Indah Di Tiap Langkah

Di Inggris sana ada kisah tentang seorang anak yang ganteng, kaya, pintar, disayangi orang tua, dikagumi teman-temannya, serta diperhatikan dengan baik oleh Gurunya di sekolah. Nama anak ini Peter. Tapi karena ia sudah memiliki nyaris semua hal yang dibutuhkan oleh anak kecil, anak ini bosan dan pergi ke hutan bertemu penyihir.

Setelah bercerita tentang kebosanannya yang mendalam, Peter kemudian minta sesuatu ke penyihir agar bosannya hilang. Oleh penyihir ia diberi mesin waktu. Tapi ia diingatkan dengan jelas dan tegas, kalau mesin waktunya hanya bisa bergerak ke depan, tidak bisa diputar balik ke masa lalu.

Pertama-tama ia putar mesin waktunya ke masa remaja. Betapa gembiranya ia menemukan dirinya jadi murid SMA dan punya pacar. Tapi kegembiraan ini hanya berumur sehari. Di hari berikutnya ia putar mesin waktunya ke umum 55 tahun, kali ini ia gembira lagi selama sehari sebagai ayah sepasang putra-putri. Dasar anak pembosan, ia putar lagi mesin waktunya ke umur 80. Tiba-tiba ia menemukan dirinya sebagai orang tua kesepian di panti jompo. Di situ baru ia sadar kalau mesin waktunya tidak bisa dibalik.

Kisah Peter ini adalah cerita kiasan yang mengingatkan banyak manusia yang selalu berkejaran ke masa depan. Anak sekolah ingin cepat lulus. Pekerja ingin cepat naik pangkat. Manager ingin cepat menjadi direktur. Ringkasnya, banyak orang mengira kalau sang Cahaya hanya tersedia di masa depan. Dan penyesalan mendalam baru muncul di usia tua. Ternyata ada banyak sekali keindahan kekinian yang hilang, semata-mata karena manusia berkejaran ke masa depan.

Terinspirasi dari sini, belajar keras tentu saja tidak dilarang, bekerja cerdas juga tidak dilarang, tapi selalu sempatkan waktu untuk terhubung dengan keindahan kekinian. Entah saat bekerja, berdoa, berjalan, menyetir mobil, selalu sempatkan untuk melihat hal-hal yang layak disyukuri di saat ini.

Dari badan yang sehat, keluarga yang ceria, makanan yang enak, langit yang penuh cahaya, bunga-bunga yang bermekaran, burung-burung yang bernyanyi, anak-anak yang bergembira, teman-teman yang berbahagia, serta segudang hal lain yang layak disyukuri. Akibat langsung dari olah spiritual seperti ini, ketegangan di dalam jauh berkurang. Jauh lebih sedikit energi terbuang karena konflik di dalam.

Sebagai akibatnya, jauh lebih banyak energi yang tersisa untuk berkarya serta menyembuhkan diri. Untuk kepentingan praktis, nafas adalah sahabat terdekat dalam hal ini. Sebagaimana kerap dibagikan di sesi-sesi meditasi, alasan penting kenapa manusia menderita karena pikiran mirip perahu yang dipermainkan oleh gelombang kehidupan. Dan nafas adalah jangkar yang membuat perahu pikiran senantiasa istirahat di pantai kedamaian.

Oleh karena itu, entah di tengah kesibukan kerja atau keluarga, selalu ingatkan diri untuk terhubung beberapa saat dengan jangkaf nafas. Kapan saja ada hal-hal yang di luar dari rutinitas biasa – dari alarm mobil, pintu yang ditutup terlalu keras, kenalpot motor terlalu keras – sempatkan selalu untuk kembali terhubung sebentar bersama jangkar nafas.

Bersamaan dengan itu, ingatkan diri untuk selalu terhubung dengan pantai kedamaian. Sukses adalah gelombang tinggi, gagal adalah gelombang rendah. Pujian orang adalah gelombang yang lain, cacian juga gelombang. Namun apa pun bentuk gelombangnya, cepat terhubung dengan jangkar nafas. Kemudian berlabuh di pantai kedamaian.

Siapa saja yang tekun dan tulus berlatih seperti ini, suatu hari akan menemukan ternyata sang Cahaya juga tersedia di setiap kekinian. Sang Cahaya ada di balik senyuman, berdekapan dengan energi penerimaan, serta senantiasa dihidupkan lagi dan lagi oleh rasa syukur yang mendalam. Inilah yang disebut sebagai indah di setiap langkah. Selalu simpan di dalam hati jiwa-jiwa yang indah, ia yang melakukan hal terbaik di saat ini juga sedang melakukan persiapan terbaik menuju masa depan.

Penulis: Guruji Gede Prama.
Photo Courtesy: outfrontlp.

|sumber