Yajna berasal dari bahasa sansekerta dari akar kata Yaj yang artinya memuja, mempersembahkan, atau korban. Yajna diartikan sebagai korban suci yang tulus ikhlas. Di Indonesia penulisan yajna lazim ditulis dengan yadnya, artinya tetap sama. Yajna memiliki pengertian yang lebih luas disbanding upacara Yajna. Yajna memiliki dimensi yang luas yaitu meliputi filsafat, etika, dan ritual. Sedangkan upacara yajna dari segi wujudnya lebih menonjolkan segi ritual, meskipun didalamnya terbungkus filsafat dan etika. Yajna pada hakekatnya adalah suatu perbuatan perluasan suci yang dilandasi dengan ketulusikhlasan untuk mengabdi kepada Tuhan YME dan segala ciptaannya.
Lalu apa yang menjadi dasar kita melakukan yajna? Di dalam Atharva veda, XII.1.1 disebutkan:
“ Satyam brhad rtam ugram,
diksa tapo brahma yajnah prthivim dharayanti,
sa no bhutasya bhany asya patynyurumlokam”.
Artinya:
Kebenaran (satya) hukum yang agung, yang kokoh dan suci (rta), tapa brata, doa, dan yajna, inilah yang menegakkan bumi. Semoga bumi ini , ibu kami sepanjang masa memberikan tempat yang lega bagi kami.
Selain itu di dalam kitab Bhagawadgita III.10 disebutkan:
“ Saha-yajnah prajah srstva
Purovaca prajapatih,
Anena prasavisyadhvam
Esa vo ‘stv ista-kama-dhuk”.
Artinya:
Sesungguhnya sejak dahulu dikatakan, Tuhan setelah menciptakan menusia melalui yajna, berkata : dengan (cara) ini engkau akan berkembang, sebagai sapi perah yang memenuhi keinginanmu (sendiri).
Dari sloka diatas dapat kita simpulkan bahwa yajna merupakan salah satu penyangga tegaknya kehidupan di dunia ini. Tuha telah menciptakan manusia dengan yajna, dan dengan yajna pulalah manusia berkembang dan memelihara kehidupannya. Kesucian diri dan keikhlasan tentunya menjadi dasar dalam beryajna.
Nah sekarang kita bahas makna dan tujuan kita melakukan yajna…
1. Sebagai pengejawantahan ajaran Veda
Sudah jelas bahwa didalam Veda banyak disebutkan tentang yajna. Seperti sloka-sloka yang mendasari kita melakukan yajna. Jadi Yajna merupakan aplikasi dari ajaran Veda.
2. Sebagai rasa terima kasih
Kehidupan ini pada hakekatnya memiliki ketergantungan dengan yang lain. Ada 3 ketergantungan dalam hidup manusia yang membawa ikatan hutang (rna). Ketiga hutang (tri Rna ) yaitu:
- Dewa Rna : ketergantungan pada Tuhan yang telah menciptakan kehidupan, memelihara dan memberikan kebutuhan hidup. (dibayar dengan Dewa yajna dan Bhuta yajna).
- Rsi Rna : ketergantungan kepada Rsi yang telah memberikan pengetahuan Suci untuk membebaskan hidup ini dari kebodohan menuju kesejahteraan dan kebahagiaan hidup lahir batin. (dibayar dengan Rsi yajna).
- Pitra Rna : Ketergantungan kepada leluhur yang telah melahirkan, mengasuh dan membesarkan diri kita.(dibayar dengan Pitra yajna dan Manusa yajna).
Dari uraian di atas menjelaskan bahwa salah satu tujuan kita melakukan yajna adalah sebagai bentuk rasa terima kasih, baik kepada Tuhan, rsi, leluhur, sesama manusia,maupun kepada bhutakala.
3. Untuk mencapai sorga
“ tiga ikang karya amuhara swarga, lwirya tapa, yajna, kirti”. Artinya ada tiga jalan untuk mencapai sorga yaitu tapa, yajna dan kirti.(agastya parwa)
4. Untuk melepaskan diri dari ikatan karma
“ apan ikang karma kabeh kaentas krta tekapaning yajna niyatannya”. Artinya segala karma itu akan dapat dibebaskan dengan pelaksanaan yajna yang sesungguhnya.( bhisma parwa)
5. Untuk mencapai kebebasan
Dalam Bhagawadgita IV.31 disebutkan mereka yang makan sisa persembahan, sebagai amrta , mencapai Brahman yang kekal abadi, dunia ini bukan bagi yang tidak beryajna, apa pula dunia yang lain, wahai Arjuna.
Selanjutnya kita akan membahas tentang macam” panca yajna…
1. Menurut Manawadharmasastra III.73
– Ahuta : mengucapkan doa-doa suci weda
– Huta : persembahan dengan api homa
– Prahuta : upacara bali / bhuta yajna
– Brahma huta : menghormati para brahmana
– Prasita : persembahan tarpana pada para pitara
2. Menurut Bhagawadgita IV.28
– Drweya yajna : berdana punia dengan harta
– Tapa yajna : mengendalikan indriya
– Yoga yajna : melakukan astangga yoga
– Swadyaya Yajna: mengendalikan diri belajar sendiri pada Tuhan
– Jnana yajna : beryajna dengan ilmu pengetahuan
Nah panca yajna yang kenal pada umumnya bersumber dari Agastya parwa yaitu: dewa yajna, rsi yajna, pitra yajna, manusa yajna dan bhuta yajna, yang ini ga perlu dijelaskan pasti udah tau semua…
Sebagai penutup kita bahas tentang kualitas Yajna menurut Bhagawadgita tepatnya pada Adhyaya XVII sloka 11,12,13…
1. Satvika yajna
“ yajna menurut petunjuk kitab-kitab suci, yang dilakukan oleh orang tanpa mengharap pahala dan percaya sepenuhnya upacara ini sebagai tugas kewajiban, adalah satvika”.
Yajna yang satvika meliputi :
– Sradha : dengan keyakinan
– Lascarya : tulus ikhlas
– Sastra : berpedoman pada sastra Veda
– Daksina : sesari ( tanpa daksina ibarat api tanpa panas )
– Mantra gita : weda, genta, kidung
– Anasewa : jamuan
– Nasmita : tidak untuk pamer
2. Rajasika yajna
“ tetapi yang dilakukan dengan mengharap ganjaran, dan semata-mata untuk kemegahan belaka, ketahuilah wahai Arjuna, yajna itu bersifat rajas”. Yajna yang bersifat rajas merupakan yajna yang dilakukan dengan penuh pengharapan akan hasilnya, untuk pamer dll.
3. Tamasika yajna
“ dikatakan bahwa yajna yang dilakukan tanpa aturan(bertentangan) dimana makanan tidak dihidangkan, tanpa mantra dan sedekah serta tanpa keyakinan dinamakan tamas”. Yajna yang tamasika dilakukan dengan cara yang tidak baik, tidak ikhlas, asal-asalan, tidak mengikuti petunjuk sastra, tanpa mantra, tanpa daksina.