SULUH BALI, Denpasar – Desa Pakraman Serangan, Denpasar Selatan untuk pertama kalinya dalam sejarah menyelenggarakan ngaben ngerit atau massal dengan melibatkan krama Serangan ataupun untuk krama dari luar Desa Pakraman Serangan.
Upacara ini diselenggarakan berdasarkan awig-awig yang sejak tahun 1992 telah ditetapkan. Upacara ini melibatkan enam banjar adat di lingkungan Desa Pakraman Serangan serta di luar Desa Serangan.
Menurut Jero Bendesa Adat Serangan, I Made Sedana, upacara ini juga terbuka untuk masyarakat di luar Desa Serangan. Sumber dana upacara ini berasal dari Desa Serangan, punia dan donatur perusahan yang berada di Serangan. “Masyarakat tidak dibebani biaya atau gratis dari ngaben sampai nyekah atau dari pitra yadnya hingga atma wedana yang menelan biaya 600 juta rupiah,” katanya, di Serangan, (9/9/2017).
Ketua panitia, I Made Yatna mengungkapkan keunikan ngaben yang dilakukan Desa Pakraman Serangan tidak dengan membakar jenazah, “hal ini berdasarkan berdasarkan dresta di serangan terdapat Pura Dang Kahyangan Sakenan,” ungkapnya.
Made Yatna juga menjelaskan pelaksanaan ngaben ngerit dilakukan pada tgl 9 sepetember 2017 dengan 36 sawa dan 74 sawa untuk nyekah yang akan dilakukan nanti pada tgl 21 september 2017 dilanjutkan dengan nganyut ke segara keesokan harinya.
Adapun ngaben massal berlangsung meriah dan antusias oleh warga Desa Pakraman Serangan yang kali pertama kalinya dilaksanakan untuk mengurangi beban biaya upacara ngaben kematian. Sementara upacara ngaben dipuput oleh Ida Pedanda dari Griya Telaga Denpasar. (SB-Skb) –sumber