Desa Julah adalah desa yang sangat kuno diantara desa lainnya, desa ini berada di kecamatan Tejakula kabupaten Buleleng. Desa ini merupakan desa yang sangat “pingit” dalam istilah Balinya. Maka dari itu penduduk di sana tidak boleh sembarangan dalam berkata maupun dalam bertingkahlaku. Penduduk di sana haruslah mematuhi awig-awig yang berlaku. Awig-awig tersebut yaitu salah satunya dilarang mengucapkan mantram tri sandhya pada saat melakukan persembahyangan baik dipura maupu ditempat suci lainnya. Hal tersebut sudah tentu merupakan suatu kepercayaan yang menjadi mitos dalam desa julah tersebut.
Konon, ceritanya zaman dulu Betara atau Dewa disana sangat menginginkan desa Julah hanya fokus dan mengutamakan agamanya. Betara tersebut tidak menginginkan desa tersebut membuat rumah yang bagus, baju yang bagus, desa tersebut harus merawat dan menjaga Pura nya, tetapi merajan atau pelinggihnya (pura) tidak pernah diingat oleh mereka. Maka dari itu betara di sana dapat dikatakan marah dan akhirnya dewa atau betara tersebut membuat desa itu menjadi serba polos dan masih kuno sampai sekarang. Hal itu juga membuat desa itu dilarang untuk melaksanakan puja tri sandhya pada saat bersembahyang di pura desa itu. Desa Julah tersebut pada saat sembahyang di pura atau di tempat suci di sana hanya cukup mencakupkan tangan dengan bunga dan memohon kepada tuhan. Apabila penduduk di sana melanggar awig-awig atau mengggunakan mantram Puja Tri Sandhya maka akan cepat terjadi sesuatu yang menimpa dirinya.
Pernah waktu dulu diceritakan ada yang melanggar atau menggucapkkan mantram Tri Sandhy pada saat sembahyang maka orang tersebut terkena musibah yang menimpa dirinya yaitu jatuh sakit. Pada saat orang tersebut jatuh sakit, pihak keluarganya mencarikan orang pintar yang kemudian kemungkinan yang menyebabkan sakit itu karena mengucapkan mantram Tri Sandhya pada saat sembahyang di pura. Dengan kejadian tersebut maka penduduk desa Julah itu meyakini mitos tersebut yaitu “ dilarang menggunakan atau mengucapkan mantram Tri Sandhya pada saat sembahyang di pura Julah”. Kepercayaan itu juga sampai saat ini masih diyakini oleh penduduk Julah. —sumber