Tabuh Rah adalah simbolisasi nyupat bhuta kala sebagaimana disebutkan artikel agama hindu tentang siwa siddhanta yang memiliki kekuatan untuk melenyapkan segala kegelapan batin.
Dalam Lontar Siwa Tattwa Purana sebagaimana juga dijelaskan pada dokumen Forum Diskusi Jaringan Hindu Nusantara di Facebook,
“…..mwah ring tileming kesanga, hulun megawe yoga, teka wang ing madyapada magawe tawur kasowangan, den hana pranging sata, wenang nyepi sadina ika labain sang Kala Dasa Bhumi; yanora samangkana rug ikang ning madhyapada………”
Syarat-syarat tabuh rah menurut kesimpulan komisi 2 seminar kesatuan tafsir terhadap aspek-aspek agama Hindu tahun 1976 di Denpasar:
- Diadakan sekitar area caru/tawur, bertepatan dengan upacara.
- Sabungan ayam 3 seet (ronde) semuanya setelah itu disambleh
- Diikuti dengan adu buah kelapa, telur bebek dan tingkih 3 kali
- Ada “toh” namun tanpa unsur judi, artinya kemenangan toh di dana-puniakan kepada penyelenggara caru/tawur
Maka sebaiknya dalam Pecaruan atau Tawur Kesanga diadakan tabuh rah berdekatan dengan arena tawur, namun diawasi agar tidak berubah menjadi tajen, demikian disebutkan.
Menurut kepercayaan umat Hindu, Jaba Pura dianggap sebagai tempat para bhuta kala, sehingga halaman ini digunakan sebagai tempat memberi sesajen kepada makhluk tersebut agar tidak mengganggu manusia.
Halaman ini digunakan untuk mengadakan upacara yang berhubungan dengan makhluk itu, seperti upacara mecaru, dan tabuh rah dll. –sumber