Mepeed (atau Mapeed) merupakan tradisi parade iring-iringan sebagai salah satu rangkaian kegiatan upacara yadnya seperti halnya dalam beberapa kegiatan seperti Upacara Ngangget don bingin, diawali dengan tedung agung, mamas, bandrang dan lain-lain. Iring-iringan dengan gebogan dalam rangka piodalan di pura sebagai tempat suci umat Hindu.
Lebih lanjut, mepeed dalam rangka piodalan tersebut bertujuan sebagai ungkapan rasa terima kasih umat Hindu Bali kepada Sang Hyang Widhi Wasa sebagaimana disebutkan pariwisatatab, tradisi mepeed di Bali yang bertujuan untuk menghanturkan persembahan suci tersebut yaitu dengan parade yang beriringan diikuti oleh para perempuan Bali yang mengusung Gebogan sebagai rasa syukur atas rejeki yang kita nikmati. Sesampainya di pura, Gebongan yang sudah dibawa oleh peserta kemudian disucikan oleh pemangku setempat. Setelah pensucian dengan memercikan air suci yang disebut Tirtha, barulah persembahyangan dimulai.
Perlu Anda ketahui, untuk menjaga kekhusyukkan biasanya wisatawan yang datang dilarang meliput. Namun tidak perlu khawatir karena bagian yang dilarang diliput hanyalah areal persembahyangannya saja.
Jadi, wisatawan hanya diperbolehkan mengambil gambar dari luar tembok yang dikenal Panyengker atau tembok pagar pura. Ritual Mapeed ini memang sangat menarik perhatian wisatawan baik domestik maupun mancanegara. Selain tempat pelaksanannya yang indah dengan hamparan sawah yang mengelilinginya, Mepeed dalam panorama Bali disebutkan memang sangat unik dan menarik untuk disaksikan. —sumber