BALI EXPRESS, GIANYAR – Candi Tebing di Banjar Jukut Paku, Desa Singakerta, Kecamatan Ubud yang terletak di bawah Pura Penataran Agung, terkesan angker. Apalagi berada di pinggir Sungai Wos yang rindang dan dipenuhi goa-goa kecil di dinding sungai.
Lingkungan Candi Tebing akan sangat berbeda ketika baru memasuki candi. Apalagi jika datang pada malam hari. Sangat terasa suasananya sepi hening, hanya terdengar suara aliran sungai. Warga setempat, Ida Bagus Putra Pudharta mengatakan, sering muncul ular dan sosok yang sangat besar di areal Candi Tebing “Semua yang muncul itu diceritakan oleh masyarakat setempat. Semua itu merupakan rencangan (sosok) penjaga di dunia niskala yang kadang muncul sekelebat di hadapan orang tertentu, namun tidak mengganggu,” jelas ayah dua anak ini kepada Bali Express (Jawa Pos Group) di rumahnya, pekan kemarin.
Gus Pudharta mengatakan, bagi orang yang tingkat spiritualnya memadai, pasti akan melihat rencangan di sana dengan jelas.
“Kemunculan rencangan itu, bukan sebagai sebuah petaka. Namun sekadar malancaran (berkeliling) untuk menjaga wilayah di sana saja. Sebab pada pelaksanaan piodalan berlangsung, terkadang ada yang kesurupan,” ujarnya.
Kelihan Dinas Banjar Jukut Paku, Gusti Made Wijayana mengaku sering mendapat informasi dari masyarakat, bahwa pernah muncul seekor kera berbulu putih. Ia menyebutnya dengan Sang Anoman, yang menjaga areal tersebut.
“Kalau untuk rencangan tidak bisa saya sebutkan semuanya. Salah satunya adalah bojog (kera) putih , selain ular sama orang yang besar-besar,” ungkapnya.
Ditambahkannya, tidak jarang ada angin kencang tiba tiba muncul di jalur candi sampai wilayah Pura Penataran saja.
“Datangnya secara tiba-tiba, bahkan sesampai di dekat pura, seketika angin hilang. Itu dirasakan oleh semua krama yang ada ketika ada pujawali di Pura Penataran. Tiba-tiba datang angin ngelinus (badai) dari arah timur, ketika sampai di pura keadaannya kembali normal, ” imbuhnya.
Hal itu ia ungkapkan sebagai rarencangan di sana sedang tedun (keluar). Kejadian itu jika dilihat secara alam niskala, lanjutnya, apalagi pada saat itu pelaksanaan upacara sedang berlangsung. Datangnya angin misterius tersebut , juga bisa ia anggap secara logika. Berasal dari arah timur laut pura karena merupakan persawahan yang lapang.
Gusti Ngurah Ardinata, petugas kebersihan di Candi Tebing, tidak banyak komentar soal diluar tanggung jawabnya sebagai pekerja . Ngurah Ardinatata yang bekerja di bawah naungan Balai Pelestarian Cagar Budaya Bali, bertugas menyapu, membersihkan areal candi, dan itu ia lakukan setia hari.
“Biasanya di hari biasa tidak terlalu banyak membersihkan, palingan cuma merawat tebingnya saja. Tetapi kalau sudah rahinan Bali, seperti kajeng kliwon, purnama, tilem, dan hari suci lainnya, pasti membutuhkan waktu yang lumayan lama untuk membersihkannya. Karena banyak yang mabanten ke sini, sehingga pembersihan juga agak lama,” papar pria 36 tahun tersebut.
(bx/ade/rin/yes/JPR) –sumber