Kalau kita perhatikan segala sesuatu yang ada di sekitar kita maka beraneka ragam benda, pemandangan yang indah dan mahluk hidup yang dapat kita lihat. Kesemuanya itu merupakan isi alam semesta atau Buana Agung yang dapat menimbulkan sebuah pertanyaan sederhana yang selalu menggelitik hati kita yaitu “Dari manakah asal mula segala sesuatu yang ada di alam semesta ini atau lebih sederhana lagi dan mana asal mula alam semesta ini yang dikenal pula sebagai Buana Agung dalam Agama Hindu?”.
Sejauh ini sains (ilmu pengetahuan modern) telah mempelajari segala sesuatu yang ada di alam raya ini (Bhuana Agung) dari berbagai aspek tapi belum dapat menjawab pertanyaan sederhana tersebut di atas. Telah dikemukaan berbagai teori tentang terbentuknya alam raya dan asal mahkluk hidup. Seperti Big Bong, Teori Generasio Spontania dan lain sebagamnya, semuanya itu juga tidak dapat menjawab pertanyaan di atas.
Segala sesuatu yang ada dan yang akan ada di alam raya ini semuanya bersumber atau disebabkan oleh penyebab pertama atau sering disebut causa prima, itulah yang
dipercaya sebagai Tuhan Yang Maha Esa. Menurut Sada Siwa Tattwa bahwa Sada Siwa merupakan kesadaran kedua setelah Paramasiwa, ia bersifat wyapara yang berstana dalam padmasana yang disebut cadhusakti, dengan saktinya ia menciptakan seluruh alam semesta beserta isinya. Jadi causa prima itu adalah Sada Siwa.
Alam raya atau Bhuana Agung ini disusun dan anasir dasar Panca Mahabhuta, yaitu prethiwi, apah, teja, bayu dan akasa, yang menentukan keberadaan alam semesta beserta isinya.
Penciptaan Panca Mahabhuta
Panca Mahabhuta sebagai penyusun alam semesta (Buana Agung) bersumber dari dua azas yang sangat sukma, gaib dan abadi yaitu Cetana dan Acetana yang juga disebut sebagai sebab mula terciptanya segala yang ada (causa prima). Cetana berkedudukan di atas, berwujud kesadaran tertinggi dan Acetana berkedudukan di bawah berwujud maya (lupa). Azas yang di atas dapat masuk menyusupi dan melingkupi azas yang di bawah. Pertemuan Cetana dan Acetana menciptakan Purusa dan Pradana yang merupakan sumber roh dan materi. Pertemuan purusa dan Pradana menghasilkan (menciptakan) Citta Guna. Citta merupakan perwujudan dan Purusa dan Guna perwujudan dan Pradana, Guna sebagai sifat Citta dan tiga yaitu : satwan, rajas dan tarnas. Akibat ketertarikan Citta pada Guna maka terciptalah Buddhi. Buddhi demikian banyaknya dalan rupa yang beraneka sifatnya seperti Catur Aiswarya, Astuti, Asthasiddhi, kebalikan Catur Aiswarya dan Panca Wretaya Citta yang begitu lekat dengan sifatnya maka terbentuklah Ahengkara. Ahengkara yang merupakan ego atau kekuatan bertemu bertemu dengan gunanya (Tri Guna) maka menjadi tiga yaitu Si Wekreta, Si Tejasa dan Si Bhutadi.
Si Bhutadi yaitu merupakan pertemuan buddhi dengan tamah dapat menciptakan Panca Tan Matra merupakan lima keadaan yang sangat halus yaitu:
1. Sabda tan matra
2. Sparsa tan matra
3. Rupa tan matra
4. Rasa tan matra
5. Ganda tan matra
yang merupakan badan atma yang berwujud wasana.
Dari Panca Tan Matra melahirkan Panca Mahabhuta yaitu:
1. Akasa lahir dan sabda tan matra melalui manab
2. Bayu lahir dan soarsa tan matra melalui akasa
3. Teja lahir dan rupa tan inatra melalui bayu
4. Apah lahir dan rasa tan matra melalui teja
5. Perthiwi lahir dan ganda tan matra melalui apah
Panca Mahabhuta Sebagai Anasir Dasar Penyusun Alam Semesta (Buana Agung)
Panca Mahabuta yaitu akasa, bayu, teja, apah dan perthiwi merupakan lima anasir dasar yang dijadikan penyusun alam semesta ini, keberadaannya berstruktur dan yang paling atas yaitu akasa paling halus makin bawah yaitu bayu, teja, apah semakin kasar dan perthiwi yang paling di bawah paling kasar.
