Ritual upacara Hindu baik di Bali maupun India memang banyak menggunakan persembahan berupa bunga dan buah yang di Bali dikenal dengan istilah banten dan canang. Mungkin banyak yang bertanya mengapa ritual upacara tersebut harus menggunakan buah dan bunga, kepada siapa persembahan berupa buah dan bunga itu ditunjukkan?
1. Untuk tuhan
Hindu mengajarkan bahwa salah satu cara dalam memuja tuhan adalah dengan memberi persembahan berupa buah dan bunga, berikut adalah dalilnya:
Siapapun yang dengan kesujudan mempersembahkan pada-Ku daun, bunga, buah-buahan atau air, persembahan yang didasari oleh cinta dan keluar dari lubuk hati yang suci, Aku terima.
Bhagavadgita, bab IX, sloka 26
Jika bertanya mengapa Tuhan Hindu menerima persembahan berupa buah dan bunga, tidak seorang pun tahu. Pertanyaan mengenai tuhan terlalu absurd untuk dijawab, tapi mengira bahwa bahwa Tuhan Hindu makan buah hasil persembahan itu jelas ngawur, karena disana ada bunga, dan ada daun yang tidak bisa dimakan.
Tapi mungkin bisa menganalogikan seperti ini:
Seorang anak kecil membuat kerajinan tangan dengan tanah liat, kemudian dia mempersembahkan kerajinan tangan itu untuk ayahnya. Pertanyaannya, apakah kerajinan tangan itu akan digunakan oleh ayahnya? Jelas tidak, tapi ayahnya akan tetap senang karena tahu persembahan itu adalah wujud kasih sayang sang anak pada dirinya.
Selain sebagai persembahan, banten dan canang juga merupakan sebuah simbol yang memiliki makna tersendiri. Sehingga ketika membuat banten dan canang, para pembuatnya, orang yang mempersembahkannya, diharapkan jika mengerti makna filosofis dalam banten dan canang tersebut.
2. Untuk diri sendiri
Pada dasarnya ritual agama adalah adalah cara agar manusia mendapatkan kepuasan batin, membuatnya merasa nyaman dan bahagia. Ketika manusia punya idealisme, maka dia akan mendedikasikan diri terhadap idealisme tersebut, termasuk dalam idealisme ketuhanan. Manusia butuh cara untuk menunjukkan rasa cinta dan bakti pada tuhan, maka untuk memenuhi hal tersebut dilakukan lah sebuah ibadah.
Selain untuk memperoleh kepuasan batin, karena buah yang telah dipersembahkan nantinya juga akan dikonsumsi sendiri maka orang tersebut juga otomatis mendapatkan manfaat kesehatan dari buah-buahan tersebut. Masyarakat ekonomi menengah di Indonesia umumnya jarang mengonsumsi buah, kalau punya uang mereka lebih memilih untuk membeli barang lain yang belum tentu bermanfaat bagi kesehatannya, beda dengan orang Hindu di Bali, mau kaya maupun miskin, karena banten sifatnya esensial, maka mau tidak mau mereka akan membeli buah dan mengonsumsinya.
3. Untuk masyarakat umum
Dengan menggunakan ritual persembahan berupa buah dan bunga, maka produk pertanian dan perkebunan menjadi laku, petani menjadi lebih sejahtera, begitu pula dengan distributor, pembuat banten dan canang, dan pedagang. Sekaya-kaya orang Hindu di Bali, mereka tetap butuh produk dari petani untuk upacara agama, butuh pengrajin untuk mengolah banten dan canang, sehingga perputaran uang antara orang kaya dan miskin menjadi lancar, ekonomi menjadi lebih baik.
4. Untuk lingkungan
Karena banten dan canang membantu kehidupan petani, mampu membuat petani mempertahankan lahan dan pekerjaannya, maka keberadaan banten dan canang ini secara tidak langsung juga ikut menjaga lahan hijau, lahan yang bisa digunakan untuk membangun bangunan dipertahankan untuk pertanian sehingga risiko banjir bisa dikurangi, membantuk kehidupan serangga dan hewan yang memakan sari bunga dan buah, membantu lebih banyak terjadinya fotosintesis yang mengubah karbondioksida menjadi oksigen, sehingga alam menjadi lebih hijau, indah, dan lebih layak untuk ditinggali.
Kesimpulan
Jadi jika ditanya banten dan canang itu ditunjukkan untuk siapa, maka jawabannya adalah untuk menyenangkan tuhan, untuk diri sendiri (kesehatan), untuk orang lain (manfaat ekonomi), dan untuk kelestarian alam semesta. Namun tentu saja kita bisa sembahyang tanpa alat bantu, dalam Hindu dikenal istilah Tri Sandya, dimana umat Hindu cukup mencangkupkan kedua tangan dan melafalkan mantra. –sumber