Berikut ini adalah cerita tentang pelaksanaan sanksi bagi para atma sesuai perbuatan yang dilakukan saat menghuni raga manusia di mayapada.
Pertama-tama terlihat Bhuta Tog-tog Sil, babutan (makhluk angkara) dengan wujud mata yang besar menghakimi atma tattwa (atma yang menyalahgunakan pengetahuan tattwa) dan atma curiga (atma yang penuh curiga, mencurigai yang tidak patut dicurigai). Disebelahnya, Bhuta Naya (raksasa yang kadang tampak kadang tidak nampak) bersama-sama Bhuta Celeng, babutan berbentuk babi menghukum atma yang sewaktu di mayapada berprilaku buruk, jahat. Tak jauh dari itu, tampak Bhuta Abang, babutan yang berwujud raksasa berkulit merah menyala sedang menggotong atma lengit, atma yang semasa hidupnya malas bekerja, akan dicemplungkan ke bejana besar dengan air mendidih yang disebut kawah gomuka.
Disebelah kanannya dari bejana itu, tampak Sang Bhuta Ireng, babutan berwujud raksasa berkulit hitam bersama Sang Bhuta Prungut, babutan yang bertubuh besar, berkulit dan berwajah angker menggotong atma corah, atma yang semasa hidupnya senantiasa berprilaku buruk untuk dicemplungkan ke kawah gomuka. Sementara itu, Bhuta Ode-ode, babutan yang bertubuh gemuk dengan kepala plontos meniup api di bawah jambangan kawah sehingga airnya terus mendidih. Tidak jauh dari kawah gomuka, Sang Suratma dengan wujud raksasa yang penuh wibawa, penguasa para atma sedang menghukum atmaning usadha, karena dulu dukun yang menguasai ilmu pengobatan yang dahulu pernah lalai menyembuhkan orang sakit melakukan maal praktek, dan selalu meminta imbalan yang tinggi kepada orang yang diobatinya. Disebelahnya Sang Bhuta Wirosa yang berwujud raksasa maha sakti sedang menghukum atma mamaling nasi, ini terjadi karena pada saat di mayapada ia suka mencuri makanan. Karena itu sebaiknya jangan sekali-kali mencuri nasi, seberapa pun lapar dirasakan.
Beberapa meter dari tempat itu, Sang Bhuta Wingkara yang bengis bersama Bhuta Lilipan yang berwujud aneh, memiliki belalai seperti gajah dan tubuhnya seperti tubuh singa, mulutnya penuh bisa seperti ular sedang menyiksa atmaning wong aboros, atma yang suka berburu membunuh binatang yang tidak patut dibunuh. Disebelahnya lagi, tampak Sang Bhuta Mandar dan Sang Bhuta Mandir, dua raksasa bengis saudara kembar sedang menggergaji kepala atma wong alpaka guru, atma yang tidak melakukan kewajiban sebagai putra yang baik (suputra) karena melalaikan kedua orangtuanya, melalaikan kewajibannya.
Di tempat lain Sang Jogor Manik, sedang mengadili dua atma, yang satu atma kedi dan yang satu lagi atma kliru, yang satu laki-laki tapi seperti perempuan, yang satu lagi perempuan seperti laki-laki. Tidak jauh dari situ, mereka melihat Sang Jogor Manik sedang menghukum atma angadol prasasti atau atma yang menjual prasasti. Sedangkan di sebelahnya Bhuta Tog-tog Sil yang matanya besar sedang menyiksa atma angadol prasasti lainnya. Berdekatan dari tempat itu, banyak atma yang disebut atma tan pasantana, atma yang tidak memiliki keturunan digantung dipohon bamboo. Sementara itu, atma nora matatah, atma yang belum melaksanakan upacara potong gigi sambil menggigit pohon bamboo disiksa oleh Bhuta Brungut yang menyeramkan sedang menghunus pedang.
Beranjak selangkah dari tempat itu, lagi-lagi ditemukan Sang Jogor Manik sedang berhadapan dengan atma aniti karma, atma yang semasa hidupnya sangat ramah tamah dan tidak membanding-bandingkan tamu yang datang kepadanya. Disebelahnya, atma angrawun yang semasa hidupnya meracuni banyak orang sedang diberi makan medang (bulu halus bambu) oleh Bhuta Ramya yang suaranya gemuruh. Sedangkan, berdekatan dengan itu, Sang Bhuta Edan yang suka mengamuk sedang menyiksa atmaning wong andesti, atma yang semasa hidupnya menggunakan ilmu hitam untuk menyakiti orang lain. Disebelahnya lagi, atma wong bengkung yang tidak mau menyusui bayinya disiksa dengan mematukkan ular tanah pada puting susunya oleh Bhuta Pretu yang menjerit-jerit memekakkan telinga.
Ditempat itu pula, Bhuta Janggitan yang menyeramkan sedang menyiksa atma pande corah, atma ahli membuat senjata mungkin bom yang untuk menghancurkan orang lain. Selain itu, ada lagi kawah gomuka dengan air mendidih berisi atma yang direbus karena kesalahannya pada waktu menjelma menjadi manusia sebagai koruptor, suka menfitnah, maling, madat dll. Tampaknya di neraka yang luas ini, tidak terhitung jumlah kawah gomuka bertebaran dimana-mana.
Demikian pula, begitu banyak atma yang bersalah pada masa lalu dihukum sesuai tingkat kesalahannya. Atma Jalir, baik laki-laki maupun perempuan yang semasa hidupnya suka berselingkuh, disiksa oleh Bhuta Lendi maupun Bhuta Lende dengan membakar kemaluannya. Dijumpai pula Sang Jogor Manik yang seram dan menakutkan sedang menguji atma putus, yaitu atma yang dalam kehidupannya di dunia tiada tercela, selalu berbuat baik dan pandai. Tiada berapa lama kemudian, sang atma putus diijinkan memasuki sorga.
Begitulah kiranya penghukuman para atma sesuai kesalahannya.
Setelah membaca tulisan yang kental berbagai etika yang menjadi dasar prilaku umat Hindu, cerita diatas seperti menepuk pundak untuk mengambil jeda langkah sejenak diantara hiruk pikuk pergaulan hidup dan merenungkan kembali pentingnya ajaran Karmapala, dimana setiap perbuatan akan mendapatkan pahala yang setimpal. —sumber