BALI EXPRESS, DENPASAR – Ada beberapa cara untuk menyucikan diri secara sekala dan niskala. Selain malukat, ada tingkatan yang lebih tinggi dinamai Mawinten. Bagaimana prosesi dan maknanya?
Wakil Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Bali, Pinandita Ketut Pasek Swastika mengatakan, Mawinten biasanya dilaksanakan untuk mohon wara nugraha sebelum mempelajari ilmu keagaamaan. Selain itu, juga sebagai peningkatan kesucian diri.
Dikatakannya, upacara Pawintenan atau Mawinten merupakan upacara yang beragam. Mulai dari Pawintenan Ngadat, pemangku, dan pelajar. “Jika Pawintenan seorang pemangku dari walaka menjadi eka jati. Sedangkan Pawintenan Saraswati merupakan Pawintenan yang dilakukan oleh pelajar, supaya bisa mempelajari ilmu tentang keagamaan,” terang pria 57 tahun tersebut.
Pinandita Pasek Swastika mengatakan, Mawinten berasal dari kata winten, yaitu nama sebuah permata yang memiliki sifat yang mulia. Tujuan dari pelaksanaan upacara ini sebagai penyucian diri secara lahir dan batin. Jika dilihat secara lahir bertujuan untuk menyucikan seseorang dari segala mala (kotor). Sedangkan secara batin, lanjutnya, untuk memohon penyucian dari Ida Sang Hyang Widi Wasa.
Ia mengungkapkan bahwa Pawintenan Saraswati dilaksanakan supaya diberikan wara nugraha, terlebih dalam mempelajari ilmu yang suci. Untuk nantinya dapat mengamalkan ajaran-ajaran suci tersebut untuk dirinya maupun orang lain. “Ketika sudah melaksanakan Pawintenan Saraswati, jika seseorang akan menjadi pemangku selanjutnya juga harus ikut Pawintenan Pemangku. Baik itu pawintenan mangku alit, pawintenan mangku gede, baru pawintenan wiwa. Setelah itu, bhawati, kemudian baru didiksa,” urainya kepada Bali Express (Jawa Pos Group) di Ashram Sari Taman Beji, Canggu, Badung, pekan kemarin.
Dikatakannya, sebelum Mawinten seseorang harus melaksanakan upacara Pangidep Hati. Di mana dalam upacara tersebut dimaksudkan agar selanjutnya mendapatkan tuntunan yang lebih baik. Untuk seseorang yang melaksanakan Pangidep Hati ini, lanjutnya, minimal yang bersangkutan sudah tanggal gigi pertama. Diakuinya, tujuan dari pelaksanaan Pawintenan merupakan tujuan hidup seseorang. Dijelaskannya, berdasarkan Kitab Suci Rasaccamucaya sloka 6.80 berbunyi : Apan ikang manah ngaranya, ya ika witning indriya, Maprawrtti ta ya ring subha subha karma, matangnyan ikang manah juga prihen kahrtanya sakarang. Maksudnya, sebab pikiran itu namanya sumbernya indriya, ialah yang menggerakkan perbuatan baik buruk itu. Karena itu pikirkanlah yang patut segera diusahakan pengendaliannya.
“Pawintenan pada dasarnya untuk mengendalikan diri terhadap hawa nafsu oleh pikiran. Memohon tuntunan mempelajari ilmu pengetahuan suci, meningkatkan status manusia ke tingkat yang lebih tinggi, dan supaya mendapatkan perlindungan secara spiritual dari segala gangguan,” jelasnya.
Lantaran itu, lanjutnya, masyarakat Hindu di Bali menyadari arti penting dan tujuan upacara Mawinten tersebut. Sehingga setiap orang akan berusaha untuk melaksanakanya sesuai dengan keperluan hidup mereka. Di mana dalam pelaksanaan upanayana, menjalani diri sebagai pemangku, bahkan dalam prosesi menjadi seorang sulinggih.
Diterangkannya, Pawintenan banyak ragam, nama, serta variasinya, tetapi setiap pelaksanaan upacaranya hampir sama. Sebab, semua itu mempunyai tujuan dan fungsi yang sama, tetapi tujuan khususnya yang disesuaikan dengan nama dan jenis pawintenannya. Seperti halnya
Pawintenan Saraswati, Pemangku, Dalang, Tukang Banten, Balian, dan Pawintenan sesuai kebubutuhan seseorang.
Ditegaskannya, persyaratan seseorang melakukan Pawintenan adalah kesiapan diri. Sebab, setelah melakukan Pawintenan ada pantangan yang harus dihindari. Ketika menjadi seorang pemangku sudah tentu bersifat layaknya seorang pemangku. Baik itu dari perilaku sehari-hari dan pekerjaan yang harus dilakukan.
Pada tempat yang berbeda, Welaka Ida Bagus Gede Suragatana mengatakan, upacara Pawintenan selain sebagai penyucian, juga sebagai penyadaran diri seseorang yang akan mengarah ke spiritualitas.
“Pawintenan Saraswati tentu untuk peningkatan ilmu, jika Pawintenan Dalang tugasnya menjadi seorang dalang. Begitu juga pawintenan Maha Wisesa yang bertujuan untuk menyucikan seseorang sebagai fungsional pengurus desa,” papar pria pensiunan guru tersebut.
Demikian juga Pawintenan untuk Sadeg bertujuan untuk menyucikan seseorang terhadap tugasnya sebagai Sadeg. Supaya dalam tugasnya sebagai penyambung maupun penyampaian pawisik yang diterima, tidak ada mengada-ngada ,” pungkasnya.
(bx/ade/yes/JPR) –sumber