Ilmu Sempengot Ada di Lontar Canting Mas, tapi Mulai Jarang Dipakai

BALI EXPRESS, DENPASAR – Sempengot adalah sebutan untuk sebuah penyakit dimana mulut seseoarang akan mengalami perubahan dari bentuk aslinya. Salah satu contohnya adalah bagian mulut sebelah kiri tertarik ke bawah, sehingga orang tersebut terlihat aneh wajahnya. Gangguan syaraf ini banyak diyakini disebabkan oleh akibat terkena ilmu hitam atau black magic. Benarkah seperti itu?

Penulis Keagamaan, I Nyoman Kanduk Supatra tak menyanggah bahwa

banyak umat Hindu meyakini bahwa Sempengot disebabkan oleh gangguan black magic atau ilmu hitam.

Perkembangan cerita tersebut, lanjutnya, tak jauh hubungannya dari kondisi masyarakat yang kebanyakan menjadi petani. Di mana, ketika seseorang mencuri buah atau hasil kebun orang lain dan memakannya, maka tak jarang yang bersangkutan akan terkena penyakit yang dinamai Sempengot. “Hal ini diyakini umat Hindu bahwa petani yang memiliki ladang tersebut telah menyisipkan kekuatan black magic di dalam tanamannya agar yang mencuri terkena ganjaran melalui sempengot,” ujar I Nyoman Kanduk Supatra kepada Bali Express (Jawa Pos Group).

Dikatakannya, sejatinya penyakit Sempengot tersurat dalam lontar. Lontar Canting Mas koleksi Pusdok Bali menyebutkan adanya Dewa yang dapat dimintai bantuannya untuk memberi peringatan kepada orang-orang yang senang mencuri hasil kebun orang lain. Biasanya, peringatan tersebut ditujukan untuk mulut si pencuri, karena mulutnyalah yang memakan hasil curian tersebut.

“Dalam lontar tersebut disebutkan sarana banten dan mantra yang digunakan untuk meminjam dan menghidupkan kekuatan gaib itu agar mampu memberi peringatan kepada orang yang senang mencuri di ladang atau kebun,” imbuhnya.

Kekuatan gaib tersebut berasal dari palinggih yang ada di sawah atau ladang. Beberapa palinggih yang sering dijumpai adalah Palinggih Panunggun Karang dan Palinggih Sedahan Abian, yang memiliki kekuatan untuk menjaga sawah atau ladang. Selain itu, di sawah juga merupakan stana Ida Sang Hyang Widhi Wasa dengan prabhawanya sebagai Dewi Sri dan menguasai seluruh pertanian dan perkebunan.

Dengan adanya kekuatan Dewa yang ada di sawah, maka petani sebagai pemuja akan senantiasa diberikan anugerah penjagaan hasil panen sawah atau kebun yang mereka miliki. “Jika diulas secara mendalam, adanya penyakit Sempengot sebenarnya mengajarkan kita untuk selalu berusaha sebelum menikmati hasil. bukan mendapatkannya dengan cara tidak baik, “ terangnya.

Dewa yang merupakan pelindung sawah atau ladang, lanjutnya, juga dapat menyebabkan orang yang berniat tidak baik menjadi bingung dan tak tau arah jalan pulang.

Di lain pihak, jika diteliti secara medis, penyakit Sempengot disebabkan oleh kerusakan syaraf di sekitar wajah, khusunya syaraf ketujuh. Syaraf ini mengalami gangguan yang menyebabkan otot bibir dan mata tertarik ke posisi yang tidak normal. Kerusakan syaraf ini dapat disebabkan karena yang bersangkutan jarang menggunakan helm saat berkendara jauh, hal ini dapat menimbulkan suhu dingin pada pipi dan menyebabkan penyakit Sempengot.

Diakuinya, memang sulit menyatukan dua persepsi ini, namun yang menjadi patokan masyarakat, khususya umat Hindu adalah apa yang dilakukan sebelum seseorang terkena Sempengot. Apakah setelah mencuri di ladang atau tidak? Jika ia, maka akan ditafsir penyakit tersebut merupakan ganjaran yang disebabkan oleh kekuatan gaib yang dimasukan ke dalam pohon atau diberikan oleh Dewa penjaga sawah atau ladang. Jika tidak, mungkin itu murni bersifat medis. Namun, pada zaman dewasa ini, penggunaan black magic di sawah atau ladang sudah sangat jarang.

“Selain karena memang lahan persawahan atau ladang sudah menipis, mayarakat sudah mulai enggan untuk melakukan itu,” tutup Kanduk.

(bx/gus /rin/yes/JPR) –sumber