- Bersikap adil (tidak pilih kasih),
- Memberikan segala ajaran kebenaran,
- Dan sebagainya.
Sebagai seorang rohaniawan, agamawan dan sekaligus pemimpin keagamaan biasanya seorang Rsi akan selalu dikenang dalam konsep Pura Dang Kahyangan yang dibangun atas dasar penghormatan kepada Sang Maharsi yang dikelompokkan berdasarkan sejarah. dimana menurut Agni Purana juga dijelaskan : Secara etimologi menjelaskan arti kata Rsi dan dan arti kata (V) R yang berarti suara.
Istilah ini didasarkan pada pengertian analogi yang menganggap bahwa Rsi sebagai penerima dan kemudian menyampaikan suara yang diterima dari Tuhan sebagai Wahyu.
Veda menyebutkan ada banyak nama – nama Rsi yang terkenal sebagai pemikir dalam ajaran agama hindu. Rsi – Rsi itu diantaranya Wiswamitra, Wyasa, Kanwa, Agastya, Walmiki dan lain – lain.
Menurut ilmu bahasa kata Rsi berasal dari akar kata “R” yang berarti “suara gaib” yang kemudian berarti “Wahyu” (Revolusi).
Semua mantra merupakan “wahyu” sruti sehingga para Rsi yang kedudukanya sebagai penerima wahyu, dikenal dengan Sruta Rsi.
Ia juga disebut Satya Rsi karena suara – suara yang disampaikan berasal dari Tuhan Yang Maha Besar, Satya yang berarti kebenaran absolut.
Oleh karena itu Rsi yang dalam fungsinya menerima maka para Rsi itupun secara fungsional berkewajiban sebagai : memahami suara, menyampaikan apa yang didengarkan, menulis apa yang didengar dan dimengerti itu.
Didalam kitab Purana kelompok Rsi dibagi atas tiga kelompok yaitu :
Brhmarsi (Brahma Rsi) misalnya Wasistha
Rajarsi (Raja Rsi) misalnya Wiswamitra
Dewarsi (Dewa Rsi) misalnya kasyapa
”Bahwa para Rsi ialah mereka yang memperoleh mantra (rsayah mantradrastarah)”.
Hindu berpandangan justru dengan banyaknya Rsi itu umat mendapatkan teladan, sosok figur dan penampilannya menjadi panutan, wejangan-wejangannya memberikan kesejukan hati dan kebahagiaan yang tiada taranya, misalnya karya Maharsi Vyasa yang memadukan unsur sejarah dan mitologi dalam karya besarnya Mahabharata dan kitab-kitab Purana senantiasa dinikmati oleh mereka yang kehausan untuk mereguk amrta suci ajarannya (Titib, 1996 : 38)
- Brahma Rsi, tugasnya mempelajari dan mengajarkan Veda, jadi fungsinya sebagai pandita.
- Dengan mempelajari Weda mantra lengkap dengan Stuti dan Stotranya.
- Karena ketekunannya dengan semua pelajaran dari Dewi Saraswati sebagai sakti dari Dewa Brahma dapat dikuasainya dengan baik.
- Kesucian dan kemampuan Resi Kawasa akhirnya jauh meningkat dari sebelumnya sehingga menjadi brahmana pendeta sejati.
- Dengan mempelajari Weda mantra lengkap dengan Stuti dan Stotranya.
- SatyaRsi, gelar para Rsi yang mempunyai asal-usul langsung dari Tuhan Yang Maha Esa pada permulaan penciptaan dunia ini
- DevaRsi, Rsi yang dikaitkan dengan mantra-mantra dalam kitab suci ini seperti Marici, Bhrgu, Angira, Pulastya, Pulaha, Kratu, Daksa, Atri dan Vasistha.
- SrutaRsi,
- RajaRsi.
Dari istilah-istilah ini dapat dipahami bahwa nama-nama kelompok ini hanya bersifat relatif fungsional dihubungkan dengan fungsi dan sifat yang khas dari seorang Rsi.
Sebagai contoh adalah Rsi Bhisma, Drona dan sebagainya, di Bali pada masa pemerintahan Dharma Udayana Var madeva, juga seorang Rsi atau Mpu, yakni Mpu Rajakrta menjabat Senapati Kuturan dan kemudian nama ini populer menjadi Mpu Kuturan yang merintis Kahyangan Tiga dengan desa Pakraman di daerah ini.
Selain nama – nama Rsi diatas, ada pula yang menyebutkan,
-
- Sekelompok Rsi yang menerima wahyu dari Tuhan Yang Maha Esa yang disebut dengan “Saptarsi”.
- Maha Rsi Markandeya berkaitan dengan pendirian Pura terbesar di Bali.
- Dalam sejarah warga sengguhu disebutkan Rsi Bujangga sebagai Brahmana Gotra yang bertugas sebagai pandita pemahayu jagat.
- Istilah dewarsi atau rajarsi pada orang Hindu dalam Sekte Rsi yang dahulu pernah bekembang di Bali disebutkan merupakan orang suci di antara raja-raja dari wangsa ksatria.