PURA Mesti Punya PURANA

PURA bagi umat Hindu adalah benteng pertahanan. Pura sebagai tempat memuja leluhur atau memuja Dewa-Dewa sebagai manifestasi Hyang Widhi. Pura juga tempat belajar agama dan fungsi sosial lainnya di dalam masyarakat sedharma.

Sebagai tempat suci, pura sangatlah dijaga kesuciannya sekala niskala. Sejak awal pembangunan sudah dimulai dengan unsur-unsur kesucian, seperti pemilihan hari baik (dewasa ayu / subhadewasa), tempat yang baik, pemilihan bahan yang baik dan suci. Umat yang membangun pura juga melakukan yasa kerthi yakni menjaga pikiran, perkataan, dan perbuatan yang didasari atas kesucian. Sampai akhirnya pura selesai dibangun dilakukan upacara penyucian sebagai tempat berstana Dewa-Dewi.

PURANA adalah cerita-cerita kuno yang memuat sejarah atau asal-usul alam semesta, cerita para Dewa-Dewa, terciptanya manusia, terjadinya suatu tempat, atau terjadinya suatu benda tertentu. Berkisah tentang kejadian tertentu di masa lampau.

Purana ada beberapa golongan, yakni golongan Maha Purana seperti Brahma Purana, Siwa Purana, Padma Purana, dll. yang semuanya ada sekitar sembilan belas Maha Purana. Maha Purana bercerita tentang penciptaan alam semesta, silsilah para dewa, dll.

Lalu ada golongan purana yang lebih rendah yang dikenal dengan Upa Purana, dan banyak lagi purana-purana kecil yang bersifat lokal dan memuat suatu hal yang bersifat khusus.

PURA dan PURANA sangat penting maknanya dalam kehidupan agama Hindu. Seperti yang sering terdengar adalah Raja Purana Besakih, Raja Purana Batur, ataupun purana yang dimiliki oleh pura-pura kayangan jagat lainnya.
Purana pura memuat sejarah pembangunan pura, pelinggih, ista dewata (Dewa Sungsungan), odalan, aci (upacara dan upakara), masyarakat pengempon, pemaksan, laba pura, dll. Purana tersebut dapat pula memberikan informasi mengenai kepemangkuan, memuat macam pantangan yang harus ditaati, serta berbagai kewajiban yang harus dilaksanakan di pura itu, atau hal yang dianggap penting untuk dicatat dan disampaikan kepada generasi berikutnya.

Penulisan purana sebuah pura sangatlah penting untuk dapat digunakan sebagai pedoman dalam penyelenggaraan yadnya, sebagai pegangan dalam memelihara tempat pura. Demikian pula untuk kepentingan kesinambungan informasi antara generasi terdahulu dengan generasi berikutnya. Sebab banyak kejadian di mana sekelompok masyarakat pengempon pura tidak mengetahui mengenai hal ikhwal pura yang diemponnya. Mungkin para pendahulunya tidak membuat catatan (purana) yang dapat dipakai pegangan oleh generasi berikutnya.
Atau kejadian lain, sebuah purana yang ditulis di masa lalu sangat disakralkan, sampai-sampai tak pernah dibaca, sehingga pengemponnya tak mengetahui isinya. Padahal tujuan dari penulisan prasasti, purana, pamancangah, atau bentuk lainnya adalah untuk memberikan penjelasan atau petunjuk kepada generasi berikutnya. Akibatnya, terputus informasi.

Ada lagi sebuah pura tidak diketahui secara pasti nama puranya, siapa yang dipuja di sana (ista dewata), dan status dari pura tersebut. Termasuk pula aci yang diselenggarakan. Sangat disayangkan, sehingga ritual yang dilakukan hanyalah gugon tuwon atau nak mula keto atau kene tampi kene jalanin tanpa pernah tahu kesejatiannya. Walaupun memang semua itu tidak mengurangi rasa bhakti kehadapan betara sesuwunan.

Diyakini sampai saat ini banyak pura belum memiliki purana. Jangankan pura yang sifatnya pribadi, pura-pura yang digolongkan Kayangan Tiga, Kayangan Jagat, diyakini belum semua punya purana.

Jika tidak ingin generasi berikutnya kehilangan pegangan sebagai penerus keyakinan leluhur, maka pembuatan purana sangatlah penting. Minimal ada catatan kecil atau sepenggal cerita yang tersisa. Ampura.
#GamaBali #HinduBali #GamaTirtha kanduksupatra.blogspot.com. #KiBuyutDalu #IjugulPunggungMabetRirih #OriginalArtikelByKanduk

sumber