Tri Kaya Parisudha adalah bagian dari etika/susila agama Hindu. Timbulnya kata Tri Kaya Parisudha berasal dari sebuah semboyan dharma yang berbunyi : “ paropakaran punya ya, papaya, para piadanam “ mempunyai pengertian yaitu dari Tri artinya tiga, Kaya artinya gerak atau perbuatan dan parisudha artinya suci. Tri Kaya Parisudha artinya tiga gerak atau perbuatan yang harus disucikan.
Kalam kehidupan ini kita mengenal 4 zaman, dan sekarang berada pada zaman yang ke – 4 dimana kejahatan lebih banyak dari kebaikan ( 75 % kejahatan dan 25 % kebaikan).
Di zaman seperti ini sangat sulit untuk menemukan orang yang berbudi pelerti luhur, oleh sebab itu kita harus selalu menanamkan ajaran – ajaran kebaikan pada anak kita, adik kita, ataupun semua orang sedini mungkin. Kita mengenal bahwa Tri Kaya Parisudha adalh tiga perbuatan yang baik, maka dari ajaran Tri Kaya Parisudha ini dapat menjadi pedoman untuk kita mempelajari arti kebaikan pada akhirnya berujung pada tingkat kehidupan yang tinggi yaitu “ Moksa “
Dengan adanya pikiran yang baik akantimbul perkataan yang baik sehingga mewujudkan perbuatan yang baik. Tri Kaya Parisuda sebagai bagian dari ajaran etika dalam agama Hindu akan memberikan tuntunan dan jalan menuju pada kedamaian. Serta keharmonisan kehidupan di dunia dan akhirat. Kaya, Wak dan Mana dalam kehidupan sehari – hari sering disebut dengan Tri Kaya, yang merupakan satu kesatuan yang tak dapat dipisahkan. Kaya, Wak dan Mana harus diarahkan pada hal – hal menuju kebaikan karena hanya manusia yang dapat merubah prilaku yagn tidak baik kearah yang baik. Tidaklah berlebihan kalau dikatakan bahwa menjelma menjadi manusia dengan kelebihan Sabda, bayu, idep merupakan suatu pahala keberuntungan dan sekaligus merupakan suatu keutamaan bagi manusia untuk berbuat baik ( subha karma )
Jika kita melakukan perbuatan jahat maka hasil yang diterima juga buruk, sebaliknya jika kita melakukan perbuatan baik maka hasilnya juga baik seperti semboyan yang mengatakn :
Ala ulah ala tinemu : perbuatan buruk hasilnya juga buruk
Ayu pikardi ayu pinanggih : perbuatan baik hailnya juga baik.
1.2 Makna Bagian – bagian Tri Kaya Parisudha
Tri Kaya Parisudha terdiri dari tiga bagian yaitu
Kayika Parisudha, yaitu perbuatan atau laksana yang baik
Wacika Parisudha, yaitu perkataan yng baik
Mnacika Parisudha, yaitu pikiran yang baik, dimaksudkan dari pikiran yang baik akan timbul kesucian diri.
A. KAYIKA PARISUDHA
Kayika parisudha adalah perbuatan atau laksana yang baik merupakan pengamalan dari pikiran dan perkataan yang baik. Perbuatan yang baik dapat dilakukan dari adanya pengendalian pada tingkah laku, utamanya terhadap HIMSA KARMA yaitu perbuatan menyakiti, menyiksa, atau membunuh mahluk yang tidak berdosa/bersalah. Himsa Karma hanya diperkenankan untuk keperluan yadnya. Pedoman tata susila menuntun kita kearah menyatukan dan tidak memecah belah. Adapun yang dituntut adalah perasaan manusia kearah keselarasan antara sesama manusia dan mahluk hidup lainnya. Sifat – sifat manusia menyelaraskan untuk berbuat baik adalah menekankan menjalankan dharma, untuk mencapai kebahagiaan dunia akhirat.
Setiap orang dengan anggota badannya akan berprilaku dan berbuat. Dalam melakukan perbuatan , jika dilaksanakan sesuai dengan ajaran kebenaran maka sudah tentu perbuatan yang dilakukan adalah baik dan benar. Oleh karena itu, perbuatan yang baik dan benar disebut Tri Kaya Parisudha. Setiap orang selagi ia masih hidup, selamanya ia akan berbuat dan melakukan suatu perbuatan. Dengan berbuat berarti telah melakukan karma, dari perbuatan karma inilah akan menentukan kehidupan seseorang. Berkarma dalam masa kehidupan sekarang ini berarti mempersiapkan untukl kehidupan yang akan datang. Oleh sebab itu, orang – orang yang sadar akan hal ini, akan berusaha dalam kehidupan ini berbuat yang baik daripada masa – masa terdahulu. Sebab setiap orang mengharapkan adanya kehidupan yang baik dan lebih menyenangkan di masa – masa yang akan datang.
Sebagai contoh pelaksanaan Tri Kaya Parisudha dalam kehidupan sehari – hari yaitu :
– Tidak menuyiksa atau membunuh mahluk lain misalnya : menyakiti hewan hingga mati dipakai dalam permainan.
