BALI EXPRESS, DENPASAR – Tedung yang kerangkanya terbuat dari sebuah bambu, kelihatan bentuknya sangat sederhana sekali. Namun, siapa sangka dalam proses pembuatannya memerlukan kesabaran tinggi. Butuh ketelitian saat merangkai menggunakan benang maupun kain.
Perajin Tedung, I Wayan Selem yang mengaku mulai membuat Tedung sudah sejak tahun 1985 lalu, mengatakan membutuhkan waktu sekitar satu minggu untuk membuat sebuah Tedung.
Pria yang melanjutkan usaha ayahnya ini, mengatakan proses pembuatan yang paling rumit dan memerlukan waktu banyak adalah saat merangkai benang di bagian penyangga, agar rapi dan warnanya menjadi hidup. “Sebelum membuka warung di sini, saya juga sempat membuka toko Tedung di daerah Campuhan Ubud. Karena banyak ada order, maka saya memilih buka warung di dekat rumah agar gampang membawa bahan,” terang pria asli Ubud ini, ketika ditemui Bali Express (Jawa Pos Group) di tokonya Desa Petulu, Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar, akhir pekan kemarin.
Selem mengatakan, harga satu buah Tedung bisa mencapai Rp 2,5 juta. “Itu sudah yang sangat bagus yang dijadikan Tedung Agung di pura. Namun, tedung yang standar dan tanpa dimodifikasi, harganya rata-rata Rp 150 ribu,” ujarnya.
Tedung yang ia kerjakan dibuat dari bahan berkelas. “Kayu Tedung dipakai dari kayu cempaka, tampilan benangnya ditata tampak seperti gambaran,” terangnya.
Wayan Selem memaparkan, ada yang dinamakan kepala tedung, merupakan ujung Tedung itu sendiri. Kedua ada yang dinamai tugeh Tedung atau penyanggah Tedung. “Jumlah penyanggah tidak tentu karena sesuai seni dan model tedung yang akan dibuat. Namun ukuran penyanggah yang bagus harusnya 25 cm, agar seimbang dan bagus kelihatannya,” urainya.
Sedangkan tempat menahan beban kain atau iga-iga, jumlahnya sesuai dengan penyanggah yang dipasang. Ukuran iga-iga harus berukuran satu meter, dan berbahan dari bambu, yaitu menggunakan tiying tali (bambu tali). Tiying tali, lanjutnya, lebih mudah dibentuk dan tahan lebih lama.
Ditanya soal untung, Selem tidak mau menyebutkan jumlah karena mengaku tidak terlalu banyak mematok harga, sebab tedung yang dipesan kerap digunakan di sebuah pura. “Paling tidak, cukuplah untuk dikasi kepada buruh yang saya ajak, karena misi pekerjaan ini juga terkait dengan bhakti,” urainya.
Selem mengakui, mengerjakan sepasang tedung bisa membutuhkan waktu sekitar satu minggu. Itupun dirinya hanya merangkai kerangka saja, belum sampai selesai berisikan kain di atasnya. Sebab, dalamTedung juga ada aturan yang harus dijalankan.
“Kurang lebih sama seperti baga (tukang) bangunan, yang harus menggunakan ukuran khusus. Paling atas ada disebut dengan kepala tedung, kedua ada iga-iga yang berfungsi sebagai tempat kain yang bentuknya melingkar. Dan, yang ketiga adalah tugeh atau penyanggah, yang bertugas menahan beban payung tersebut,” pungkas Selem.
(bx/ade/rin/yes/JPR) –sumber