Seseorang pindah agama umumnya disebabkan suatu perkawinan. Mereka memandang bahwa perkawinan itu terjadi karena jodoh. Cara pandang mereka ini sangat keliru dan sangat berbahaya bagi generasi Hindu. Mereka seolah olah berlindung di bawah keagungan brahman padahal mereka itu tidak mempercayai Brahman. kalau memang setiap perkawinan itu karena jodoh, mengapa tidak ada orang eskimo dari kutub kawin dengan orang bali. mengapa tidak ada gadis uganda yang berkulit hitam pekat kawin dengan bujang ganteng dari bali.
Tidak ada mantra mata seloka dalam kitab suci weda yang mencantumkan tentang perkawinan karena jodoh. Brahman hanya mewahyukan hukum untuk dijadikan pegangan hidup umatnya. mana yang boleh dan mana yang tidak boleh dilakukan tinggal kita yang melakoninya. Segala sesuatu yang kita lakukan dalam hidup di dunia maya ini tergantung dari kita. jadi nasi itu kita lah yang menentukannya. mau bernasib baik atau bernasib buruk tergantung dari diri kita.
Perkawinan biasanya diawali dengan adanya interaksi di antara mereka dengan cara saling mengenal nya satu sama lain dilanjutkan dengan berteman kemudian diteruskan ke masalah cinta. Dibenak mereka tidak pernah terpikir bahwa di antara mereka terjadi perbedaan agama pokoknya cinta dulu mengenai urusan agama belakangan.orang hindu yang melakukan cara seperti ini biasanya berasal dari keluarga yang tidak menempatkan agama adalah segalanya “way of life” dalam hidup ini.
Dalam keadaan sudah terlanjur cinta ditambah lagi adanya desakan dari keluarganya maka orang yang mempunyai lemah mental dan lemah keyakinan akhirnya meninggalkan agamanya. ditambah lagi dengan alasan lain yaitu adanya undang undang perkawinan menyatakan pasangan pengantin tidak boleh berlainan agama. dari sinilah pangkalnya orang orang itu pindah agama hindu yang disebabkan lemahnya pemahaman agama hindu sehingga karena cinta saja mereka berani meninggalkan agamanya.
Biasanya jika ada salah satu anggota keluarga pindah agama orang ini berusaha mengajak saudara saudaranya untuk pindah agama. tentu hal ini sangat membahayakan keutuhan keluarga itu pada akhirnya akan mengancam kelangsungan hindu. Ibaratkan naik kapal bila ada salah satu melakukan sabotase mengebor kapal itu, maka lama kelamaan kapal itu akan tenggelam juga. begitu juga mengenai agama sehingga banyak ditemukan dalam suatu keluarga agama yang dianut yang berbeda beda bahkan ada hanya tinggal orang tuanya saja beragama hindu. orang tua seperti ini meninggal dunia atman yang sangat sengsara. kasihan jadinya.
Hukuman atau Akibat bagi yang meninggalkan Hindu Sesuai Weda antara lain :
- Setelah Ajal Tiba Atamannya Tidak akan pernah mencapai alam kebahagiaan, kesempurnaan, dan tujuan tertinggi yaitu moksa.
Kata-kata ini tersurat dalam Bhagavadgita Xvi.23 “Ia yang meninggalkan ajaran-ajaran kitab Suci Veda, ada dibawah pengaruh kama (napsu) tidak akan mencapai kesempurnaan, kebahagiaan dan tujuan tertinggi“.
Mantram ini memberikan tuntunan agar kita jangan meninggalkan kitab suci veda hanya karena menuruti nafsu (kama) maka ybs tidak akan selamat.
Bisa jadi orang yang meninggalkan Hindu di dunia ini dia bahagia, tetapi dapat dipastikan kelak Atmannya akan terseret ke lembah Neraka Dalam Bhagavadgita XVI.19 disebutkan juga : ” Mereka yang kejam membenci Aku, adalah manusia yang paling Hina, yang Aku campakkan tak henti-hentinya penjahat itu ke dalam kandungan raksasa”.
Kalau kita renungkan mantram ini menekankan orang yang pindah agama atau keluar dari agama Hindu sama artinya membenci Brahman, sehingga kelak atmannya patut dicampakkan lembah neraka. Itu akibat perbuatannya sendiri seperti tersirat dalam Atharwa veda II.12.6 ” Perbuatan jahat orang yang berdosa membuat kehidupannya tersiksa”
- Setelah Ajal Tiba Atmannya akan tenggelam ke lembah Neraka.
Dalam Manawa Dharma sastra VI.35 ” Kalau ia telah membayar 3 macam hutangnya (Kepada Brahman, leluhur dan orang tua) hendaknya ia menunjukkan pikiran untuk mencapai kebebasan terakhir. Ia yang mengejar kebebasan terakhir ini tanpa menyelesaikan tiga macam hutannya akan tenggelam ke bawah.
