Begini Asal-Usul Ular Suci Pura Luhur Tanah Lot

BALI EXPRESS, TABANAN – Tanah Lot tidak hanya dikenal dengan Pura Luhur Tanah Lot yang berada tepat di atas karang di tengah laut yang membuat para wisatawan lokal dan mancanegara terpukau. Namun juga terkenal dengan ular sucinya. Maka tak heran jika para wisatawan yang datang tidak hanya menikmati pemandangan namun juga melihat langsung keberadaan ular suci tersebut.

Bagi masyarakat Pulau Dewata, ular yang ada di Pura Luhur Tanah Lot ini sudah tidak asing lagi. Ular dengan warna belang hitam-putih atau poleng tersebut dipercayai sebagai ular suci yang menjaga Pura Luhur Tanah Lot dan biasa disebut Duwe.

Keberadaan ular suci itu sendiri dapat disaksikan oleh para wisatawan dengan hanya mengaturkan dana punia sukarela di sebuah goa yang tentunya dijaga oleh seorang pawang ular.

Di dalam goa bertuliskan “Ular Suci/Holy Snake” tersebut siapa pun dapat menyaksikan bahkan menyentuh ular suci jenis ular laut berekor pipih dengan nama ilmiah bungarus candidus tersebut. bungarus candidus sendiri merupakan sejenis ular berbisa dari suku elapidae dan merupakan salah satu ular paling berbisa di dunia. “Menurut cerita dari zaman dulu, bisa atau racun dari ular suci itu sangat mematikan,” ungkap terang Jero Mangku Wati, Pemangku di Pura Luhur Tanah Lot.

Meskipun memiliki bisa mematikan, hingga saat ini Mangku Wati mengatakan jika tidak pernah ada orang yang digigit entah itu dari pawang ataupun wisatawan. Karena memang ular suci tersebut tidak akan menggigit selama dirinya merasa aman dan nyaman. “Yang saya tahu dan saya dengar selama ini, hingga detik ini tidak pernah ada orang yang digigit oleh ular suci itu, meskipun katanya ular itu sangat berbisa. Siapa pun yang digigit akan menemui ajalnya dengan sekejap,” imbuhnya.

Keyakinan bahwa bisa atau racun ular sui tersebut sangat mematikan dikuatkan dengan sebuah cerita dari para leluhurnya terdahulu. Konon dulu ular suci pernah bertarung dengan seekor musang. Musang tersebut kemudian digigit oleh ular suci dan dalam beberapa saat musang itu pun melepuh. Ditambahkan lagi, karena tidak pernah menggigit orang maka tidak ada seorang pun yang tahu apa obat penawar jika tergigit oleh ular suci tersebut.

Ular suci yang ada di Pura Luhur Tanah Lot itu dijelaskan bahwa ada dua warna, satu berwarna poleng (hitam-putih) dan satu lagi berwarna abu-abu kehitaman. “Kebanyakan yang berwarna poleng, tetapi kadang-kadang muncul yang berwarna belang abu-abu kebiruan itu. Katanya itu bisanya lebih mematikan lagi,” lanjutnya.

Lebih lanjut, Jero Mangku Wati menceritakan jika menurut kepercayaan dan cerita Agama, ular suci tersebut merupakan jelmaan dari selendang milik Dang Hyang Nirartha ketika menginjakkan kaki di Pantai Tanah Lot.

“Ketika Dang Hyang Nirartha tiba di Pantai Tanah Lot sekitar abad ke-14 Beliau mendirikan pasraman dan bersemedi. Nah ketika itu agar tidak ada gangguan, Beliau kemudian merobek kain poleng yang Beliau gunakan seukuran selendang. Dan selendang itulah berubah menjadi ular suci yang hingga saat ini dipercayai adalah sebagai penjaga Pura Luhur Tanah Lot,” terang Mangku Wati.

Terlebih lagi Mangku Wati menuturkan jika sebelum tahun 1960-an, ular suci di Pura Luhur Tanah Lot berjumlah ratusan. Bahkan ketika pujawali ular-ular tersebut akan meliuk-liuk di Pura Luhur Tanah Lot dengan bebas. “Ular-ular itu akan berkeliaran bebas, dan mereka sangat jinak. Jadi orang yang bersembahyang juga tidak takut karena kalau kita tidak mengganggu ular itu maka ular itu juga tidak akan mengganggu kita. Jadi kita bisa berdampingan,” ujar Mangku Wati lagi.

Namun setelah pariwisata semakin pesat, perlahan keberadaan ular suci itu berkurang. Bahkan kini sudah sangat sulit untuk menemukan ular suci berkeliaran seperti dahulu kala. Dan tak jarang Mangku Wati melihat ada ular suci yang meregang nyawa. “Terakhir saya lihat ada ular suci yang mati lemas di pagar Pura,” tuturnya.

Berkurangnya populasi ular suci di Pura Luhur Tanah Lot diyakini karena eksploitasi terhadap ular suci yang dimanfaatkan untuk bisnis. “Dulu ular banyak dan gampang untuk dipertontonkan kepada pengunjung. Sekarang sudah sedikit jadi ular suci dicari-cari untuk dapat diperlihatkan kepada pengunjung,” ungkap sumber yang enggan dikorankan namanya tersebut.

Kata dia, kesucian ular tersebut telah terkikis oleh kepentingan bisnis sehingga kini populasi ular berkurang. Hal ini tentu saja menjadi pro dan kontra. “Tidak tahu nanti kalau ular suci benar-benar sudah tidak ada lagi. Jadi serba salah di sini, soalnya semua sama-sama cari makan,” pungkas sumber.

(bx/ras/yes/JPR) –sumber