Penunggu Karang bagi umat Hindu Bali merupakan salah satu bangunan suci yang wajib dimiliki. Penunggu Karang merupakan stana Ratu Made Alangkajeng, maparaban Bhatara Dukuh Sakti. Beliau berada di bawah perintah Dewa Mahadewa dan sedapat mungkin menempati posisi kaja kauh (barat laut).
Banyak umat Hindu Bali, akibat pekarangan yang sempit, kesulitan tata ruang, ditambah petunjuk yang keliru, lalu menempatkan penunggu karang pada posisi yang tidak benar. Jika sudah begitu maka bukan hanya posisi yang tidak enak dilihat saja namun ada juga beberapa hal yang akan sering terjadi jika terjadi kesalahan penempatan penunggu karang, seperti yang tertulis dibawah ini:
- Jika Penunggu Karang berada di dalam merajan, akibatnya adalah mudah selisih paham. Penghuni rumah sering bertengkar, mudah sakit kepala belakang, inguh, tidak betah di rumah dan pekarangan mudah dimasuki mahluk gaib.
- Penunggu karang yang posisinya kaja kangin menyebabkan penghuni mudah selisih paham, sering diganggu manusia sakti, kowos boros.
- Penunggu karang yang posisinya menghadap ke barat menyebabkan penghuni sering sakit kepala belakang, sering mendapat serangan ilmu hitam.
- Penunggu karang yang tidak memiliki pagar, menyebabkan penghuni kowos boros dan sering inguh.
- Penunggu karang tabrak lebuh, menyebabkan penghuni sering sakit pinggang dan punggung.
Pelinggih tidak perlu mewah, jika posisinya benar, mengetahui siapa yang berstana dan mengerti tata cara berdoa (berketuhanan) sebagai umat hindu yang benar, maka pasti akan mendapatkan panugrahan dari beliau. Posisi yang tepat untuk menempatkan sanggah Penunggu Karang itu adalah pada posisi Kaje Kauh dan pastinya berada di barisan depan atau dekat dengan pintu gerbang. —sumber