- Segala bentuk perbuatan yang selalu bertentangan dengan susila atau dharma, dan
- Selalu cenderung mengarah kepada kejahatan.
- Dan nantinya setelah kematian, akan mendapatkan hukuman berupa penyiksaan di Kawah Candra Gomuka bagi atma yang semasa hidupnya selalu berbuat asubha karma ini.
Karena semua bentuk perbuatan acubhakarma inilah menyebabkan manusia berdosa dan hidup menderita.
- Tri Mala, perbuatan hina, dusta dan angkuh…..
- Catur Pataka, 4 perbuatan dosa…
- Panca Bahya Tusti, bersifat keduniawian dan kikir…..
- Panca Wiparyaya, selalu berharap…..
- Sad Ripu, bersifat kejam, serakah dan iri hati….
- Sad Atatayi, menjalankan ilmu hitam dan membunuh …..
- Sapta Timira, kegelapan pikiran….
- Dasa Mala, pemarah dan suka menipu. …
- Astadewi, sifat yang membuat manusia terus menerus berada dalam kepapaan.
- Misalnya seperti : memirat, memotoh, judi, memunyah, wegig dll
Melihat keadaan hari ini, seharusnya tidak sulit bagi kita untuk menyimpulkan bahwa inilah waktu dunia sedang mengalami saat Glani Dharma.
Dimana masa kegelapan ketika dosa-dosa dan kejahatan dari segala jenis biasanya berlangsung;
- Ketika manusia meraba-raba untuk menginginkan visi yang jelas.
- Ini adalah saat dimana Tuhan campur tangan dalam urusan manusia.
Perbuatan asubha karma ini merupakan papa atau dosa yang mesti dihindari oleh setiap orang, terutama yang ingin sukses menempuh jalan rohani (Bhagavadgita (XVI.21).
Ia pada mulanya merupakan seorang pemburu binatang yang loba tamak, jahat dari kecil. Tidak pernah berbuat yang baik.
“Suatu hari, dilihatnya si macan sudah siap akan menerkamnya. Suaranya meraung keras,”
Hai kamu manusia jahat, yeng selalu membunuh binatang.Pasrahkan hatimu untuk ku makan.
Sang Pepaka gemetar menangis, Hampir saja ia bisa dimakan, kalau tidak ada si Wenari menolongnya yang selalu melakukan dharma sadhu kebaikan yang berbudi luhur, berpribadi mulia dan berhati suci.
Sehingga di Bali juga melaksanakan upacara nyomia yang bertujuan untuk mengembalikan kekuatanan negatif dari Bhuta Kala yang dibuat dalam wujud Ogoh-ogoh yang kemudian dilanjutkan dengan natab caru pabiakalan sebuah ritual yang bermakna nyomia, untuk mengembalikan sifat-sifat jahat buta kala ke asalnya.