Pura Gedong, Pura Tanpa Palinggih di Tengah Goa

BALI EXPRESS, TABANAN – Pada umumnya sebuah pura memiliki palinggih tempat berstananya Ida Betara, namun tidak demikian dengan pura yang berada di Banjar Pangkung, Desa Pejaten, Kecamatan Kediri, Tabanan yang bernama Pura Gedong. Pura ini tidak memiliki palinggih, dan hanya menggunakan dulang sebagai pengganti palinggih tersebut.

Bagian Pura Gedong seperti pura biasanya, di mana memiliki tiga bagian pura, yakni jaba sisi atau nista mandala, kemudian jaba tengah atau madya mandala, dan utama mandala.

Di utama mandala inilah terdapat lima buah dulang yang diletakan secara berjejer lengkap dengan pajengnya di natar pura. Utama mandala pura tersebut juga terletak di dalam goa yang ada di bawah pohon beringin besar. Akar dari pohon beringin inilah yang menjadi pintu masuk ke dalam goa tersebut. Dari luar pintu masuk ke dalam goa nampak sangat sempit, hanya sekitar satu meter, setiap orang yang masuk harus menunduk, namun ketika sampai di dalam, ternyata ukuran goa lumayan besar, dengan tinggi sekitar tiga meter dan lebar lima meter.

Menurut Jero Mangku Pura Gedong, I Ketut Badra, 58, hingga saat ini belum ada yang tahu pasti sejak kapan Pura Gedong itu dibangun dan siapa yang membangunnya. “Dulu saya pernah tanyakan kepada kakek saja, tetapi beliau pun tidak tahu secara pasti,” ungkapnya kepada Bali Express (Jawa Pos Group), Senin (1/5/2017).

Dijelaskannya, dari lima dulang yang difungsikan sebagai palinggih tersebut, masing-masing merupakan tempat berstananya Ida Betara Pura Gedong, Mekel, Ratu Mas Alit, dan dua lainnya merupakan pasimpangan Dukuh Sakti dan Dukuh Sari. “Menurut cerita kakek dan ayah saya dulu, pasimpangan Dukuh Sakti dan Dukuh Sari merupakan sameton (saudara) dari Pura Gedong. Pura Dukuh Sakti ada di Banjar Wanasara, Desa Bongan, Tabanan, sedangkan Pura Dukuh Sari ada di Banjar Kukuh, Desa Pejaten, Kediri, Tabanan,” imbuhnya.

Kemudian di Jaba tengah atau Madya Mandala hanya terdapat dua buah patung macan yang dipercaya menjadi penjaga pura. Sementara di jaba sisi atau nista mandala terdapat Padma, linggih Ida Betara Wisnu, Bale Gong, Puwaregan, serta Gedong Panyimpenan.

Jero Mangku Badra menceritakan, jika sebelum tahun 2013, pura tersebut tidak memiliki panyengker karena konon Ida Betara Pura Gedong yang berstana di Pura Gedong tidak menghendaki pura tersebut dibuatkan panyengker. Karena secara niskala Pura Gedong sudah memiliki panyengker berupa batas wilayah suci dan wilayah kotor. Namun, sejak mengalami bencana angin ngelinus pada 24 Februari 2013 silam, pura ini kemudian direnovasi dan dibuatkan panyengker dengan tujuan menahan tebing agar tidak longsor ketika hujan deras. “Saat itu cabang dari pohon beringin ada yang patah dan menimpa Bale Gong hingga hancur, dan akhirnya kita renovasi dan nunas baos untuk membangun panyengker,” lanjutnya.

Lokasi Pura Gedong terletak di dekat persawahan warga, dari pertigaan Banjar Pangkung, kita hanya perlu menyusuri jalan menuju arah Barat sampai menemui sebuah gang kecil dari beton menuju ke Selatan. Sekitar 700 meter dari jalan hotmix tersebut, kita akan menyusuri jalan turunan sampai menemukan sebuah pura dengan beji yang ada di sisi kanan dan kiri pura. Air nan jernih akan menyambut kedatangan setiap orang yang hendak bersembahyang. Tak sedikit pula warga yang datang untuk sekadar nunas toya di beji tersebut. “Toya beji ini bersumber dari klebutan yang pusatnya ada di jaba sisi Pura Gedong,” terangnya.

Sekitar 100 meter di sebelah Barat pura juga terdapat campuhan yang merupakan pertemuan antara Sungai Tukad Yeh Dati dan Sungai Tukad Yeh Paneng.

(bx/ras/yes/JPR) –sumber