Silur bangbang (pengganti kuburan) merupakan rangkain ritual di Bali tatkala kuburan orang yang akan diaben dibongkar kembali untuk mengambil tulang yang yang bersangkutan. Ketika sudah selesai pekerjaan penggalian kuburan tersebut, maka di dalam kuburan dimasukkan, biasanya ayam hitam dan sesajen, sebagai penukar dari wadag (mayat) yang sudah di gali.
Ada suatu keanehan tatkala masyarakat melakukan pengabenan yaitu semua sambah yang terbuat dari tanah liat langsung akan hilang begitu ritual tersebut berakhir. Orang tua-tua bilang bahwa itu disebabkan oleh pasukan rerencangan Ida Bethara yang melakukan kerja bakti malam hari begitu upacara tersebut selesai. Nah hal itu yang akan menjadi titik tolak dari kisah yang akan diceritakan berikut ini.
Ada sebuah kisah dari seseorang yang bernama Nyoman M, cerita ini dikutip dari puragunungsalak.com. Nyoman M merupakan orang yang sangat lugu, pekerjaannya serabutan sebagai petani atau pemanjat pohon kelapa. Beliau sangat penasaran akan kisah tentang rerencangan Ida Bethara yang melakukan kerja bakti di malam hari begitu ritual pengabenan selesai. Oleh sebab itu waktu diadakan acara penggalian kuburan maka Nyoman M segara masuk ke kuburan sebagai silur bangbang. Dia tidak menghiraukan larangan keluarganya karena rupanya rasa penasarannya lebih besar untuk mengetahui hal sebenarnya.
Setelah semua orang pulang dari kuburan, tinggallah Nyoman M sendirian di dalam kuburan dengan hanya ditutupi tikar dan banten di atasnya. Dia sengaja membuat celah untuk dapat mengintip kejadian yang berlangsung di sekitarnya. Suasana malam itu sangat sepi, maklum penduduk sudah pada kelelahan, hanya lolongan anjing yang terdengar di sana sini. Nyoman M dengan tekad yang bulat berkonsentrasi untuk dapat menangkap apa gerangan yang akan terjadi nanti.
Tepat tengah malam, terdengar suara-suara yang aneh seperti suara orang banyak atau pasukan yang sedang bergerak di setra (kuburan) tersebut. Suara itu makin lama makin keras ditimpali oleh lolongan anjing yang sangat menyayat hati dan suara jengkrik yang bersahutan. Nyoman M merinding sekali menghadapi situasi tersebut, namun karena tekadnya sudah bulat maka perasaan takut dikesampingkan oleh Beliau.
Tiba-tiba Nyoman M melihat gerakan-gerakan yang terjadi di setra tersebut, makin lama makin jelas terlihat mahluk-mahluk yang bentuknya aneh-aneh seperti raksasa besar hitam, ada juga yang sudah tua, anak-anak dan endihan juga terlihat di sana sini jumlahnya sangat banyak. Ada seorang pemipin mahluk tersebut yang bentuknya hitam besar sekali. Mahluk-mahluk tersebut secara kompak mengadakan kerjabakti mengambil sampah-sampah yang terbuat dari tanah liat dan membawanya ke suatu tempat. Karena keterbatasan sudut pandang, Nyoman M tidak secara jelas melihat tujuan dari mahluk-mahluk tersebut.
Kerjabakti tersebut berlangsung sangat ramai dipenuhi oleh suara-suara mahluk yang sangat aneh dan dalam waktu singkat setra tempat pengabenan tersebut menjadi bersih kembali. Dalam hatinya Nyoman M baru mempercayai perkataan orang tua-tua bahwa sehabis pengabenan akan ada kerja bakti untuk membersihkan areal setra tersebut.
Setelah setra menjadi bersih, maka tiba-tiba pemimpin mahluk tersebut menjadi beringas dan menoleh kanan kiri serta menggerakkan hidung seperti mencium sesuatu. Penglihatan mahluk tersebut akhirnya tertuju pada kuburan dimana Nyoman M telah menjadi silur bangbang. Mahluk tersebut langsung berujar ” Matah Bonne” (bau manusia). Pas saat itu Nyoman M mengedipkan matanya, waktu dia membuka matanya tiba-tiba dia melihat setra tersebut sudah menjadi sepi sekali, tidak ada satu pun mahluk yang bisa dia lihat. Akhirnya Nyoman M terbangun dari kuburan dan menuju ke sungai utnuk mandi sebelum menuju ke rumahnya.–sumber