Bermusuhan dengan umur, itulah salah satu tanda jiwa-jiwa yang menuju bahaya. Di usia muda, mereka mengira kalau cahayanya ada di usia tua. Begitu tua, tubuh lemah dan sakit-sakitan, mereka baru sadar ternyata ada banyak kesempatan di usia muda dulunya yang secara menyesal tidak dimanfaatkan. Hasilnya mudah ditebak, saat muda mereka resah, ketika dewasa gelisah, tatkala tua mereka marah-marah.
Setelah digali lebih dalam di sesi-sesi meditasi, tidak sedikit sahabat gelisah yang membuka rahasia, ternyata nyaris semua jiwa-jiwa bahaya punya kebiasaan tidak sehat. Ringkasnya, jauh di kedalaman dirinya mereka sering berbicara dengan diri sendiri seperti ini: “Saya tidak mau ada di sini dan saat ini”. Itu sebabnya, mudah dimengerti kalau seorang peneliti dari Harvard menyimpulkan, lebih dari 50 % waktu manusia modern lari ke masa lalu dan masa depan. Alias jarang ada di masa kini.
Padahal, obat terindah sekaligus hadiah terindah ada di masa kini. Seks sebagai sebuah contoh, ia terasa indah karena membuat manusia terhubung rapi dengan saat ini. Makanan dan hiburan menyenangkan sebagai contoh lain juga serupa, ia terasa memberi nutrisi indah karena membuat seseorang terhubung rapi dengan saat ini. Meditasi yang penuh kedamaian dan senyuman tidak jauh berbeda. Ia membuat manusia berdekapan rapi dengan saat ini.
Pelajaran yang tersisa kemudian, mari melatih diri untuk bersahabat dengan umur. Terutama karena di setiap umur ada kesempatan agar jiwa mekar. Masa kanak-kanak indah karena penuh nyanyian dan permainan. Usia remaja bercahaya karena penuh tawa dan canda. Umur dewasa berisi banyak bunga karena mulai dikelilingi keluarga. Dan ia yang masa kanak-kanaknya mekar, remajanya mekar, usia dewasanya juga mekar, ada kemungkinan bisa menjadi sumber cahaya di usia tua.
Dengan kata lain, asal seseorang jernih dan bersih di dalam, di setiap tingkatan umur ada kemungkinan jiwa agar mekar indah. Dalam bahasa puitis yang indah, musim hujan adalah waktu bagi rerumputan untuk bertumbuh hijau bercahaya. Musim kemarau adalah saat bagi bunga-bunga untuk mekar indah bercahaya. Pertanyaannya kemudian, bagaimana membuat manusia jernih dan bersih di dalam?
Sahabat penggali ke dalam diri yang penggaliannya sudah dalam mengerti, begitu manusia berhenti mengidentikkan dirinya dengan sang pemikir di dalam, kolam di dalam mulai belajar jernih dan bersih. Ada kecerdasan yang jauh lebih dalam mulai muncul dalam kehidupan seseorang. Dalam bahasa seorang kawan, pikiran lengkap dengan salah-benarnya adalah salah satu bagian sangat kecil dari seluruh kecerdasan yang ada dalam diri manusia.
Bergantung pada hal yang kecil mudah sekali membuat hidup jadi kerdil. Untuk itu, alokasikan lebih banyak waktu untuk berjarak dengan pikiran keras yang membela yang benar, bermusuhan dengan yang salah. Menggenggam yang baik, menendang yang buruk. Setiap kali ada energi dari dalam yang membela apa yang disebut benar, marah karena disebut salah, cepat sadari kalau itu adalah hasil tipuan pikiran. Bukan kenyataan, bukan kebenaran.
Untuk pedoman praktis keseharian, layak merenungkan tiga tips sederhana namun dalam berikut ini. Pertama, belajar merasa aman dan nyaman tatkala Anda tidak tahu. Manusia yang mengetahui segala-galanya tidak ada. Selalu saja ada bagian yang tidak diketahui. Kedua, latih diri untuk mengatakan “ya” pada kekinian. Cara ini tidak saja menentramkan, namun juga dalam. Ketiga, sebagaimana seks dan hiburan yang mudah membuat seseorang terhubung dengan saat ini, senyuman juga bisa melaksanakan tugas serupa. Untuk itu, jangan pernah lelah berbagi senyuman.
Begitu seseorang sering berlatih berjarak dengan pikiran keras lengkap dengan tembok salah-benarnya, di sana ada benih-benih indah tumbuh di dalam. Awalnya seseorang akan lebih pemaaf pada diri sendiri. Kemudian bertumbuh menjadi lebih pemaaf pada orang lain. Awalnya seseorang akan bisa menerima diri sendiri. Kemudian bertumbuh menjadi menerima orang lain.
Begitu benih-benih indah ini tumbuh menjadi pohon yang menyejukkan ke luar dan ke dalam, di sana seseorang bisa mengerti pesan tetua: “Bloom in your age”. Jiwa Anda bisa mekar di umur sekarang. Persisnya, di sepanjang perjalanan jiwa bisa mekar. Meminjam bunyi sebuah puisi tua: “Tatkala saya mencari Tuhan, saya berjumpa diri saya sendiri. Tatkala saya mencari diri saya sendiri, saya berjumpa Tuhan”. Inilah jiwa yang mekar sangat indah. Dengan jiwa jenis ini, seseorang sedang membuat tubuh manusia sebagai tubuh yang paling bercahaya di alam ini.
Penulis: Guruji Gede Prama.
Photo: Twitter Gabriel_Corno. –sumber