumpu Kangin, Banjar Angas, Banjar Mentaki, Banjar Rata, Banjar Tiagan, Banjar Bila, Banjar Cubang dan Banjar Iseh.

Dihimpun dari berbagai sumber, Wayan Sukla menceritakan, keberadaan pura-pura di Pulau Nusa Penida, diilhami dari kisah pertemuan antara Bhatara Guru dan Dewi Uma. Dari pertemuan itu, lahirlah seorang putra yang diberi nama Bhatara Kumara. Namun, kelahiran Bhatara Kumara ternyata juga menjadi awal perpecahan antara Bhatara Guru dan Dewi Uma. Soalnya, Bhatara Kumara lebih senang diasuh ayahnya, dan hanya sesekali menghampiri ibunya ketika ingin disusui.

Karena kesal, Dewi Uma menganiaya Bhatara Kumara saat menyusui. Saking marahnya, kedua bola matanya memerah dan taringnya juga keluar. Bhatara Kumara pun dibanting sampai kepalanya pecah dan darahnya diminum Dewi Uma. Ternyata, perlakuan itu diketahui Bhatara Guru. Menyaksikan perilaku sang istri seperti kala, Bhatara Guru pun marah. Beliau mengutuk Dewi Uma agar menjelma ke dunia menjadi manusia.

“Selama menjalani kutukan, Dewi Uma diceritakan sempat tiba di tengah hutan. Di tempat sunyi itu, ada sebatang pohon beringin tinggi besar. Di sanalah beliau menangis, air susunya merembes keluar sampai ke tanah. Di tempat itu kemudian tumbuh pohon pisang raja (gedangsaba). Itulah sebabnya pisang tersebut sangat baik untuk makanan bayi,” katanya.

Setelah lama menyesali perbuatannya, timbul keinginan beliau untuk membangun keraton yang tidak berbeda dengan swargaloka. Dewi Uma membangun sebuah asrama di puncak Bukit Mundi dan mendapat gelar Bhatari Rohini. Di asrama itulah, Bhatari Rohini melaksanakan yoga samadhi.

Singkatnya, Bhatara Guru juga tidak tahan mengasuh putranya sendirian. Sebab, Bhatara Kumara terus meminta disusui ibunya. Bhatara Kumara lantas didudukkan di plangkiran untuk menjaga para bayi. Seketika, Bhatara Guru kembali teringat dengan Dewi Uma yang sebelumnya dikutuk dan kini berstana di puncak Bukit Mundi. Bhatara Guru akhirnya memutuskan juga turun ke dunia pada tahun saka 50, tepatnya ke tempat Dewi Uma melaksanakan yoga samadhi di puncak Bukit Mundi. Bhatara Guru menjelma menjadi seorang dukuh atau pandita (rohaniwan) bernama Dukuh Jumpungan dan bertemu dengan Dewi Uma. Daerah ini kemudian diberi nama Nusa Panida, yang berasal dari arti Manusa Pandhita.

Demikian juga Dewi Uma kemudian menjelma menjadi seorang wanita yang bernama Ni Puri sebagai istri Dukuh Jumpungan di dunia dan menetap di Gunung Kila, Pucak Bukit Mundi. Pangempon Pura Puncak Mundi menyebut keduanya dengan nama Ida Bhatara Lingsir. Sesuai waktu yang terus berlalu tibalah saatnya tahun Saka 90, istri Dukuh Jumpungan melahirkan seorang putra bernama I Merja. Keturunan dari I Merja inilah yang diyakini menjadi awal sejarah terbentuknya kesekian pura yang ada di Nusa Penida, yang di awali dengan didirikannya Pura Puncak Mundi.

Sukla menambahkan, pujawali di Pura Puncak Mundi dilaksanakan setiap enam bulan, setiap Budha Umanis Prangbakat. Dudonan piodalan akan diawali dengan sangkepan dan matur piuning pada Anggara Kliwon Wuku Tambir. Kemudian ngemargiang pecaruan, nedunang sesuunan sepisanan ngaturang pengias pada Anggara Kliwon Wuku Prangbakat. Selajutnya, Ida Bhatara katur masucian ke Pura Beji lan ngaturang piodalan pada Budha Umanis Wuku Prangbakat. Setelah piodalan, selanjutnya ngaturang penganyar pada Wrespati Paing Wuku Prangbakat sampai Sukra Pon Wuku Prangbakat

Pura Puncak Mundi merupakan pura penataran Agung dengan bagian-bagiannya (jaba sisi,jaba tengah, dan jeroan). Bila para umat Hindu yang hendak sembahyang / tirta yatra ke Nusa Penida urutan tangkilnya persembahyangan di Pura Puncak Mundi yang pertama kali sebelum ke pura Dalem Peed. Di Pura Puncak Mundi bersthana Ida Bhatara Lingsir, yang mana pura yang satu ini terdiri dari tiga pura pelebahan (pura Beji, pura Krangkeng, dan Pura Puncak Mundi). Pura Beji merupakan tempat persembahyangan pertama sebelum ke pura-pura yang lain, misalnya pura Krangkeng dan Pura Puncak Mundi, lanjut ke Pura Dalem Peed. Di desa Batu Kandik lokasi pura Penataran Agung Puncak Mundi, setiap 210 hari sekali (sesuai pawukon Hindu Bali) piodalan/petoyan di Pura Puncak Mundi yakni pada : Rabu/Buda Umanis Perangbakat. |sumber