Setiap orang mungkin pernah mengalami pengalaman irasional dalam hidupnya. Bagi orang Bali (Hindu) pengalaman yang demikian sering dihubungkan dengan kegaiban dan mistik. Terlebih dalam berbagai aspek kehidupan, masyarakat Hindu Bali selalu berhubungan dengan hal-hal mistik gaib sehingga kegaiban bukanlah sesuatu yang baru dalam lingkungan sosial. Justru gaib adalah bumbu kehidupan yang tumbuh subur dalam bayang-bayang modernitas. Meskipun modernitas memberikan pengaruh budaya baru, tetapi objek gaib selalu muncul dalam ceruk-ceruk pemikiran orang Bali. Terlebih, hal yang gaib tidak dapat dipisahkan dengan kegiatan ritus-ritus suci berupacara.
Selain itu, kepercayaaan dan pentaatan akan yang gaib sering juga dihubungkan dengan tempat-tempat keramat. Oleh sebab itu, kepercayaan orang Bali (Hindu) sangat kuat terhadap tempat keramat sebagai sumber munculnya kekuatan gaib. Bahkan, tempat keramat dan kekuatan gaib sering menjadi kebutuhan, dan dua hal yang mampu melepaskan segala permasalahan hidup mereka, lebih-lebih masalah niskala. Sebagaimana adanya kepercayaan dalam kepala orang Bali (Hindu), bahwa tempat keramat dan kekuatan gaib merupakan cara yang ampuh untuk “meretas” segala permasalahan niskala. Tidak dapat kita melakukan penamfikan bahwa kehidupan manusia selalu berhubungan dengan dimensi niskala, dan masalah niskala sebaiknya diselesaikan dengan pendekatan niskala pula, karena hal-hal yang niskala tidak dapat dijamah dengan pendekatan rasio (emperis). Analog yang tepat sebagaimana Ramakrshna Paramahamsa sampaikan bahwa, “Untuk mengeluarkan duri yang tertancap di telapak kaki sebaiknya menggunakan duri yang sama.”
Merujuk hal tersebut, sekiranya perlu dalam narasi kecil ini diungkap tempat keramat yang merupakan sumber munculnya kekuatan gaib, agar orang Hiandu Bali semakin percaya bahwa hidup memang mesti ada dalam ruang gaib yang sakral di balik kehidupan emperik. Narasi ini penting pula diwacanakan, mengingat orang Hindu Bali akhir-kahir ini mengabaikan tempat-tempat keramat di mana kekuatan gaib tersebut muncul, sehingga disharmonisasi terjadi antara ruang sekala dengan niskala.
Semua orang Hindu di Bali pasti mengetahui Pura Prajapati yang umumnya didirikan berdekatan dengan Pura Dalem. Biasanya pura kecil ini ditempatkan pada hulu setra atau ujung timur kuburan, dan didirikan satu buah bangunan suci utama (pelinggih utama) sebagai tempat pemujaan. Atas pengalaman saya, Pura Prajapati adalah tempat yang paling keramat dan sumber mata air kekuatan gaib yang berlimpah. Banyak hal yang terjadi dalam kehidupan berhubungan dengan tempat suci ini. Sebuah tempat yang megah dan agung di antara sekian banyak pura atau bangunan suci di Bali di mana darinya kekuatan gaib mengalir memberikan daya kehidupan bagi semua makhluk.
Saya dari kecil memiliki pertalian yang kuat dengan Pura Prajapati. Sebuah tempat yang dipandang “menakutkan” bagi kebanyakan orang, justru tempat yang mendamaikan bagi saya. Seolah-olah tempat itu adalah tempat saya menumpahkan segala beban kehidupan duniawi, dan setiap kedatangan saya di tempat itu sosok ibu semesta memeluk dengan damainya. Perasaaan dan pengalaman yang demikian selalu ingin saya alami sehingga kerinduan selalu membayangi untuk segera saya mendatangi tempat itu (Pura Prajapati). Padahal awalnya saya tidak melihat apapun di tempat itu, tetapi “rasa” dan “hasrat” begitu ingin dipuaskan meskipun hanya duduk dan bersembahyang biasa di tempat itu.
