Nyepi dan Saraswati Tahun Depan Barengan, PHDI Gelar Pesamuan

BALI EXPRESS, DENPASAR – Sejak diketahui perayaan hari Saraswati tahun depan, bertepatan juga dengan perayaan Nyepi, umat Hindu bertanya-tanya dengan apa yang menyebabkan hal itu bisa terjadi. Bahkan sebagian juga menanyakan untuk pelaksanaannya nanti.

Salah satu dosen wariga Institut Hindu Dharma Negeri (IHDN) Denpasar, Wayan Redi menjelaskan bahwa hal itu dikarenakan ada pertemuan tahun candra dengan tahun surya. Ketika ditemui Bali Express (Jawa Pos Group) di kampus IHDN Denpasar Kamis kemarin (16/11), Redi mengungkapkan bahwa Saraswati menggunakan sistem wuku. Yang datang setiap 210 hari. Sedangkan Nyepi menggunakan sistem sasih yang datang setiap tahun.

“Maka dengan ada kedua sistem tersebut, bisa saja sekian tahun bertemu. Di mana yang bertemunya Nyepi dengan Saraswati, nanti ketika sembilan tahun atau sepuluh tahun lagi bisa saja bertemu kembali,” terang pria asli Mengwi, Badung tersebut.

Jika bertemu kembali, ia mengatakan sebagai bertemu gelang. Yang berarti bertemu kembali yang sudah kedua kalinya. Dirinya juga menjelaskan, sangat besar kemungkinan bukan Saraswati saja bisa bertemu dengan Nyepi. Bisa saja Galungan atau Kuningan juga. Semua itu dikarenakan perbedaan penggunaan tahun candra dengan sasihnya yang berdasarkan wuku.

Bertemunya kedua hari suci tersebut, kata Redi, tidak ada sebuah pertanda sesuatu hal yang buruk. Karena merupakan hal yang wajar terjadi. “Menurut pandangan saya, jika ada upacara yang bertepatan dengan Nyepi sebaiknya dimanjukan upacaranya tersebut. Tetapi dengan catatan matur piuning terlebih dahulu. Contohnya sebuah upacara Saraswati agar dilakukan lebih awal,” papar pria yang sudah 23 tahun menjadi dosen tersebut.

Disinggung terkait tahun candra, Redi mengatakan dihitung berdasarkan Purnama dan Tilem. Sedangkan tahun surya, dihitung berdasarkan tahun masehi. Dikarenakan tahun candra dengan pelaksanaan Nyepi juga tidak bertepatan. Di mana ia katakan berselisih sekitar 10 hari. Maka selama tiga tahun ada selisih sekitar 30 hari. Yang menyebabkan bersamaannya salah satu hari raya dengan pelaksanaan Nyepi.

Di tempat yang berbeda, Ketua PHDI Bali, Prof. I Gusti Ngurah Sudiana mengimbau supaya umat Hindu jangan membesar-besarkan hal tersebut. Dikarenakan pihaknya akan menyelenggarakan pesamuan (rapat), terkait pelaksanaan Saraswati bertepatan dengan Nyepi.

“Terkait pelaksanaan Nyepi dan Saraswati yang ada pada hari yang sama, memang sudah datang warga bertanya ke PHDI,” terangnya ketika ditemui di Kantor PHDI Bali.

Sudiana juga mengatakan tidak umat Hindu yang ada di Bali saja, menanyakan soal tersebut. Tetapi menurutnya umat yang berasal dari luar Bali, bahkan seluruh Indonesia juga bertanya-tanya. “Dari Parisada akan mengadakan pesamuan dalam waktu waktu dekat ini, terkait pelaksanaan Nyepi dan Saraswati itu. Maka umat Hindu diharapkan tenang dulu,” papar pria asli Karangasem tersebut.

Dirinya juga yakin karena PHDI yang di dalamnya ada Sulinggih, akademisi, dan komponen masyarakat lainnya pasti akan mencari sebuah solusi. Dalam pesamuan yang akan dilaksanakan pada waktu dekat ini. Sedangkan jika ditanya sekarang, Sudiana menjelaskan tidak bisa menjawab dengan langsung. Karena semuanya ada di dalam sebuah keputusan yang tidak bisa ia putuskan sendiri.

Sebelumnya memang ada sebuah imbauan, terkait bagaimana menyikapi jika hari raya yang berbarengan dengan perayaan Catur Brata Penyepian. Baik dari perayaan dalam agama Hindu sendiri atau selain Hindu. Sebelumnya memang pernah dilaksanakan beberapa tindakan jika hari raya bertepatan dengan Nyepi. “Ketika sudah ada suara kulkul, berarti waktu pelaksanaan prosesi upacara telah berakhir. Bahkan tidak ada aktifitas lagi yang berhubungan pelaksanaan upacara selaian Catur Brata Penyepian tersebut,” imbuhnya.

Ia juga berharap agar pelaksanaan Saraswati dan Nyepi, keduanya bisa diselenggarakan dan berjalan dengan lancar. Sehingga umat Hindu menurutnya tidak perlu gelisah mengenai hal tersebut. Dan PHDI pasti akan mengantisipasinya, bahkan mencarikan solusi yang tepat. Dan tidak bertentangan dan sesuai dengan sastra yang ada sebagai sumber dan dasarnya.

(bx/ade/yes/JPR) –sumber