- Tidak melakukan kecurangan terhadap harta benda, termasuk benda – benda yang tidak habis untuk di curi. Seperti : udara, air dan lain sebagainya secara paksa untuk memenuhi keinginannya.
- Tidak melakukan pemerkosaan / berzinah tekanan atau paksaan terhadap orang yang lebih lemah dan menuruti hawa nafsu, misalnya berjudi, minum – minuman keras, narkotika, dan lain sebagainya.
B. WACIKA PARISUDHA
Perkataan yang baik, manis di dengarkan oleh setiap orang . perkataan itu patut timbul dari hati yang tulus, lemah lembut penyamapaiannya dan menyenangkan hati pendengarnya. Untuk dapat berkata yang baik patut dipikirkan terlebih dahulu. Terlanjurnya berkata – kata akan sulit ditarik kembali. Kata – kata merupakan saran komunikasi yang paling cepat diterima di dalam pergaulan, perhubungan, pendidikan, penyuluhan, penerangan dan lain sebagainya. Pustaka Manusmrta IV. 256 menyatakan perkataan itu menguasai segala sesuatu yang disebutkan sebagai berikut :
“ Warcyartha niyatah sarve wang mule wagwinih
Srtah, tam ta yah stenayedwacam sah sarwate
Yakrnnatah”.
Maksudnya :
Segala sesuatu dikuasai oleh perkataan, perkataanlah
Akar dan asal sesuatu orang tidak jujur dalam
Kata – kata, sesungguhnya tidak jujur dalam segalanya.
Mengeluarkan kata – kata patut disadari sebab ada empat hal yang akan diperoleh seperti dinyatakan dalam pustaka Nitisastra dalam bentuk kekawin pada Sargah V sebagai berikut :
Wasita nimittanta menemu laksmi
Wasita nimittanta pati kepangguh
Wasita nimittanta menemu duhka
Wasita nimittanta menemu mitra
Artinya :
Oleh perkataan engkau akan medapat kebahaiaan
Oleh perkataan engkau akan medapat kematian
Oleh perkataan engkau akan medapat kesusahan
Oleh perkataan engkau akan medapat sahabat
Perkataan yang baik diusahakan untuk akawe suka wong len yaitu : Mengusahakan kesenangan untuk orang lain, karena orang lainlah yang akan mendengar dan merasakannya
Perkatan sangat perlu diperhatikan dan diteliti sebelum dikeluarkan karena perkataan merupakan alat yang penting bagi kita, guna menyampaikan segala isi hati dan maksud seseorang. Dari kata – kata kita dapat pula memperoleh suatu pengetahuan, mendapatkan suatu hiduran, serta nasehat – nasehat yang sangat berguna baik bagi kita maupun orang lain. Dengan kata – kata, orang dapat membuat susah orang lain.
Sebagai contoh pelaksanaan Wacika Parisudha dalam kehidupan sehari – hari, ada empat hala yang disebutkan yaitu :
Tidak berkata – kata buruk yang dapat menyakiti hati / perasaan misalnya : mencaci maki, menghina, mencela, mengejek, dan lain – lain
Tidak berkata kasar kepada mahluk lain, misalnya mengancam, menghina, menghardik
Tidak memfitnah misalnya tidak mengadakan atau membuat laporan palsu untuk mengadu teman supaya bercekcok.
Tidak ingkar pada janji atau ucapan, misalnya menepati waktu sesuai dengan janji yang telah diucapkan, tidak berkata bohong.
C. MANACIKA PARISUDHA
Manacika berarti perilaku yang berhubungan dengan pikiran. Manacika Parisudha adalah berpikir yang benar dan suci. Diantara Tri Kaya Parisudha ini, pikiranlah yang menentukan dan memegang peranan. Apa saja yang terdapat dalam pikiran akan tercetus dalam kata – kata, dan terwujud pula dalam perbuatan. Pikiran adalah sumber segala apa yang dilakukan oleh seseorang. Baik buruk perbuatan seseorang merupakan pencerminan dari pikiran. Bila baik dan suci pikiran seseorang, maka sudah tentu perbuatan dan segala penampilan akan bersih dan baik. Apabila diperhatikan benar – benar tentang segala perbuatan manusia di dunia ini, semuanya berpangkal pada pikiran. Dalam Pustaka kekawin Ramayana Sarah 1,4 disebutkan :
“ Ragadi musuh mapara, ri hati ya tong wanya
Tan madoh ring awak “…….
Artinya :
Hawa nafsu dan lain – lainnya adalah musuh yang dekat.
Di dalam hati tempatnya tidak jauh dari diri sendiri.
Kehidupan manusia dihadapkan dengan berbagai maslah dalam kesempatan hidupnya. Maslah – masalah itu akan bisa dihadapi, bila hati atau pikiran dapat dikendalikan terhadap hawa nafsu – hawa nafsu yang mempengaruhinya.
