Memahami Balian, Dukun Khas Bali

Untuk istilah Dukun dibali dikenal dengan sebutan Balian, tapakan atau jero dasaran. Balian merupakan orang yang mempunyai kekuatan untuk menyembuhkan penyakit seseorang. Dharma sesana Balian dapat disamakan dengan etika balian, sesana berarti tingkah laku, kewajiban. Sedangkan etika, yang berasal dari kata ethos (yunani) berati ilmu pengetahuan tentang asas moral. Dharma sesana didalam bahasa Indonesia dapat disejajarkan dengan tata susila, yakni dasar kebaikan yang menjadi pedoman dalam kehidupan manusia, kewajiban yang harus dipenuhi selaku anggota masyarakat.

Manusia harus melakukan dharma sesana jika ingin kehidupannya mencapai kebahagiaan. Dia harus menyesuaikan diri dengan lingkungannya baik dengan buana alit maupun dengan buana agung. Didalam setiap agama pedoman dharma sesana ini pasti ada karena ajaran yang baik selalu bersifat universal. Manusia apapun pekerjaannya apalagi sebagai balian bila ingin hidup sejahtera harus berpijak pada patokan yang pasti yaitu dharma sesana. Balian yang bekerja menghadapi manusia, memerlukan dharma sesana yang baku, yang dapat diikuti dan ditaati oleh semua balian sebagai pedoman dalam melaksanakan profesinya. Dharma sesana balian adalah sebagai berikut :

  • Semua rahasia dari orang yang sakit harus disimpan, tidal boleh disebarluaskan atau dibicarakan dengan orang lain.
  • Hidup para balian harus suci dan bersih, terlepas dari sifat loba, sombong dan asusila.Didalam lontar tutur bhagawan çiwa sempurna ditegaskan bahwa, seorang balian tidak boleh berlaku sombong, harus bertingkah laku yang baik sesuai dengan dharma, serta semua nafsu hendaknya ditahan didalam hati.
  • Seorang balian tidak boleh was-was, ragu-ragu, apalagi malu-malu dalam hati harus teguh dan mantap serta penuh keyakinan pada apa yang dikerjakan. Tidak goyah terhadap segala hambatan, rintangan, gangguan, dan godaan yang datang dari dalam diri sendiri, yang mengakibatkan gagalnya usaha yang sedang ditempuh. Tidak akan mundur sebelum berhasil mendapatkan apa yang sedang dihayati, apa yang diinginkan yaitu kesembuhan dari orang yang sakit.
  • Seorang balian tidak boleh pamrih. Semua pengobatan berlangsung dengan tulus ikhlas tanpa pamrih. Sebab semua balian yang benar-benar balian di Bali tahu akan akibat dari kelobaan akan sesantun dan materi lainnya. Para balian harus tahu akan hak dan kewajibannya, rendah hati tidak sombong, membatasi diri terhadap apa yang dapat dilakukannya, menghormati kehidupan manusia, karena didalam raga sarira atau tubuh manusia, bersemayam Sang Hyang Atma, Sang Hyang Bayu Pramana karena beliu dapat mengutuk balian yang melanggar dharma sesana .Dan bila terkutuk kesaktian atau kesidiannya dalam hal mengobati orang sakit dapat menurun dan luntur. Dan yang lebih parah lagi ia akan menerima kutuk dari Sang Hyang Budha Kecapi sehingga hidupnya akan menderita, termasuk anak cucunya. Ketahuilah adanya tata cara menjadi balian jangan disalah artikan atau disalahgunakan, memang sangat berbahaya menjadi balian. Barang siapa berkehendak menjadi balian sakti mawisesa, tidak dikalahkan oleh kesaktian mantra dapat menjalankan semua pengobatan, dapat mengobati segala penyakit dan tenung. Maka, hendaklah selalu astiti bhakti ring Ida Batara Tiga, khususnya ring Ida Batara Dalem, Desa dan Puseh. Sebagai jalan untuk memohon kesaktiannya, Ida I Ratu Nyoman Sakti Pengadangan, yang merupakan pepatih bersama saudara-saudaranya yang lain. Ida I ratu Nyoman sakti Pengadangan adalah dewan balian sejagat, wajib dibuat pelinggih penyawangan biasa dalam bentuk kamar suci, dibuatkan daksina linggih, ditempatkan pada pelangkiran.

