BALI EXPRESS, DENPASAR – Kegiatan masyarakat Hindu di Bali sangat kental dengan makna filosofis. Tidak hanya kegiatan besar, kegiatan kecil sehari-hari pun biasanya menggunakan makna filosofis sebagi acuan dalam pelaksanaannya.
Tanpa kita sadari, Pemacekan Agung jatuh tepat di tengah-tengah rentetan pelaksanaan Hari Suci Galungan. Rentetan pelaksanaan hari suci galungan dimulai sejak Tumpek Pengatag dan berakhir ketika Buda Kliwon Pegatwakan tiba. Selama rentang waktu tersebut terhitung ada 60 hari. Dan hari ke-30 yang merupakan titik sentral perayaan Hari Suci Galungan adalah hari Pemacekan Agung.
“Sehingga ada 30 hari setelah Tumpek Pengatag, dan 30 hari menuju Buda Kliwon Pagatwakan,” ujar Ida Pedanda Gde Menara Putra Kekeran yang saat walaka bernama Drs Ida Bagus Sudarsana.
Lebih lanjut dijelaskan, adanya makna keseimbangan dan titik sentral dari sebuah perayaan hari besar membuat kebanyakan masyarakat Hindu Bali menggunakannya sebagai hari baik untuk melaksanakan Rapat atau Peparuman. “Karena dengan adanya makna filosofis tersebut diharapkan hasil rapat menjadi seimbang dan tidak berat sebelah,” tandasnya.
(bx/gus /ima/yes/JPR) –sumber