Kawah Candra Gomuka adalah bejana besar dengan airnya mendidih tempat penyiksaan bagi atma yang semasa hidupnya selalu berbuat asubha karma dengan berprilaku yang tidak baik. Kawah ini juga disebut :
Kawah Goh, terdapat bhuta Ode-ode, bertubuh gemuk dengan kepala plontos berfungsi untuk meniup api di bawah jambangan.
Kawah Candra Dimuka yang dalam lontar geguritan Bhima Swarga disebut sebagai tempat hukuman kepada para atman yang banyak melakukan dosa.
Dimana dalam kepercayaan Hindu Bali disebutkan bahwa, orang yang mati sebelum masuk sorga, mereka dibawa terlebih dahulu ke Pura Dalem Puri. Di candi ini, jiwa-jiwa (roh; Atma) orang yang telah melakukan perbuatan buruk (asubha karma) selama hidupnya tersebut disiksa. Hal ini diyakini secara niskala dalam pura dalem tersebut terdapat sebuah kawah yang disebut Candra Goh, jembatan yang disebut Titi ugal-agil dan Tegal Penangsaran serta pohon – pohon curiga yang ditumbuhi daun keris (atau pisau) dan para penjahat diyakini akan disiksa di tempat ini.
Tidak hanya itu, atma yang semasa hidupnya malas bekerja juga disebutkan dalam analisis struktur lontar geguritan Bima swarga akan dicemplungkan ke bejana dengan air mendidih yang disebut kawah gomuka tersebut. Di sebelah kanannya dari bejana itu, tampak Sang Bhuta Ireng, babutan berwujud raksana berkulit hitam bersama Sang Bhuta Prungut, babutan yang bertubuh besar, berkulit hitam dan berwajah angker menggotong atma corah, atma yang semasa hidupnya senantiasa berprilaku buruk untuk dicemplungkan ke kawah gomuka. Sementara itu, Bhuta Ode-ode, babutan yang bertubuh gemuk dengan kepala plontos meniup api di bawah jambangan kawah sehingga airnya terus mendidih. —sumber