Menjadi Bulan Sabit di Tengah Kegelapan

Menyusul divonisnya Pak Ahok dengah hukuman 2 tahun penjara, sejumlah sahabat bertanya: pesan spiritual apa yang ada di balik kejadian sedih ini Guruji?

Sejak dulu, bumi selalu dikelilingi energi yang sangat bervariasi. Beberapa waktu terakhir Amerika Serikat bersama Donald Trump sangat menekan energi tertentu. Akibatnya, seperti balon berisi udara, begitu ditekan di bagian tertentu, ia menggelembung di bagian lain.

Pesan spiritualnya kemudian, jika musim lagi panas jangan pernah bermain api. Bila di sana-sini terlihat daun kering dan rumput kering, jauhkan anak-anak dari segala mainan yang berbau api.

Konkritnya, belajar berempati dengan wilayah-wilayah sensitif orang lain. Jangankan negara berkembang, bahkan Amerika Serikat yang menghasilkan pemenang hadiah nobel terbanyak, memproduksi gelar doktor terbanyak, memiliki wilayah sensitif.

Kemudian, hormati wilayah-wilayah sensitif orang lain. Persis seperti menjaga wilayah sensitif kita sendiri. Di saat taman kering, yang paling dibutuhkan adalah air. Untuk itu, latih diri untuk selalu sejuk dan lembut dalam pikiran, sejuk dan lembut dalam ucapan, sejuk dan lembut dalam tindakan.

Sudah dicatat rapi dalam sejarah, tatkala wilayah sekitar Himalaya panas oleh perbedaan agama, di sana pernah lahir Raja Asoka yang lembut seperti air. Salah satu warisan spiritual beliau berbunyi seperti ini: “Ia yang menghormati agama orang lain, sedang memulyakan agamanya sendiri”.

Dibekali oleh roh spiritual seperti ini, latih diri untuk selalu tersenyum di sepanjang perjalanan. Bukan sembarang senyuman, tapi senyuman yang mengerti dalam-dalam kalau semua yang disebut salah-benar, buruk-baik adalah tarian kesempurnaan yang sama. Melalui pendekatan ini, Anda menjadi bulan sabit yang sangat indah di muka bumi.

Penulis: Guruji Gede Prama.
Photo Courtesy: anandastrology.com.

sumber