Luan Teben sebuah konsep yang udah dipake sama orang Bali zaman dahulu banget dalam kehidupan sehari-hari. Konsep Luan Teben sampai saat ini masih digunakan sama masyarakat Bali dalam praktek-praktek kehidupan sehari-hari, seperti posisi tidur kepala harus berada pada posisi Lunan /Kaja, begitu juga pada setiap pembangunan rumah, Sanggah (Merajan) harus berada pada posisi di Lunan /Kaja dan juga pada banyak praktek kehidupan lainnya.
Ternyata Luan Teben ini ada hubungannya sama arah mata angin. Mz sedikit ulas ya soal mata angin dalam konsep orang Bali. Kaja berarti Utara, Kelod berarti Selatan, Kangin berati Timur dan Kauh berati Barat.
Itu kan baru dari sisi mata anginnya, tapi ada yang lebih dari itu. Buat anak Bali jaman now, perlu kamu tahu, kalau “Kaja” tidak selalu identik atau berarti “Utara”. Demikian juga “Kangin” tidak selalu indentik atau berarti “Timur”. Demikian juga “Kaja-Kangin” bukan selalu berarti “Timur-Laut”.
Dari konsep tata ruang Bali, ternyata “Kaja” berarti simbol “Gunung” dan kata “Kangin” berarti mewakili simbol “Matahari”. Lah kok gitu? Menurut kepercayaan orang Bali jaman dulu, Gunung itu tempat suci atau tempat tinggal para Dewa yang dilandasi juga dengan konsep Mandala. Praktek konsep Mandala ini juga bikin daerah Bali Selatan dan Bali Utara beda pendapat dalam penyebutan arah mata angin. Arah ke gunung bagi masyarakat Bali Utara adalah ke Selatan dan Utara bagi masyarakat Bali Selatan.
Prakteknya itu udah dilaksanakan sama orang Bali udah turun-temurun dan dari generasi ke generasi saat ini.
Emang unik dah konsep Luan Teben atau Kaja Kelod orang Bali dah. Sebagai orang Bali patutnya berbangga punya sesuatu kepercayaan yang terus dilestarikan, karena itu merupakan salah satu aset yang berharga banget dalam penerapan kehidupan sehari-hari agar ga salah arah. Makanya dibuatlah konsep kayak gitu biar tetap ingat sama Tuhan. –sumber