BALI EXPRESS, PENARUNGAN – Saat melewati Jalan Raya Penarungan, tepatnya di kawasan Banjar Blumbang, Desa Penarungan, ada sebuah pura unik di sebelah barat jalan, yakni Pura Dalem Hyang Soka. Kenapa unik?
Pura Dalem Hyang Soka sangat disakralkan masyarakat setempat. Selain bernilai sejarah, pura ini juga dipercaya sangat bertuah, sehingga ada berbagai motif pamedek yang tangkil, mulai dari matatamban (berobat), taksu dalam bidang kesenian, hingga soal kepemimpinan.
Menurut Jro Mangku I Made Ari Arnawa yang didampingi Jro Mangku Acyutananda Wayan Gaduh, yang ditemui Bali Express (Jawa Pos Group), Rabu (22/2) lalu di kawasan pura , Pura Dalem Hyang Soka sangat kental dengan nilai sejarah. Bahkan, keberadaan pura ini disebutkan dalam buku sejarah yang ada di Belanda melalui penelusuran yang telah dilakukan. “Berdasarkan penelurusan sejarah di salah satu ahli lontar di kawasan Kapal, buku sejarah yang menyebutkan keberadaan pura ini, ditemukan di Belanda,” ungkapnya.
Berdasarkan sejarah yang tertera, dikatakannya, Pura Dalem Hyang Soka merupakan pura yang tertua di Penarungan. Pangemponnya dominan dari soroh Arya Kenceng. Kini jumlah pangempon atau maksannya berjumlah 120 keluarga, yang berasal dari berbagai daerah di Bali, selain dari Penarungan sendiri.
Mengenai nama Dalem Hyang Soka, awalnya dikatakan di lokasi pura tersebut ada pohon bunga soka (angsoka) yang besar. Karena dianggap mahyang (bertuah), akhirnya dibangun turus lumbung.
“Karena kehidupan agraris, banyak masyarakat yang memohon di tempat ini. Misalnya ada yang kehilangan ternak. Setelah memohon di tempat ini, ternaknya kembali,” timpal Jro Mangku Acyutananda.
Adapun yang berkhasiat dari Pura Dalem Hyang Soka, adalah tirthanya. Dituturkan Jro Mangku Ari, awalnya yang menjadi pangempon hanya 12 orang. Pangempon bertambah seiring banyak warga yang datang untuk memohon obat melalui tirtha ‘sakti’ tersebut. “Ada masyarakat yang sakit datang ke sini, ia meminta obat dan akhirnya sehat. Sehingga ia ikut bergabung menjadi pangempon. Ada juga pejabat yang datang untuk mohon restu dalam pemerintahan,” terangnya.
Jro Mangku berusia 47 tahun tersebut, menuturkan, melalui tirtha yang diberikan kepada pamedek, bermacam penyakit bisa sembuh. Bahkan, sakit parah seperti stroke. “Saya sudah membuktikan. Banyak yang memohon obat di sini dan sehat. Begitu juga yang memohon restu mencari sebuah pekerjaan dan jabatan,” ungkapnya. Ia pun tak menampik, para pejabat berdatangan ketika menjelang Pilkada.
Di Pura Dalem Hyang Soka ada empat odalan. Pertama, adalah odalan di palinggih Luhur yang jatuh pada Buddha (Rabu) Cemeng Marakih, yakni odalan di Pura Dalem Hyang Soka Gede (palinggih utama). Pada Buddha Kliwon Pegatwakan, odalan Patapakan Ratu Mas. Selanjutnya Pada Purnama Jyesta, odalan di Ratu Ayu. Sedangkan pada Tumpek Krulut, piodalan di Ratu Ngurah Batu Bolong.
Dilihat dari strukturnya, palinggih pada pura sudah kuna. Bahkan, halamannya sebagian masih ditutupi menggunakan batu kali. Hal itu diakui Jro Mangku Ari yang juga merupakan kelihan di pamaksan Ratu Mas. “Bangunan, khususnya bataran masih kuna, hanya ada beberapa rehabilitasi, terutama kayu-kayunya yang lapuk. Adapun palinggih yang terdapat di di kawasan pura adalah, Gedong Ratu Gede, Papelik, Palinggih Ratu Ngurah Batu Bolong, Parahyangan, Bale Pawedan, Gedong Luhur, Palinggih Ratu Ayu, Pangulun Carik, Ratu Ngurah Nyoman, dan Pangayengan Wisnu. Pura tersebut juga berkaitan dengan sebuah beji yang disebut bebengan oleh masyarakat setempat. Letaknya sekitar 500 meter dari pura. Disebut bebengan, karena terdapat danau kecil yang tak pernah surut airnya.
Sebelum penelusuran sejarah, Jro mangku mengatakan pihaknya sempat dibuat bingung mengenai penyebutan nama pura. “Ada yang mengatakan pura tersebut dengan berbagai nama. Yang karauhan mengatakan Pura Kentel Bumi, Pemuteran Jagat, dan sebagainya. Namun akhirnya sejarah membuktikan, sehingga kami tetap mempertahankan namanya Pura Dalem Hyang Soka,” ungkapnya.
(bx/rin/adi/yes/JPR) –sumber