BALI EXPRESS, GIANYAR – Anak yang sudah berumur tiga sampai empat oton, pada umumnya sudah bisa berbicara. Jika dalam usia itu belum juga bisa bicara, ada ritual ampuh yang dapat dilakukan untuk mengatasinya.
Kelihan Gong, I Nyoman Supasara mengatakan, anaknya yang sudah berusia dua tahun belum juga bisa bicara. Awalnya hal itu dianggap biasa, seiring berjalannya waktu, ternyata kondisinya tak berubah. “Saya baru sadar ternyata anak memang ada masalah,” tutur Supasara kepada Bali Express (Jawa Pos Group) di rumahnya, Banjar Mas, Desa Sayan, Ubud, Gianyar, pekan kemarin.
Supasara mengetahui kalau anaknya belum bisa bicara ketika anaknya sudah memasuki empat oton (dua tahun). “Saat itu ibu saya mengusulkan untuk nunas Tipat Gong. Selain tipat, lungsuran dari banten saiban bisa ditunas setiap hari. Karena banten itu juga bisa memperlancar berbicara untuk balita,” papar pria 38 tahun tersebut.
Soal khasiat lain Tipat Gong itu, diakuinya diketahui dari cerita leluhur. Ia sejatinya menganggap hal tersebut sebagai sebuah mitos. Namun, karena anaknya yang kini belum bisa bicara, akhirnya dicoba.
Di samping ia setiap hari nunas banten saiban.untuk anaknya, setelah selesai memasak. Supasara mengakui sudah banyak cara yang dilakukan. Bahkan, nunas Tipat Gong sudah tiga kali dilakukan. “Padahal sudah tiap hari saya suruh nunas banten saiban dan dimakan, namun belum juga bisa berbicara. Ketika ada piodalan di Pura Khayangan Tiga, saya coba untuk nunas Tipat Gong lagi. Yang pertama belum berhasil,” ujarnya.
Bulan berikutnya ia kembali melaksanakan ritual serupa, namun tak ada perkembangan juga.Meskipun belum membuahkan hasil, Supasara tak putus asa. Ia memutuskan lagi untuk nunas Tipat Gong kembali dengan cara menghaturkan pejati yang diisi Tipat Gong .
Usaha yang ketiga kalinya ini, baru anaknya bisa berbicara dengan normal. Namun tidak secara otomatis, tapi dengan perlahan dalam waktu satu bulan.
“Semua itu soal kepercayaan dari dalam diri kita saja. Kalau percaya ya dijalankan, kalau tidak ya jangan. Karena itu salah satu cara alternatif yang sudah ada dari turun temurun,” ujarnya.
Ia harus mencobanya karena percaya. ” Astungkara berhasil. Bahkan, sekarang anak saya banyak bicara,” papar ayah dua anak tersebut.
Bagaimana.tata caranya? Supasara mengajak anaknya ke tempat nunas tipat, kemudian menghaturkan pajati lengkap dengan tipatnya. Setelah dihaturkan, baru ditunas untuk.kemudian langsung dimakan oleh anaknya. Sebelumnya diperciki tirta, yang sebelumnya dihaturkan di gong tersebut.
Dewa yang dipuja saat upacara , lanjut Supasara, adalah Sang Hyang Iswara yang diyakini malinggih di sebuah gong.
Soal mantra, masing-masing yang muput mempunyai mantra yang berbeda. Namun tujuannya sama untuk memperlancar seseorang berbicara.
“Kalau sejak saya menjadi kelihan gong di sini, ketika nunas tipat gong saya hanya mengucapkan mantra ‘Om Ina Bhakti Iswara Widahana’ . Tujuannya supaya sasuhunan yang malinggih memberikan jalan, terutama untuk yang nunas tipat untuk dimakan untuk memperlancar berbicara. Setelah itu, baru membunyikan gong sebanyak tiga kali ,” imbuhnya.
Supasara juga mengakui, kalau saat melaksanakan magambel, sering muput upakara yang dihartukan. Dikatakannya, sebelum gambelan digunakan, pasti akan dihaturkan sebuah sesajen yang berisikan santun daksina. “Tujuannya untuk memohon keselamatan, terutama kepada sekaa gong yang akan ngayah magambel. Agar selamat selama ngayah dan gambelan juga tidak cepat rusak,” urainya.
Di tempat yang sama. ibu kandung Supasara, Ni Made Siki menambahkan, nunas Tipat Gong dilakukan saat piodalan di pura desa setempat. Yang kebetulan saat itu sekaa gong belum magembel. Sehingga ia langsung berkordinasi dengan pemangku, bahwa akan menghaturkan sebuah pajati untuk nunas Tipat Gong untuk cucunya yang belum lancar berbicara.
Beberapa hari kemudian setelah nunas Tipat Gong, lanjutnya, cucunya mulai bisa berbicara dikit demi sedikit. Bahkan, sampai sekarang cucunya I Kadek Aditya Putra banyak omong, tidak pernah berhenti berbicara. “Dulu mencari agar bisa bicara, kini sampai menyuruh untuk berhenti bicara saking cerewetnya,” urai wanita 58 tahun tersebut.
(bx/rin/ade/yes/JPR) –sumber