BALI EXPRESS, GIANYAR – Keyakinan akan apa yang baik dan buruk ditanam di pekarangan rumah, sampai saat ini memang masih dianut masyarakat Bali. Karena di satu sisi ada tanaman yang bisa membawa aura positif, di sisi lain ada juga yang malah membawa aura negatif.
Sampai saat ini kerap terucap dari para orang tua, ketika melihat ada tanaman Ketapang atau Saba yang tumbuh di pekarangan rumah. “Kenapa menanam ketapang di pekarangan rumah. Nanti dihuni mahluk halus loh.” Nada protes seperti itu pun biasanya tak hanya untuk jenis tanaman Ketapang, namun juga untuk jenis tanaman lainnya. Menilik kata-kata para orang tua dulu, sebenarnya tak hanya jenis tanaman tertentu yang ‘dilarang’, karena sebaliknya juga menganjurkan untuk menanam jenis tanaman lainnya di pekarangan rumah.
Alasannya tentu beda, tanaman tersebut akan membawa damuh atau rezeki dan bisa juga menjadi pelindung bagi penghuni rumah.
Ida Bagus Putu Adi Suparta, pemilik Pasraman Upacara, Pasraman Taman Prakerti Buana di Beng, Gianyar, yang dihubungi Bali Express (Jawa Pos Group), akhir pekan kemarin, mengakui, memang ada jenis-jenis tanaman yang cocok ditanam di pekarangan rumah, dan ada pula yang tidak. Bahkan, menurut dia, tidak hanya ditentukan mana jenis tanaman yang cocok ditanam di pekarangan rumah semata, tapi juga jenis tanaman yang cocok ditanam di areal merajan, hingga di depan pekarangan rumah, diwangan (di luar) atau di samping angkul-angkul.
“Betul, secara keyakinan umat Hindu, khususnya di Bali, keyakinan seperti itu memang ada. Itu jelas tertuang dalam lontar Taru Premana. Bahkan di dalam lontar tersebut dengan jelas tertulis, mana jenis tanaman atau kayu jenis pohon tertentu yang cocok digunakan untuk bahan sanggah, atau untuk tapakan sasuhunan, semisal barong. Jadi, di lontar itu lengkap memuatnya,” ucapnya.
Dia pun membeber beberapa jenis tanaman yang menurut keyakinan hanya cocok ditanam di tempat tertentu.
Dijelaskannya, khusus untuk jenis tanaman yang paling cocok ditanam di areal merajan atau sanggah, ada beberapa jenis. Mulai dari jenis pohon Naga Sari, yang disebutkan dapat membawa aura sangat positif bagi pekarangan rumah, dan tentunya bagi keluarga yang menghuninya, seperti bisa membawa keselamatan, keamanan hingga kerukunan. Kemudian ada juga segala jenis tanaman Tunjung, yang juga disebut mengandung aura positif.
“Intinya segala jenis tanaman yang bunganya bisa digunakan untuk sembahyang, secara keyakinan sangat cocok untuk ditanam di merajan, termasuk Jepun. Karena secara aura, jenis tanaman ini membawa aura positif bagi rumah dan keluarga yang menghuninya,” paparnya.
Namun, khusus untuk jenis tanaman Jepun, lanjutnya, disarankan untuk tidak ditanam di halaman rumah, apalagi di depan bale daja. Larangan yang sama juga berlaku untuk jenis tanaman Kembang Kertas, sebab bisa membawa aura negatif. Berbeda jika Jepun dan Kembang Kertas ini ditanam di halaman merajan, yang malah akan membawa aura positif.
Nah, jika tanaman Jepun maupun Kembang Kertas menurut pria ini tak baik ditanam di depan bale daja di pakarangan rumah. Khusus untuk jenis Anggrek, dia sarankan untuk lebih banyak ditanam di halaman rumah. Lantaran Anggrek memiliki aura kesejukan, yang akan membawa kerukunan dan kesejukan dalam rumah tangga.
Selain Jepun (Kamboja) dan Kembang Kertas, Kaktus pun dia ingatkan juga tidak baik untuk ditanam berlebihan di pekarangan rumah. Lantaran Kaktus bisa membawa efek negatif, seperti sering menimbulkan gejolak dan ribut dalam rumah tangga.
“Terus untuk jenis tanaman berbuku juga tidak baik ditanam di halaman rumah, karena dapat menghambat rezeki. Apalagi kalau ditanam dalam jumlah yang berlebihan. Kalau untuk satu dua tanaman sih masih tidak terlalu masalah, asalkan tetap harus diimbangi dengan tanaman yang cocok, seperti tanaman bunga-bunga tadi,” bebernya.
Menurut pria yang juga pegawai di Dinas Pariwisata Gianyar ini, untuk jenis tanaman Kaktus ini malah akan membawa aura positif jika ditanam di depan rumah atau di sekitar depan angkul-angkul rumah. “Apalagi untuk jenis Kaktus Blatung Gada karena memiliki fungsi melindungi jika ada sesuatu, termasuk melindungi dari serangan negatif. Termasuk semua tanaman yang berduri, semisal Mawar, Kem, itu juga bagus untuk di luar rumah sebagai penjaga,” bebernya.
Diakui olehnya, bahwa aura sebuah pekarangan akan sangat positif, jika tanaman ditanam di lokasi yang sesuai. Misalnya ada tanaman Nagasari dan Tunjung di halaman merajan. Lalu di pekarangan rumah dilengkapi dengan Anggrek dan tanaman Semar Manjangan. Auranya pun semakin positif jika di depan rumah ditanami dengan tanaman berduri.
“Maka dengan kelengkapan itu, secara keyakinan akan sangat membawa atau merukunkan dalam sebuah rumah tangga yang hidup di dalam rumah dan pekarangan itu,” ungkapnya.
“Cuma saya ingatkan, kalau jenis Tunjung masih boleh di dua sisi. Artinya ditanam di merajan dan halaman rumah bisa. Kalau Nagasari memang khusus harus di merajan. Begitu juga jenis Kaktus itu juga harus diwangan (depan rumah),” tegasnya lagi.
Ida Bagus Putu Adi Suparta tak menyanggah mengenai beberapa jenis tanaman yang di masyarakat ‘pantang’ ditanam di halaman rumah, di antaranya Saba, Pule, Bingin, Keluh, lantaran diyakini bisa menjadi tempat untuk dihuni mahluk ‘lain’, seperti wong samar, jin, dan lainnya.
Dia mengatakan, untuk jenis pohon besar seperti Saba, Pule, Bingin, Kepuh, termasuk Ketapang memang menurut keyakinan tak baik ditanam di pekarangan rumah. Karena selain bisa menjadi hunian mahluk halus, dapat mengganggu penghuni rumah. Pohon-pohon jenis tersebut auranya lebih cocok ditanam di tempat umum, semisal pura, hingga kuburan. Lalu, bagaimana kalau ditanam di atas pot?
“Kalau ditanam di pot, aura negatifnya memang berkurang, karena tidak menyentuh langsung ibu pertiwi. Tapi, tetap saja aura negatifnya masih ada. Makanya, lebih baik memang ditanam di tempat umum,” bebernya.
Pada dasarnya, lanjutnya, semua pohon mengandung aura negatif dan positif. “Cuma aura positifnya akan besar jika ditanam di tempat yang tepat. Begitu juga sebaliknya aura negatifnya akan semakin besar, jika ditanam di tempat yang tidak tepat,” pungkasnya.
(bx/wid/ima/rin/yes/JPR) –sumber