Upacara Ngulapin atau Pengulapan adalah upacara yang wajib dilakukan umat Hindu setelah mendapatkan musibah hal ini dimaksudkan agar orang tersebut tidak lagi di bayangi oleh kejadian yang sudah dialaminya dan lebih tenang ketika dia akan menjalani aktivitasnya setelah melewati pintu rumahnya. Ngulapin juga dapat bermakna menenangkan jiwa raga dan pikirannya.
Ngulapin atau sering juga disebut dengan Pengulapan adalah upacara yang bertujuan untuk menormalisasi kehidupan seseorang setelah mengalami kejadian yang mengejutkan. Karena jika seseorang mengalami suatu kejadian yang mengejutkan, hal ini akan berdampak pada kehidupannya. Jika dibiarkan tanpa dilakukan suatu upacara, dapat membuat kehidupan seseorang menjadi tidak normal. Ngulapin juga biasanya berfungsi untuk memulihkan kembali kekuatan atau unsur-unsur kestula sariranya. Bilamana yang sudah dijelaskan bahwa orang yang pernah mendapat sengkala atau jatuh berarti salah satu kekuatan atau unsur badan wadagnya berada di tempat kejadian.
Namun jika dilihat dari arti katanya, Ngulapin berasal dari kata Ulap (bahasa Jawa kuna dan juga bahasa Bali), yang artinya silau. Silau yang dimaksudkan di sini adalah seperti keadaan mata ketika menatap atau memandang sinar matahari. Ulap-ulap dalam bahasa Bali berarti suatu alat yang berbentuk empat persegi panjang/bujur sangkar, terbuat dari secarik kain putih yang berisi tulisan hurup-hurup keramat yang menurut agama Hindu dikatakan mempunyai kekuatan yang magis.
Biasanya itu diletakan pada halaman depan dari sebuah bangunan, dibawah atap pada kolong rumah,pada waktu memberi upacara ngulap ngambe dari suatu bangunan tersebut. Maksudnya adalah untuk memohon kehadapan Tuhan yang Maha Esa atau Ida Sang Hyang Widhi, agar supaya jika ada unsur-unsur yang ingin mengganggu, menjadi silau.
Jenis-jenis Upacara Ngulapin
Seperti kita ketahui Upacara Ngulapin merupakan bagian dari upacara Manusa Yadnya. Biasanya upacara ngulapin ini lebih sering dijumpai ketika ada seseorang yang mengalami kecelakaan. Karena ketika kecelakaan dikatakan bahwa bayu yang ada pada diri manusia akan terlepas. Ini tentu akan berdampak negatif karena bayu menjadi penggerak kehidupan manusia. Upacara pengulapan inilah yang akan mengembalikan bayu, sehingga hidup orang yang bersangkutan bisa kembali normal seperti sedia kala. Upacara pengulapan bisa dilakukan di perepatan terdekat, karena tujuannya untuk memanggil bagian diri yang tertinggal di tempat kejadian. Adapu jenis-jenis Upacara Ngulapin yang paling sering dilakukan adalah:
- Ngulapin Pretima. Yang dimaksud dengan upacara ngulapin ini ialah apabila pretima itu pernah jatuh, disebabkan karena disenggol oleh binatang, seperti kucing tat kala ada upacara di sekitar pratima itu, jatuh karena tempatnya tidak baik, dibawa oleh manusia, selain dari itu mungkin pratima itu pernah dicuri atau dimasuki oleh pencuri.
- Ngulapin Orang baru Sembuh dari Penyakit. Adapun maksudnya disini adalah supaya orang yang diupacarai ini bisa makan segala macam makanan, maksudnya tidak terpengaruh oleh makanan yang menyebabkan sakitnya kumat/kambuh, dalam bahasa Bali disebut dengan betus. Kendatipun ia sudah sehat tapi kalau belum diadakan upacara pengulapan ia tidak boleh makan sewenang-wenang seperti makan jotan, daging guling dan lain sebagainya, dan juga tidak diperkenankan keluar rumah.
- Ngulapin Pitra. Mula pertama dari proses pembakaran mayat, adalah upacara ngangkid atau ngulapin di setra. Yang dimaksud dengan upacara ini adalah mencari galih atau tulang yang akan diaben. Setelah pelaksanaan ini selesai maka terjadilah macam-macam versi, ada juga yang diajak pulang untuk sembahyang pada sanggah kemulan Ring Bhatara Yang Guru.
Sarana dalam Upacara Ngulapin atau Pengulapan
Upacara Ngulapin atau Pengulapan tentunya menggunakan sarana. Adapun sarana upakara yang sering digunakan adalah sebagai berikut:
Medasar antuk tetempeh masusun antuk taledan gede, dagingin raka who-wohan jangkep, tumpeng alit 11 bungkul dados a ceper, untek 22 bungkul dados aceper, wewakulan masampyan nagasari, sasedep tepung tawar, lis peselan, padma 1, sangga urip, tegteg, canang pahyasan, coblong 1, payuk pere 1. kojong rangkadan, Daksina 1, ketipat kelanan, ajuman/sodaan alit, tulung sesayut, peras alit, dan penyeneng alit.
Waktu Pelaksanaan Upacara Ngulapin atau Pengulapan
Biasanya pelaksaan Upacara Ngulapin atau Pengulapan tidak dilaksanakan sembarang. Dalam artian harus memperhatikan hari-hari baik. Hal ini dimaksutkan agar upacar yang kita lakukan dapat berjalan lancar sesuai harapan. Mencari hari baik (Dewasa) harus berdasarkan bantuan orang suci atau pemangku adat agar tidak salah waktu. —sumber