SULUH BALI, Amlapura – Gunung Agung yang telah dua belas hari sejak (22/9/2017) ditetapkan berada di level IV (Awas) belum juga menunjukan aktivitas erupsi. Ini berbeda dengan karakteristik gunung lainnya yang biasanya meletus kurun waktu 24 jam sejak ditetapkan pada level Awas.
Kondisi ini menurut ahli hipnoterapi, supranatural, Guru Besar GMH Institute, Ketut Gede Suatma Yasa, SH,.M.Ag.,CHt,.MNNLP atau yang dikenal Guru Mangku Hipno sebagai karakter Gunung Agung yang berbeda secara supranatural.
“Gunung Agung adalah linggam dewata memiliki karakter khusus supranatural,” ungkap Guru Mangku Hipno, Minggu (1/10/2017).
Menurutnya Gunung Agung sangat sulit diprediksi terkait dengan kapan akan meletus baik secara sains, palmestri maupun prediksi. Karena gunung Agung termasuk gunung yang berbeda dengan gunung lain yang ada di Indonesia bahkan dunia.
Gunung Agung sebagai linggam Dewata menurut Guru Mangku akan mencari jalannya sendiri jika akan meletus atau erupsi. Dalam prosesnya itu akan mencari waktu yang baik dan tepat.
“Gunung Agung akan memilih waktu terbaik, ruang terbaik akan meletuskan dirinya,” katanya.
Guru Mangku melihat kondisi yang saat ini mengungsi sebelum bencana terjadi diberikan kesempatan baik anugerah Tuhan untuk Masyarakat Bali umumnya, masyarakat Karangasem secara khusus untuk menjauhkan diri dari bencana.
Sementara itu, pria yang kini menempuh program Doktor Ilmu Agama IHDN Denpasar, mengatakan dibalik bencana telah ditunjukkan kebaliannya orang Bali dalam menyamabraya atau saling menolong.
“Tuhan ingin mempertontonkan daya toleransi, tattwam asi orang Bali yang hebat. Menjadi mawas diri dan persahabatan,” ujar Guru Mangku. (SB-Skb)
*Download aplikasi Bali Update untuk mendapatkan berita terkini seputar Bali –sumber