Mengenal Pelinggih Menjangan Seluang

Sejarah singkat tentang pelinggih ini adalah ketika pada tahun 1001 M Mpu Kuturan datang ke Bali (diminta bantuannya oleh Raja Bali Udayana Warmadewa), beliau melihat demikian banyaknya sekta Agama, yang diperkirakan dapat memecah belah persatuan umat. Karena itu, maka beliau berusaha untuk mempersatukan tiga kelompok besar dengan enam Sekta Agama itu, dengan cara mengadakan pertemuan atau Pesamuhan Agung di desa Bedulu (Samuan Tiga).

Menjangan Seluang yang bentuknya panjang ini terdiri dari tiga ruang (rong) yang cukup besar. Rong pertama dan kedua hampir sama lebarnya kira-kira 75cm. Dalam rong yang besar yang ditengah, berisi kepala menjangan lengkap dengan tanduknya. Bentuk Menjangan Seluang rupanya memang dimaksudkan untuk menunjukkan adanya tiga kelompok besar masyarakat zaman dulu, dimana salah satu diantaranya yakni kelompok Bali Aga terdiri dari enam Sekta Agama.

Pesamuhan Agung termaksud dihadiri oleh seluruh unsur masyarakat Bali ketika, yaitu :

  1. Unsur masyarakat yang berasal dari Jawa dan beragama Siwa.
  2. Unsur masyarakat yang beragama Budha Mahayana (Mpu Kuturan dan para   pengikutnya).
  3. Unsur masyarakat Bali Aga mewakili 6 Sekta Agama :
  • Sambu
  • Brahma
  • Indra
  • Wisnu
  • Bayu
  • Kala

Disepakati dalam Pesamuhan Agung itu bahwa ketiga kelompok masyarakat Bali mempersatukan dirinya ke dalam satu paham yang dinamakan Tri Murthi, yaitu bahwa Tuhan itu hanya satu, namun mempunyai tiga fungsi yaitu sebagai Pencipta (Brahma), sebagai Pemelihara (Wisnu), dan sebagai Pelebur (Siwa). Paham termaksud sekarang dikenal dengan nama Agama Hindu.

Untuk menghormati Mpu Kuturan yang telah berjasa mempersatukan umat Hindu di Bali, maka didirikanlah Pelinggih Menjangan Seluang atau Sakaluang. Menjangan Seluang atau Sakaluang karena itu manifestasi dari penyatuan berbagai Sekta Agama, menjadi satu paham yaitu Tri Murthi atau Agama Hindu (Brahma-Wisnu-Siwa).

Pelinggih Menjangan Seluang atau Sakaluang dipandang sebagai penyatuan pikiran, pendapat, pandangan atau keinginan keluarga, jadi sebagai lambang persatuan dan kesatuan, serta kerukunan rumah tangga atau keluarga (Suhardana, 2011:83).

Hal ini Mpu Kuturan sudah menyatukan Sekta-Sekta yang ada di Bali, karena berkat jasa Beliau dan selalu mengenangnya maka didirikanlah Pelinggih Menjangan Seluang/Sakaluang.

Upakara atau banten yang dipersembahkan untuk Pelinggih Menjangan Seluang/Sakaluang adalah Ajuman (1), Peras (1), Penyeneng (1), dan Canang Sari (1). – sumber