Balian Berdasarkan Tujuannya :
Balian Penengen.
Balian Penengen adalah balian yang tujuannya mengobati orang yang sakit sehingga menjadi sembuh. Balian ini sering pula disebut Balian Ngardi Ayu (dukun kebaikan). Balian ini pada umumnya bersifat ramah, terbuka, penuh wibawa dan suka menolong. Siapapun akan ditolongnya tidak membedakan apakah dia orang baik atau orang jahat, orang yang miskin atau kaya semua dilayani sesuai dengan penyakit yang dideritanya.

Balian Pengiwa.
Balian Pengiwa adalah balian yang tujuannya membuat orang yang sehat menjadi sakit dan orang yang sakit bertambah menjadi sakit, bahkan sampai meninggal. Itulah sebabnya balian tipe ini sering disebut balian aji wegig, dukun yang menjalankan kekuatan membencanai orang lain, berbuat jahil, usil, terhadap orang lain. Balian jenis ini amat sukar dilacak, pekerjaannya penuh rahasia, tertutup dan misterius. Sering pula balian ini mengganggu balian penengen pada waktu pengobati orang sakit sehingga tidak sembuh-sembuh, jahil dan usil. Merupakan sisi lain dari aji wegig ini mendatangkan hujan pada waktu orang sedang melakukan upacara, menahan hujan (nerang) pada waktu orang bercocok tanam, serta menguji kesaktian dengan balian lainnya adalah kegemaran dari balian pengiwa ini. Disamping itu balian ini juga mempunyai kemampuan untuk menyembuhkan, terutama orang yang kena aji wegignya sendiri, atau diri orang lain.

Balian berdasarkan tata cara memperoleh keahlian dan cara pengobatannya:

  1. Balian Kapican
    Orang Balian dengan memakai benda-benda berpetuah yang didapat dari paica(pemberian benda gaib dari alam bawah sadar) seperti benda-benda permata, benda-benda berupa keris, minyak dan lain sebagainya. Mungkin benda-benda tersebut didapat dari pawisik/pirasat baik berupa mimpi atau petunjuk yang lainnya. Balian kapican adalah orang yang mendapat benda bertuah yang dapat dipergunakan untuk mengobati orang yang sakit. Benda bertuah ini disebut Pica. Pica ini dapat berupa keris kecil, batu permata, pis bolong, batu mekocok, tulang, gigi, besi atau logam lainnya, gigi kilap, serta benda lain yang bentuknya aneh. Ada malahan yang berupa binatang seperti kucing , anjing, burung, ular atau binatang lainnya. Benda pica ini diperoleh biasanya melalui petunjuk dialam mimpi. Di dalam mimpinya dijelaskan tentang tempat benda tersebut dan kasiatnya untuk pengobatan. Kalau berupa binatang maka ia akan datang sendiri atau dijemput disuatu tempat. Dengan mempergunakan benda-benda atau binatang pica ini, dia mampu menyembuhkan orang yang sakit sejak itu mereka disebut Balian Kapican, dukun yang mendapat pica atau kapican oleh suatu kekuatan gaib. Jika pica itu berbentuk permata, umpamanya dengan cara menaruh batu permata itu ditempat yang dirasakan sakit oleh pasiennya, kadang-kadang disertai dengan mengosok-gosokkan permata itu dibadan si sakit, maka penyakit orang tersebut akan sembuh. Atau dengan cara memasukkan permata itu kedalam air kemudian air itudiminum oleh si sakit. Dan sembuhlah penyakitnya ada pula yang disertai dengan pembacaan mantra dengan disertai sesajen dalam proses pengobatannya.
  2. Balian Katakson.
    Orang Balian yang mendapatkan kemampuan mengobati dengan kesurupan, suatu kekuatan gaib yang masuk ketubuh si Balian sehingga mampu mempengarui balian tersebut dan menyebabkan mampu mengobati si sakit. Dengan ciri-ciri pada umumnya sebagai berikut:

    * Balian ini pada umumnya keadaan terpaksa ngiring pekayunan (menuruti kehedak gaib) kalau tidak mau menuruti kehendak gaib ini maka si Balian akan jatuh sakit, dan lain sebagainya.
    * Saat mengobati orang sakit, si Balian ini tidak menyadari apa yang telah dilakukannya.
    * Memiliki kesidian/taksu biasanya tidak begitu lama, terutama yang tindak egonya masih tinggi, maka Balian ini harus memegang pantangannya dengan baik agar bisa bertahan lama. Balian jenis ini balian yang mendapatkan keahlian melalui taksu.

