Om Swastiastu
Om Awignamastu
Menjadi pengikut suatu Agama dan keyakinan adalah panggilan jiwa pribadi yang mendalam. Berbagai agama dan keyakinan memiliki dasar kitabnya masing-masing. Jika ibaratnya bagaikan buah beraneka ragam macamnya. Setiap orang memiliki buah favoritnya sendiri.
Kitab suci satu dgn yg lainnya sesungguhnya adalah sama dalam hal hakikatnya atau intinya. Bisa jadi kulit boleh beda namun inti tetaplah sama. Sama-sama mengajarkan kebaikan, puja bakti, dan penyerahan yang penuh kehadapan Sang Pencipta. Bagaikan buah intinya adalah vitamin apapun rupa, nama, dan warnanya. Buah apapun pilihannya tentu yg cocok, yg disuka, yg bisa dimakan, dan menyehatkan diri pribadi. Terkadang tidak semua buah cocok, bisa, dan menyehatkan bagi semua orang. Ada yg cocok dgn jeruk ada yg cocok makan durian. Ada yg mabok makan wani, ada yang sehat makan apel.
Membandingkan dua kitab yg berbeda dari keyakinan dan kepercayaan yg berbeda sesungguhnya tidak ada artinya. Hakekatnya adalah sama. Paling banyak yg bisa dibandingkan adalah kulitnya dan cara mengahayatinya. Tentu kulit dan cara ini tidak bisa disamakan. Memperdalam kitab sebaiknya dgn pendekatan dan cara penghayatan dari kitab itu sendiri, bukan dgn cara penghayatan dari kitab lainnya. Sama hal kita membandingkan buah tentu rupa kulit dan cara memakannya berbeda-beda setiap buahnya. Tentu cara membuka kulit pisang tidak bisa disamakan dgn cara membuka durian.
Oleh karena itu Semeton dalam persaudaraan Hindu seperti kita ketahui Hindu memiliki beraneka ragam kitab dan cara menghayati nya, maka hormatilah. Seperti kita menghormati orang yang memiliki selera buah yg berbeda beda. Meskipun di keluarga saudara sendiri berbeda pilihan agama dan keyakinan hormatilah. Hakikatnya kita tetap bersaudara walau berbeda selera. Hindari berkarma buruk, jangan sampai kita menghakimi, berlaku kasar dan tidak adil hanya karena sebuah perbedaan. Walau sejelek apapun tidak ada mantan saudara. Rahayu.
Om Santih Santih Santih Om –sumber