Selanjutnya hal yang semakin aneh saya alami, yakni setiap saya mengalami sakit apapun berkaitan dengan fisik seketika saya trans (kerauhan) dan harus ke tempat itu pada malam hari. Sesampainya di sana semua sakit lenyap dan saya sehat seperti sedia kala. Pernah saya mengalami sakit keras di usia muda selepas saya menamatkan diri dari sekolah menengah atas. Kematian terasa sudah mendekat, sebab obat dokter medis dan obat tradisional (usadha) sudah tidak mempan lagi. Badan semakin lemah, nafas semakin pendek, pandangan terasa kosong dan terasa kematian sudah dekat. Namun di suatu sore (sandikala) hal yang aneh terjadi, ada kekuatan gaib menarik saya untuk bangun dari tempat tidur. Kekuatan gaib seolah mengikat kedua tangan saya dan menariknya. Saya berguman dalam hati, inilah proses kematian mungkin, dan saya berpasarah kehidupan akan berakhir.
Kekuatan gaib terus menarik saya, dan saya sadar terlebih melihat kondisi waktu itu yang ringkih ini adalah sesuatu yang tidak mungkin saya bisa berjalan dengan cepat. Terlebihnya lagi, orang-orang rumah tidak menyadarinya, mereka seolah-olah disulap oleh kekuatan hebat maya sakti. Anehnya lagi, warga desa yang saya lihat di jalan tidak ada yang memperhatikan saya berjalan dengan cepat, dan saya menyadari bahwa kekuatan gaib ini menarik saya ke arah Pura Prajapati. Memang benar, kekuatan gaib tersebut menarik semakin kuat ketika sudah dekat pura dan seketika saya sudah ada di dalam pura. Sesampainya di natar Pura Prajapati saya bingung dan tidak mengetahui harus berbuat apa, dan saya pun hanya bisa berpasrah seraya memohon akan menerima apapun yang terjadi.
Sembari memohon, angin berhembus pelan dan pepohonan di sekitar setra riuh seolah bersorak kegirangan menyambut kedatangan sesuatu. Saya sadar penuh, bahwa hari itu sudah malam, dan dari mana datangnya saya tidak ketahui ada ratusan kunang-kunang menghampiri. Mereka nampak sangat indah sekaligus menyeramkan. Anehnya, sedikit pun saya tidak merasa takut karena hidup dan mati sudah siap saya terima dengan keiklasan. Beberapa menit lamanya kunang-kunang mengitari saya, dan mereka pun berlalu. Lalu darimana datangnya suara seperti hujan tetapi bukan hujan. Seperti pasir yang berjatuhan dari atas langit tetapi saya rasa bukan pasir, karena memang tidak ada sesuatu yang terjatuh hanya suara saja yang saya dengar.
Suara itu hanya beberapa saat, dan tidak berselang lama ada semacam energi hangat yang lembut menyelimuti. Energi itu menghangatkan tubuh yang sebelumnya dingin seperti es. Energi tersebut saya rasakan begitu luar biasa dan tak berselang lama bagian atas kepala saya seolah-olah terbuka. Energi tersebut saya rasakan sekali memasuki tongkorak kepala bagian atas yang sebelumnya terasa terbuka, dan entalah apa waktu itu saya tidak mengerti. Energi yang masuk ke dalam tubuh begitu hangat sekali dan megalir dengan lembut melalui nadi di tulang belakang lalu menyebar ke seluruh tubuh. Anehnya, energi tersebut menyebar ke organ-organ vital dan energi tersebut bekerja dan menerapi saya dengan sangat indahnya.
Energi tersebut mengalir dalam tubuh saya rasakan begitu kuat selama beberapa menit dan mengalir ke bawah hingga lenyap. Saya berusaha merasakan tubuh, dan saya merasa sehat sebagaimana mestinya. Nafas mulai dengan ritme pelan yang teratur. Ada energi kuat yang menstabilkan unsur-unsur dalam tubuh sehingga saya merasa bugar. Sekali lagi saya mencoba menyadari diri yang sebelumnya sudah sadar, bahwa saya benar-benar mengalami ini, bukan ruang imajiner. Memang benar, saya mengalami hal ini dan mendapatkan anugerah penyembuhan di Pura Prajapati. Saya masih berusaha menyadari sesadar-sadarnya, dan sekali lagi kekuatan gaib muncul kali ini berbeda dengan sebelumnya. Energi gaib yang muncul begitu kuat dan begitu panas menampar saya dengan keras, dan saya terpental beberapa meter ke belakang. Tidak berhenti samapai di sana, energi tersebut memasuki tubuh saya dan membuat saya gemetar hebat. Semakin kuat energi tersebut membuat tubuh tak kuasa menampungnya, dan hal lebih aneh terjadi saya menepuk dengan keras seluruh badan. Semacam diri ini mengobati dengan cara aneh, yakni menepuk diri mulai dari kepala, badan dan kaki. Setelah beberapa menit saya tidak melawan dan mengikuti dengan sempurna gerak tangan saya menepuk seluruh bagian tubuh dan seketika saya menjadi rileks bersamaan dengan menurunnya tegangan energi tersebut.