    Taksu adalah kekuatan gaib yang masuk kedalam diri seseorang dan mempengaruhi orang tersebut. Baik secara berpikir, berbicara, maupun tingkah lakunya karena kemasukan taksu inilah orang tersebut mempunyai kemampuan untuk mengobati orang sakit. Itulah sebabnya dia dinamai Balian Katakson, dukun yang ketaksuan, kemasukan taksu (kesurupan), dia berfungsi sebagai mediator penghubung. Cara masuknya taksu kedalam diri balian ini tidak lah sama antara balian yang satu dengan balian lainnya. Beberapa dari mereka baru kemasukan Taksu atau kesurupan, setelah menghaturkan sembah dihadapan di sebuah pelinggih atau dihadapan sajen tertentu. Adapula dengan memegang sebuah dupa yang menyala, duduk bersila dan memohon kepada Hyang Widhi, kemudian taksu masuk kedalam dirinya. Balian katakson ini sering pula disebut balian tatakson yakni dukun ketaksuan (tempat taksu).

  3. Balian Usada
    Balian Usada adalah suatu Balian yang benar-benar belajar dari guru seorang Balian atau orang yang memupuninya, baik belajar dari lontar, guru-guru/praktisi Balian dan belajar dengan benar cara mendiagnosis ataupun osmosis pasien. Balian usada adalah seseorang yang dengan sadar belajar tentang ilmu pengobatan, baik melalui guru waktera, belajar pada seorang balian yang telah mahir dalam ilmu pengobatan, maupun belajar sendiri melalui lontar usada. Karena untuk menjadi balian tipe ini melalui proses belajar, maka orang barat menyebut balian jenis ini dengan julukan Dokter Bali. Mengenai proses seseorang menjadi balian usada dapat dibaca dalam lontar budha kecapi, usada kalimosadha dan usada sari. Setelah tamat mempelajari Katikelaning Genta Pinata Pitu dan sastra sanga maka dianggap siswa telah bersih jiwa dan raganya. Siswa init telah hilang kawahnya yakni keletehan serta kotoran dan keburukan yang ada didalam dirinya telah musnah. Sekarang dia telah dianggap telah siap untuk diberi pelajaran membaca lontar usada.
  4. Balian Campuran
    Suatu Balian yang memakai semua cara didalam mengobati si sakit dan keahliannyapun didapat dengan berbagai cara baik dari ketakson, dari benda-benda gaib, dari usada dan sebagainya, yang intinya bisa menyembuhkan si sakit menjadi sehat. Balian Campuran pada umumnya campuran antara balian katakson maupun balian kapican yang mempelajari usada. Dengan demikian balian katakson maupun kapican kemampuannya tidak hanya mengandalkan taksu atau pica, tetapi telah bertambah dengan memberikan ramuan obat-obatan berdasarkan lontar usada. Balian tipe ini dapat disebut balian katakson usada atau balian kapican usada. Balian jenis ini juga dikenal dengan istilah balian ngiring pekayunan atau menjadi tapakan Widhi atau tapakan dewa. Pada umumnya mereka menjadi balian bukanlah atas kemauannya sendiri, tetapi ditunjuk oleh kekuatan gaib. Bila menolak akan tertimpa penyakit, kapongor, atau menjadi gila, pikiran selalu kalut, semua hasil usaha gagal. Hanya dengan mengikuti perintah gaib dia akan kembali normal. Balian seperti ini paling banyak berkembang dan tumbuh subur serta mendapat pasaran. Padahal, keampuhan pengobatannya tidaklah berlangsung lama. Tidak langgeng, hanya bersifat sementara. —sumber