1. Akasa
Akasa paling diatas merupakan Panca Mahabhuta yang paling halus berupa ruang kosong yang hampa, sunya tidak berwujud dan tidak tampak. Akasa sebagai anasir dasar penyusun alam semesta berperan sebagai ruang wahana atau tempat keberadaan segala yang ada dan terjadi di alam semesta ini. Alam raya ini terbentuk dan satu ruang yang kosong yang hampa yang tak terbatas luasnya dimana semua isi alam semesta ini seperti planet-planet dan mataharinya, semua materi atau benda-benda yang ada dan semua mahluk hidup berada di dalamnnya. Akasa merupakan ruang kosong pembentuk alam semesta.
2. Bayu
Bayu inipun masih halus, karena rupa, tapi ada tanda-tanda yang dapat menerangkannya misalnya, benda bergerak maka gerakan benda itu sendiri adalah tanda adanya bayu dalam benda itu. Dibandingkan dengan akasa bayu lebih kasar karena letaknya lebih di bawah, Bayu sebagai anasir dasar penyusun alam semesta berperan sebagai tenaga penggerak (energi) semua peroses yang terjadi dan segala sesuatu yang ada di alam semesta ini, seperti benda-benda yang ada di sekitar kita sampai bend a planet yang ada diluar angkasa semua bergerak tidak ada yang diam. Gerakannya bermacam-macam ada gerak rotasi, gerak translasi, gerak vibrasi dan sebagainya. Semua gerakan itu disebabkan oleh bayu sebagai tenaga penggeraknya.
3. Teja
Teja berada di bawah bayu maka lebih kasar daripada bayu. Teja keberadaannya berupa sinar atau cahaya yang tidak berwujud sehingga tidak dapat disentuh jadi masih halus tapi sudah tampak atau dapat dilihat sedangkan bayu keberadaannya tidak dapat dilihat.
Teja sebagai anasir dasar pembentuk alam semesta berperan sebagai pembentuk sinar yang menyinari segala benda atau isi alam materi yang ada di alam ini dapat dilihat (tampak) dengan mata.
Segala sesuatu yang dapat bersinar di alam ini dominan sebagai pembentuk alam ini, misalnya matahari yang bersinar terang merupakan benda (isi) alam semesta yang dapat mengeluarkan teja yang amat besar dan dalam dirinya demikian juga isi alam lainnya yang besinar.
4. Apah / Jala
Apah sudah kasar karena sudah dapat berwujud walau wujudnya dapat berubah-ubah sesuai dengan tempatnya. Apah sebagai anasir dasar penyusun alam semesta berperan sebagai pembentuk cairan yang menyusun alam semesta beseta isinya. Segala yang cair seperti air, minyak, alkohol, cairan pada tubuh dan lain-lain yang berada di alam ini merupakan peran apah sebagai pembentuk alam semesta.
5. Perthiwi
Perthiwi paling bawah sehingga paling kasar, wujudnya sudah tetap (padat). Perthiwi sebagai anasir dasar paling kasar penyusun alam semesta keberadaannya berperan untuk menentukan wujud benda-benda atau isi alam dan wujudnya padat yang tetap.
Demikian alam semesta ini disusun dan lima anasir dasar Panca Mahabhuta, tetapi yang paling dominan adalah perthiwi sehingga batu itu padat, air juga demikian yang paling dominan anasir dasar Panca Mahabhuta adalah apah, matahari anasir Panca Mahabhuta yang dominan adalah teja, udara anasir Panca Mahabhuta yang dominan adalah akasa dan bayu dan sebagainya. Kandungan akasa yang dominan menyebabkan keberadaan sesuatu dalam bentuk ruang, menyebar. Kandungan bayu yang dominan menyebabkan keberadaan sesuatu dalam bentuk gerak atau benda bergerak. kandungan apah yang dominan menyebabkan keberadaan sesuatu dalam bentuk benda padat. Kandungan yang dominan itu bisa lebih dan satu anasir Mahabhuta dalam suatu benda atau isi alam, misalnya kandungan apah dan prethiwi yang dominan menyebabkan keberadaan dalam bentuk padat cair (kental). Demikian keberadaan beraneka ragam isi alam ini ditentukan oleh kandungan yang berbeda-beda dan anasir Panca Mahabhuta.
Panca Mahabhuta sebagai anasir dasan penyusun alam semesta atau Buana azas Agung diciptakan oleh causa prima (Tuhan Yang Maha Esa) melalui proses penciptaan yang merupakan pertemuan antara dua azas yaitu azas kesadaran dengan maya yang bertingkat dan atas ke bawah yang berperan mentukan keberadaan alam semesta bèserta isinya. –sumber