Bila kita seorang penggemar pertunjukan topeng Bali, maka topeng Dalem Sidekarya tidaklah begitu asing kedengarannya. Karena di Bali banyak terdapat jenis-jenis topeng yang seringkali dipagelarkan baik itu sebagai hiburan maupun pelengkap upacara yadnya. Topeng keras, topeng monyer,(topeng bujuh),topeng tua, topeng Dalem, dan topeng Dalem Sidakarya.Topeng Dalem Sidakarya digolongkan topeng pingit (sacral), dan hanya dipentaskan dalam suatu karya yadnya tertentu. Jadi tidak sembarang yadnya topeng ini dapat dipentaskan .
Tapel topeng Sidakarya digambarkan sebagai sosok dengan kulit muka putih, mata sipit, gigi jongos, dengan warna muka antara manusia dan demanjk, rambut panjang putih sebahu, mengenakan kekereb(kerudung) berwarna putih merajah Durgha Murti. Menari dengan gerakan dangkrak dingkrik. Dengan tampilan tapel seperti itu, maka tampak sekali memancarkan taksu, medengen, berwibawa, dan berkarisma.
Dalam pagelarannya,topeng Sidakarya sering disebut pula dengan topeng ngejuk. Karena dalam pementasannya selalu disertai guyonan atau bercanda dengan ngejuk (memegang) salah seorang anak-anak, dan kemudian diberi upah barupa pis bolong (uang kepeng). Ini adalah sebagai simbol mengobati orang sakit dan kemudian diberikan kesejahteraan. Juga sebagai simbolisasi dari punarbawa yakni kelahiran berulang-ulang. Dengan gerakan yang sangat sederhana, dengan wajah yang lain dari pada yang lain membuat topeng Sidakarya sangat yang sebagai sebuah tarian yang sakral.
Dengan gaya tarian yang dangkrak dingkrik dan sambil mengucapkan mantra sakti sambil nyambehin (menebar) beras kuning yang artinya memberikan laba (makanan) kepada bhuta kala supaya tidak mengganggu ketentraman hidup manusia, sehingga diharapkan mendapatkan kerahayuan jagat. Diiringi dengan menebar sekar ura yang artinya medana-dana (bersedekah) kepada semua unsur kekuatan bhuta demi kelancaran upacara.
Karena penyelanggaraan topeng Dalem Sidakarya sangat penting artinya dalam memohon kesejahteraan dunia dan segala isinya, baik sekala dan niskala, maka sudah seyogyanya untuk mementaskan Topeng Dalem Sidakarya dalam suatu karya yadnya. Namun sebagai catatan, bahwa sampai tingkatan yadnya bagaimana, atau jenis upacara apa saja yang perlu mementaskan topeng Dalem Sidakarya tersebut . Agar topeng yang sakral, medengen, serta memiliki suatu nilai yang sangat suci dan magis tersebut tidak menjadi salah tempat dan salah waktu di dalam mementaskannya. Ini semuanya perlu mendapatkan perhatian. Karena tidak ada sumber yang jelas mengatur hal tersebut.
Dengan menggelar tari topeng Sidakarya pada suatu yadnya tertentu diharapkan yadnya yang diselenggarakan dapat barjalan dengan lancar dan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai atau disebut dengan sidakarya, labdakarya —sumber