Pikiranlah yang merupakan pangkalnya perbuatan. Dari pikiran yang terkendali baik, akan menimbulkan perbuatan yang baik dan dari pemikiran yang buruk akan menimbulkan perbuatan yang tidak baik.
Ajaran Manacika Parisudha menuntun manusia untuk berpikir yang baik, berusaha menolong dirinya dengan mengendalikan pikirannya sebelum akan berkata – kata dan berbuat. Mereka yang kuat mengendalikan pikirannya sehingga tidak mengumbar hawa nafsunya akan lebih mudah mencapai cita – citanya. Mereka tidak banyak digoda atau diperbudak oleh hawa nafsunya. Demikian sebaliknya mereka yang kurang mampu mengendalikan hawa nafsunya sulit akan mencapai cita – citanya sebab itu diperbudak, pikirannya terbelenggu hingga lupa apa yang dilakukan. Dalam hubungan ini ada benarnya nasihat orang – orang tua kita yang ering berpesan
“ Pikirkan baik – baik terlebih dahulu sebelum akan berbuat
Jangan sampai keburu nafsu, sebab apa yang telah lewat
Sulit akan dikejar “.
Contoh lain dapat kita ambil dari cerita Arjuna Wiwaha, dimana Arjuna berhasil melaksanakan tapanya, karena pikirannya terkendali kuat, melawan berbagai macam godaan nafsu. Rasa marah atau Krodha yang sering dapat dirasakan oleh setiap orang. Berpangkal pada pikiran dan hal itu patut dikendalikan agar kita tidak sampai kehilangan rasa keseimbangan dalam diri. Apabila kita tidak kuat mengendalikan pikiran inilah kemudian yang dapat menimbulkan sakit, bingung, marah, benci, stress, gila, tidak ingin makan dan minum, tidur akibat pikirannya terganggu.
Sebagai contoh pelaksanaan Manacika Parisudha dalam kehidupan sehari – hari, ada tiga hal disebutkan yaitu :
1. Tidak mengingini sesuatu yang tidak kekal.
Misalnya : – tidak ingin kepada hal – hal yang terlarang
– tidak meras iri maupun dengki pada kepunyaan ( milik orang lain.
2. Tidak berpikir buruk terhadap mahluk lain
Misalnya : – Tidak mempunyai niat marah terhadap sesama manusia.
– Tidak mempunyai niat marah terhadap mahluk – mahluk lain
3. Tidak mengingkari Karma Phala
Misalnya : – Percaya dan yakin akan adanya hukum karma ( hasil perbuatan ) itu.
1.3 Manfaat dan makna pelaksanaan tri kaya parisudha dalam kehidupan sehari – hari.
Apabila Tri Kaya Parisudha tersebut dapat dilaksanakan dalam kehidupan sehari – hari, maka manfaat dan maknanya akan dapat dirasakan baik secara pribadi maupun golongan atau kelompok secara keseluruhan.
Manfaat – manfaat yang diperoleh adalah dari :
Kayika Parisudha.
– Setiap orang tidak berani menyiksa, manyakiti, dan membunuh mahluk lain.
– Setiap orang tidak berani mempergunakan kekerasan ( secara paksa ) untuk merebut benda yang diinginkannya dari orang lain.
– Setiap orang tidak berani memaksa orang lain untuk berjudi, minum – minuman keras, mengisap ganja, narkotik dan lain – lain
Wacika Parisudha
– Setiap orang selalu berusaha berkata –kata yang baik ( tidak menyinggung perasaan )
– Setiap orang takut berkata – kata kasar, tidak menghina, mengancam, dan menghardik
– Setiap orang tidak berani memfitnah, mengadakan laporan palsu untuk mengadukan teman
– Setiap orang selalu satia wacana, yaitu menepati janji dan tidak berani berbohong.
Manacika Parisudha
– Seseorang akan selalu berpikir untuk memperoleh sesuatu secara halal.
– Selalu berpikir baik terhadap mahluk lain yang didasari oleh semua mahluk adalah ciptaan Tuhan.
– Mempercayai dan meyakini adanya hukum karma yaitu semua perbuatan pasti memperoleh hasil.
Makna yang diperoleh dari pelaksanaan Tri Kaya Parisudha dalam kehidupan sehari – hari adalah :
setiap orang akan selalu berpikir telebih dahulu sebelum berkata ataupun berbuat.
Setiap orang akan menjadi sopan santun dalam kehidupannya
Kehidupan manusia di dunia ini akan tertib sehingga keadaan menjadi aman, tentram dan damai.
Setiap orang tidak merasa was – was, takut ataupun curiga, karena masing – masing dapat mengendalikan dirinya.
Di awal kita sudah membahas bahwa dengan adanya pikiran yang baik akan timbul perkataan yang baik sehingga mewujudkan karma yang baik pula. Dan dari perbuatan yang buruk akan dihasilkan karma yang buruk pula. Jadi segala sesuatu yang kita perbuat akan ada karmanya. Untuk itu kita akan mengenal yang namanya KARMA PHALA. (foto: vadinmanusudhana0436.blogspot.co.id) –sumber