BALI EXPRESS, KUTA – Selain untuk menetralisasi hal negatif dan terhindar dari mara bahaya, prosesi Nangluk Merana juga diyakini sebagai pembersih pancaroba.
Pancaroba sebagai peralihan antara musim hujan dengan musim kemarau, kerap muncul berbagai macam penyakit yang diakibatkan kondisi alam. Hal itu dipaparkan oleh salah satu anggota Sekaa Teruna Banjar Segara Kuta, I Wayan Pande Budiasa, ketika diwawancarai Bali Express (Jawa Pos Group) di sela-sela upacara Nangluk Merana, Senin (11/12) lalu di Kuta.
Budiasa mengatakan, bahwa upacara Nangluk Merana sebagai media untuk membersihkan Bhuana Agung dan Bhuana Alit, agar tetap terjaga dan selalu menganugerahkan keselamatan. “Ini kan berlangsung sekali dalam setahun, tepatnya pada peralihan musim kemarau dengan musim hujan yang berdampak juga dengan adanya beberapa penyakit yang muncul,” paparnya.
Suasana magis diakuinya kental terasa saat ritual berlangsung, apalagi ada beberapa orang kesurupan. “ Orang yang karauhan atau kesurupan tetap ada, namun jumlahnya tidak bisa dipastikan. Karena sesuai dengan petunjuk Ida Sasuhunan yang memberikan damuhnya (warga) sebuah tanda, di mana beliau datang melalui orang yang kesurupan tersebut,” terang pria 25 tahun ini.
Bahkan ia sendiri menyebutkan, orang yang kesurupan tersebut merupakan orang yang bertugas untuk ngamong sungsungan pura selanjutnya. Tak jarang, lanjutnya,ada orang lain yang ikut karauhan, kemungkinan karena sensitif terimbas vibrasi suasana Nangluk Merana berlangsung.
Terlebih juga di Desa Adat Kuta memiliki palawatan yang berada di masing-masing banjar.
Ditambahkannya, banjar yang memiliki palawatan wajib arahannya untuk mengikuti upacara, sebagai wujud rasa bhakti kepada Tuhan, yang dimanifestasikan berwujud sasuhunan Barong dan Rangda, yang yang menjadi penjaga krama yang menyungsung di desa setempat.
(bx/ade/bay/rin/yes/JPR) –sumber