Karena dia sudah meninggalkan agama Hindu berarti dia tidak bisa lagi membayar 3 macam hutangnya (tri Rna) , karena mereka tdk mengakui adanya Tri Rna ini. Sering kita melihat orang yang pindah agama saat orang tuanya meninggal dia memakai pakaian adat, dia melakukan sembahyang Hindu saat orang tuanya di aben, padahal dia sudah bukan hindu.
Keluarga mereka menerima seolah-olah tidak ada beban, demikian pula masyarakat tidak perduli melihat hal tersebut. Kalau dikeluarganya mengerti Hindu tentunya yang pindah agama tersebut tidak akan diperbolehkan menyembah orang tuanya, karena akan menghambat jalannya Atman orang tua menuju alam Leluhur dan alam para Dewa.
- Setelah Ajal Tiba Atmanya tidak akan ketemu jalan menuju Swargaloka.
Dalam Bhagavad gita III.35 ” Lebih baik mengerjakan kewajiban sendiri walaupun tiada sempurna daripada dharmanya orang lain yang dilakukan dengan baik, lebih baik mati dalam tugas sendiri daripada dalam tugas orang lain”.
Kita sebenarnya telah beragama hindu sejak Atman, Roh dan Jiwa diceptakan Brahman, bukan saat kita dilahirkan, karena kita percaya dengan reinkarnasi / samsara punarbhawa. Berarti sejak Brahman menciptakan kita selama itu pulalah kita telah beragama Hindu. Bisa jadi kita atman telah berusia ribuan tahun, berarti karma wasana sudah melekat juga sejak ribuan tahun.
Kalau seseorang beragama Hindu sejak Atman diciptakan Brahman, lalu pindah ke agama lain, maka karma wasana di agama lain tidak ada artinya, karena dikumpulkan dalam waktu singkat kendati pun dilakukan dengan disiplin dan ketat.
Sejak dalam kandungan kita telah beragama Hindu. Nenek moyang kita juga beragama Hindu. Bahkan seluruh umat manusia pada awalnya beragama Hindu seperti disebut dalam bhagawad Gita berikut :
Sribhagawan uwaca
Imam wiwaswaite yogam, proktawan aham awyayam, wiwaswan manawe praha, manur ikswakawe’ brawit. Ewam paramparapraptam, imam rajarsayo widuh, sa kalena ‘ha mahata, yogo nastah parantapa. Sa ewa ‘yam maya te’dya, yogah proktah puratanah, bhakto ‘si me sakha cati, rahasyam hy etad uttamam (BG.1-3)
Artinya;
Sri Bhagawan bersabda
Ajaran abadi ini (weda) Aku turunkan kepada WIWASWAN, wiwaswan mengajarkan kepada MANU dan Manu menerangkan kepada IKSWAKU. Demikian diteruskan turun temurun, para Raja resi mengetahuinya, ajaran ini lenyap di dunia bersamaan dengan berlalunya masa yang amat panjang. Yoga yang tua itu pulalah (weda) yang kuajarkan kepadamu sekarang sebab engkau adalah pengikut dan kawan-Ku, sesungguhnya ini sangat rahasia.
MANU (yang menerima ajaran kitab Weda pertama kali) adalah leluhur umat manusia sehingga seluruh keturunannya disebut MANUSIA. Kitab Weda yang diajarkan kepada beliau-beliau inilah yang kembali diajarkan kepada Umat manusia saat ini.
Seperti dikatakan sendiri oleh beliau dalam Bagawad Gita. XV.15 berikut :” Weda ntakrid wedawid ewa ca ‘ham/ Akulah pencipta weda dan Aku yang mengetahui isi weda. Kitab Weda disebut juga sastrawiddhi atau sastra brahman karena berasal dari Hyang Widdhi/Brahman/Tuhan YME.
Mereka yang mencela dan menyimpangkan kitab Weda, dan tidak mengikuti ajaran Weda adalah orang-orang bodoh yang tidak tahu jalan kebenaran dan kehilangan kesempatan untuk mengetahui kebenaran abadi (BG.III.32)
Sedangkan mereka yang selalu mengikuti ajaran Weda dan selalu melaksanakan perintah-perintah kitab Weda dengan penuh keyakinan dan bebas dari kepentingan duniawi akan dibebaskan dari perputaran karma (dibebaskan dari Hukum Karma dan Reinkarnasi) seperti sabda Sri Krisna dalam Bagawad Gita.III.31 berikut :
Ye me matam idam nityam anustisthanti manawah, sraddhawanto ‘nasuyanto mucyante te’pi karmabhih.
Mereka yang selalu mengikuti ajaran-Ku dengan penuh keyakinan dan bebas dari keterikatan duniawi, mereka juga akan dibebaskan dari belengu karma. (bebas dari kelahiran kembali/Reinkarnasi).
Ananyas cintayanto mam, ye janah paryupasate, tesam nityabhiyuktanam, yogaksemam wahamy aham.(BG.IX.22)
Mereka yang selalu menuja-Ku, merenungkan Aku selalu, kepada mereka Ku bawakan segala apa yang mereka tidak punya dan akan Ku lindungi segala apa yang mereka telah miliki. —sumber