SULUH BALI, Denpasar – Setelah sebelumnya dijelaskan mengenai asal-usul dan susunan dasa aksara, berikut ini susunan Dasa aksara yang berada di dalam tubuh manusia.
Tidak hanya berada di setiap penjuru dunia yang meliputi stana Dewata Nawa Sanga, sepuluh kekuatan aksara yang disebut dengan Dasa aksara ini juga menyatu pada organ-organ tubuh manusia.
Begini susunannya dalam tubuh manusia seperti disebutkan dalam tutur Aji Saraswati yakni Aksara SA pada jantung, timur, warnanya putih aksara BA pada hati, selatan, warnanya merah. Aksara TA pada ginjal, barat, warnanya kuning, Aksara A di utara, pada nyali, warnanya hitamn. Aksara I pada pangkal hati, warnanya mancawarna.
Kemudian lima aksara selanjutnya susunannya sebagai berikut : Aksara Na pada paru-paru warnanya dadu. aksara Ma pada urung-urung gading, barat daya, warnanya jingga. Aksara SI di barat laut, pada limpa, warnanya hijau. aksara WA pada sekat rongga dada (ineban), timur laut, warnanya biru. aksara YA pada puncaknya hati, di tengah, warnanya lima warna.
Sementara untuk posisi tri aksara di dalam tubuh manusia susunanya dijelaskan sebagai berikut: UNG menjadi AH, perwujudan amerta, ANG menjadi ONG Kara Ngadeg, perwujudan api, MANG masuk ke Sunya menjadi Windu, AH menjadi ONG Kara Sungsang bertempat pada tengkorak, Ardhacandranya pada alis, Windunya pada sela-sela alis, Nadanya pada ujung hidung.
ANG menjadi ONG Kara Ngadeg, terletak di dada, Ardhacandranya pada tulang gulu, windunya pada cekung/lekuk pada (pangkal) leher, Nadanya pada lidah. Beginilah kedudukannya di dalam m ONG Kara Bhineda yaitu Ngadeg dan Sungsang. ONG Kara Sungsang perwujudan air: ONG Kara Ngadeg perwujudan api, pembakar seluruh kekotoran yang ada di dalam.
Keberadaan dasa aksara yang ada di dalam tubuh manusia ini kemudian dalam perkembangannya dipelajari secara spritual. Kekuatan dasa aksara inilah kemudian dipelajari sebagai sumber dari ilmu-ilmu kebathinan Hindu Bali.
Dalam lontar Saraswati Puja ini juga disebutkan secara jelas jika seseorang mampu untuk berkonsetrasi serta dapat menyatukan (ngringkes) bagian dari dasa aksara di dalam tubuhnya, maka segala penyakit yang ada di dalam tubuhnya akan terbakar menjadi abu. Selian itu, kemampuan untuk mengkonstrasikan penyatuan aksara ini digunakan sebagai sarana untuk belajar kalepasan (moksa). (SB-Skb) –sumber