BERRUMAH DI ATAS AWAN

Neraka yang membakar, begitulah jiwa-jiwa gelisah memandang perasaan. Tidak sedikit selebritis kaya di Barat yang bunuh diri karena dibakar perasaan. Bila disarikan, intinya hanya satu yakni bandul perasaan yang berguncang. Saat bandul perasaan menuju arah menyenangkan, jiwa-jiwa gelisah cenderung menikmatinya secara berlebihan. Akibatnya, karena ditarik terlalu keras ke kanan, begitu bandulnya bergerak ke kiri, ia juga membakar secara berlebihan.

Padahal, asal tahu caranya maka perasaan bisa menjadi petunjuk sangat penting bagi perjalanan jiwa. Tidak jarang terjadi, perasaan yang didekap rapi bisa menjadi kunci pembuka banyak sekali rahasia. Mari mulai mengerti perasaan negatif terlebih dahulu, kemudian mengenali perasaan positif. Dan sang rahasia disembunyikan di atas keduanya.

Perasaan negatif yang paling dibenci zaman ini adalah marah. Sejujurnya, melalui marah perasaan hanya memberitahu kalau ada wilayah sensitif pribadi yang disentuh orang lain. Hanya itu. Cemburu pada pasangan hidup, ia kekuatan penjaga yang menjaga hubungan suami-istri agar sehat dan selamat. Iri memberi tanda kalau ada energi kemajuan yang tersimpan di dalam. Bosan adalah petunjuk arah kalau di dalam memerlukan sejumlah perangsang (stimulus) dari luar seperti pujian orang, hiburan, serta variasi lainnya.

Ringkasnya, perasaan-perasaan negatif hanya kompas (penunjuk arah) tentang ke mana seseorang sebaiknya melangkah. Saat wilayah sensitif pribadi disentuh orang, melangkah menjauh sudah cukup. Ketika cemburu membakar di dalam, konsentrasikan energi untuk menjaga pasangan hidup agar selamat. Bila iri datang, gunakan energi iri untuk berusaha lebih keras lagi. Demikian juga dengan bosan. Tidak perlu mengambil tali untuk gantung diri. Cukup datangi orang dan tempat yang bisa memberikan pujian atau hiburan menyenangkan secukupnya.

Perasaan positif seperti bahagia, gembira, sukacita membawa tanda-tanda yang lain lagi. Jika perasaan negatif hadir sebagai kekuatan penjaga, perasaan positif hadir untuk memberi masukan kalau jiwa di dalam sedang tertawa. Agar perasaan positif ini sering muncul ke permukaan, kenali dalam-dalam perilakunya.

Sahabat yang menghabiskan puluhan tahun hidup di dekat pantai, akan mudah damai bahkan hanya melihat gambar gunung yang sejuk. Teman-teman yang puluhan tahun tumbuh di tengah gedung yang tertutup, akan mudah bahagia melihat video tentang taman yang terbuka. Ringkasnya, tiap orang memliki lubang jiwa (baca: bagian diri yang kurang). Kenali lubang jiwanya, saat perasaan meluncur turun, apa lagi berbahaya, hadirkan stimulus (perangsang) agar perasaan kembali ke titik seimbang.

Sebagaimana putaran musim di alam lengkap dengan kemarau dan hujannya, malam dan siangnya, demikian juga dengan putaran perasaan di dalam. Tugas spiritualnya kemudian, saat perasaan bergerak ke arah menyenangkan, jaga bandul perasaan agar tidak terlalu ekstrim. Terutama dengan cara menikmati perasaan positif secukupnya saja. Ingat, secukupnya saja, jangan berlebihan. Sehingga ketika bandul perasaan bergerak ke arah sebaliknya yang negatif, perasaan negatif juga akan mengganggu secukupnya saja.

Di jalan spiritual mendalam, ini yang disebut sebagai emotion as insight. Perasaan bukan mengguncang, tapi membimbing seseorang untuk menemukan wawasan tentang kehidupan yang jauh lebih dalam, sekaligus jauh lebih mengagumkan. Bersama perasaan yang terkelola baik seperti ini, banyak kunci rahasia di alam ini yang mudah terbuka.

Ketakutan adalah bagian dari perasaan yang kerap memberikan tanda rahasia. Bagi pemula, ketakutan adalah kekuatan penjaga. Tanpa rasa takut akan kecelakaan, banyak anak muda akan kecelakaan di jalan raya. Namun begitu jiwa dewasa, apa lagi bercahaya, ketakutan adalah tembok pemisah antara diri yang kerdil dengan diri yang Agung.

Itu sebabnya, jiwa-jiwa dewasa dan bercahaya tubuhnya akan disentuh oleh tanda-tanda alam yang sangat menakutkan, dari laba-laba sampai ular berbahaya, tapi tentu saja tidak untuk menimbulkan bahaya. Tapi ia menjadi tanda penting dari alam rahasia, bahwa seseorang jiwanya sudah dewasa dan bercahaya. Di jalan meditasi, perasaan bersama pikiran sering disebut sebagai awan-awan yang datang dan pergi. Dengan demikian, jiwa-jiwa dewasa yang sudah disentuh ular dan laba-laba, sesungguhnya ia sudah berrumah di atas awan.

Penulis: Guruji Gede Prama.
Photo: etsy. –sumber