Diceritakan pada masa itu Putri dari Ida Batara di Gunung Agung berkeinginan untuk disungsung di Kerajaan Mengwi, atas kehendak beliau maka hutan pala yang berada di Gunung Agung tempat dari putri Ida Batara Gunung Agung bermukim pindah secara misterius pada waktu malam hari.
Dari kawasan Gunung Agung di bagian timur Bali, Segerombolan pohon pala melakukan perjalanan dari Gunung Agung menuju kawasan Bali bagian barat. Perjalanan yang belum sampai di Kerajaan Mengwi, karena keadaan sudah siang dan telanjur ada yang mengetahui perjalanan itu, maka hutan pala tersebut tidak bisa berjalan lagi menuju Mengwi. Pohon-pohon tersebut lalu menetap di sana dan berkembang menjadi hutan Sangeh hingga saat ini.
Diceritakan lagi putra angkat dari Raja Mengwi yang pertama bernama I Gusti Agung Putu yang bergelar Cokorda Sakti Blambangan menemukan bekas bangunan pelinggih di daerah hutan pala tersebut. Atas penemuan tersebut Cokorda Sakti Blambangan memerintahkan untuk membangun kembali pura tersebut dan diberi nama Pura Bukit Sari. Yang dipuja di pura tersebut adalah Ida Batara Gunung Agung dan Batara Melanting. Pura Besakih di lereng Gunung Agung itu tergolong Pura Purusa atau sebagai jiwa dari Pulau Bali.
Pasalnya, hutan ini merupakan satu-satunya hutan yang khusus terdiri dari kayu pala saja yang tidak ada di daerah lain. Demikian pula, kera-kera yang menjadi penghuninya ditetapkan juga sebagai cagar alam. Kawasan hutan sangeh dihuni oleh ratusan kera berwarna abu dan berekor panjang.
Populasinya saat ini sekitar 700 ekor. Kawanan kera itu terbagi dalam tiga kelompok: kelompok barat, tengah, dan timur. Masing-masing kelompok dipimpin oleh seekor kera jantan sebagai rajanya.
Legenda Kera di Sangeh.
Masyarakat di sekitar tidak ada yang berani menggangu keberadaan kera di kawasan sangeh, karena diyakini kera ini suci yang disakralkan dan membawa berkah bagi masyarakat sangeh dan sekitarnya. Legenda menceritakan bahwa kera penghuni sangeh tersebut adalah seorang putri kerajaan Mengwi bernama Mayangsari yang sedang kasmaran. Karena saat bertunangan gagal, Putri kecewa kemudian melarikan diri ke hutan terdekat dan menjadi seorang pertapa.
Di dalam pelariannya itu putri tidak memakai sehelai pakaian pun, sehingga harus memakai rambutnya yang panjang untuk menutupi bagian tubuhnya yang paling terlarang. Putri yang kecewa pun meninggal secara gaib dan masyarakat setempat percaya, bahwa dewi itu kini menjadi Bethari Mayangsari. Masyarakat sekitar juga mempercayai kera-kera tersebut merupakan hasil dari pertempuran dengan Rahwana yang kelelahan dan menetap di hutan sangeh.
Pohon Lanag wadon Yang Misterius
Disebut Pohon Lanang Wadon, karena Pohon ini terlihat memiliki ‘organ’ layaknya manusia. Pada bagian bawah pohon itu berlubang sehingga menyerupai alat kelamin perempuan dan dari lubang tersebut muncul batang lainya yang terlihat seperti alat kelamin laki-laki. Dari fenomena tersebut pohon itu diberi nama Pohon Lanang Wadon yang berarti “Laki-laki dan Perempuan”. Pohon itu tumbuh persis di pelataran depan tempat wisata Sangeh. –sumber