Leluhur adalah asal muasal kita sebagai manusia yang dalam kamus bahasa Bali – Indonesia disebutkan leluhur berarti kawitan dimana dalam siklus kehidupan, setelah upacara ngaben dilaksanakan, keluarga dapat tenang mendoakan leluhur dari tempat suci dan pura kawitan masing-masing. Inilah yang menyebabkan ikatan keluarga di Bali sangat kuat, karena mereka selalu ingat dan menghormati leluhur dan juga orang tuanya. Terdapat kepercayaan bahwa roh leluhur yang mengalami reinkarnasi akan kembali dalam lingkaran keluarga lagi, jadi biasanya seorang cucu merupakan reinkarnasi dari orang tuanya.
Dalam sloka Taittiriya Upanisad disebutkan bahwa :
- Dengan memuja Hyang Widhi / Tuhan ‘lewat’ roh suci leluhur, bapak dan ibu, kakek nenek dan seterusnya, yang pada akhirnya akan sampai juga pada Tuhan.
- Dan para leluhur hanya sebatas menyaksikan dan ‘mengantarkan’ doa, maksud, dan tujuan kepada Tuhan atau kepada dewa.
- Para leluhur sebagai asal muasal kita sebagai manusia,
semenjak masih janin dalam kandungan Ibu, manusia sudah terhubung dengan-Nya (ibu) yaitu melalui tali pusar (ari-ari). Tali pusar, penghubung kehidupan dalam kandungan antara sang janin dengan sang ibu. Dalam penerapan keagamaan sehari-hari ‘mungkin’ ari-ari (tali pusar) ini disimbolkan menjadi selempot (senteng), yang mengandung makna sebagai penghubung kepada para leluhur warga, dan para leluhur yang nantinya akan membahasakan doa, maksud, dan upacara umat kepada Hyang Widhi.
Kewajiban kita sebagai manusia untuk dapat mensucikan atman atau para roh leluhur kita dalam bentuk upacara pitra yadnya sehingga beliau masih tetap dapat terhubung yang pemujaannya dilaksanakan pada tempat – tempat suci seperti yang telah dijelaskan sebagai berikut :
- Pada sanggah kemulan yang berada di pekarangan rumah sebagai tempat suci untuk memuja bethara leluhur sebagai dewa pitara.
- Ikatan garis keturunan dalam tingkatan yang lebih besar baik sanggah gede, panti, merajan, pura kawitan dll sebagai tempat memuja Bhatara Hyang Kawitan yang selanjutnya disebutkan.
- Pedharman dalam Tri Mandala Pura Besakih rasebagai media untuk mendudukkan berbagai kelompok warga di Bali yang sudah dalam posisi setara dan bersaudara.
Dalam mempererat tali persaudaraan untuk saling dapat mengingatkan, bahwa mereka masih bersaudara yang dalam tradisi leluhur budaya Bali biasanya dilaksanakan dengan acara memunjung pada saat hari raya tertentu.Leluhur yang menjadi asal usul kita sebagai manusia, yang dalam salah satu pesan dari Danghyang Nirartha sebagai salah satu bhagawanta menyebutkan bahwa, Ayahanda memberitahumu anakku, tata cara menjadi anak, “jangan durhaka pada leluhur”. “Dan dalam hidup ini, sukses itu juga perlu dibuktikan pada leluhur”
Dan sebagai manusia sejati yaitu manusia yang berbudi dan suci dalam Lontar Kala Pati disebutkan
sehingga kelak di kemudian hari bila meniggal dunia sang roh dapat bertemu dengan para leluhurnya di sorga, alam Swah Loka yang dihuni oleh jiwa-jiwa (atman) dengan bathinnya yang bersih dan suci. –sumber