Selanjutnya saya terserap dalam meditasi mendalam dan keringat mengering yang sebelumnya mengucur dengan derasnya, dan meditasi semakin mendalam sehingga saya merasakan semua kosong. Dalam mata terpejam saya melihat semua kosong dan terang dalam cahaya yang sejuk. Padahal itu malam hari, tetapi di balik kelopak mata yang terpejam saya melihat siang hari dengan ruang hampa yang membentang dalam lautan kekosongan. Beberapa lama meditasi itu saya lakukan hingga saya menarik kesadaran dalam kondisi semula ketika ada suara dari belakang, “Hentikanlah! Jangan lanjutkan semua sudah dilakukan dengan baik dan engkau sudah sembuh, pulanglah!” Seketika saya palingkan wajah menuju arah di mana suara itu muncul, dan benar ada sosok laki-laki paruh baya berdiri di belakang saya yang tiada lain adalah Jero Mangku Dalem. Beliau berdiri dengan wajah seram dan sorot mata tajam tetapi begitu saya nikmati sebab susah dijelaskan perangainya kala itu.
Tidak cukup lama bagi saya menikmati perangainya, tiba-tiba beliau berkata lagi, “Sudah larut malam pulanglah, keluarga di rumah sudah menunggu. Sudah sehat tidak perlu dicemaskan masalah penyakitmu. Sekarang jalanilah swadharma dan jangan pernah lupa tempat dimana engkau mengalami ini. Pulanglah, pulang!” Suara tinggi terlotar dari bibirnya yang hitam legam, dan segera saya beranjak pergi. Sepanjang perjalanan pulang saya masih memikirkan kejadian itu, bahkan sampai dengan saat ini. Sampai di rumah semua orang seisi rumah sudah tertidur, dan saya menuju tempat tidur. Tidak terasa ngantuk begitu hebat mendera dan saya tertidur hingga pagi-pagi sekali terbangun. Hal pertama yang saya lakukan adalah bercermin melihat wajah yang semula pucat menjadi nampak segar dan kondisi tubuh bugar. Hal itu membuat seisi rumah menjadi terperangah bungah melihat kondisi saya yang pulih mengejutkan.
Kejadian itu pun saya ceritakan, orang rumah terkejut dan tidak menyangka, terlebih mendengar ending dari cerita saya bertemu dengan Jero Mangku Dalem. Sebab orang rumah mengetahui bahwa beliau sedang sakit parah dan tidak dapat kemana-kemana dari bulan kemarin. Saya pun menjadi terkejut bukan kepalang mendengar berita itu, dan berselang beberapa bulan beliau pun meninggal. Sebelum beliau meninggal saya bermimpi bertemu dan beliau memberikan saya genta (bajra) serta memberikan saya nasehat bahwa jika mengalami sesuatu apapun dalam kehidupan, terlebih masalah niskala datanglah ke ibu mu di Pura Prajapati. Lalu ia menghilang dan lenyap dalam wujud asap mengepul putih dan berlalu. Paginya saya mendengar kabar beliau sudah meninggal, dan atas mimpi tersebut semakin meneguhkan saya bahwa Pura Prajapati adalah tempat keramat. Dari kejadian itu, sampai dengan saat ini banyak hal saya alami berhubungan dengan Pura Prajapati, dan atas kejadian itu semakin menguatkan keyakinan saya bahwa Pura Prajapati adalah tempat keramat dan sumber mata air kekuatan gaib yang mengalir berlimpah ruah, sekarang tergantung kita untuk meyakininya serta menaatinya.
(I Ketut Sandika) – sumber