Ritual sungkeman dalam masyarakat Jawa dan Bali, memang tidak bisa dijauhkan dalam kehidupan yang sudah modern seperti sekarang ini. Apalagi banyak pengaruh dari luar yang sangat kuat sehingga dibutuhkan orang yang mampu memberikan pemahaman pada generasi muda. Sebab masih banyak orang yang mengatakan kalau masih mepertahankan sebuah tradisi selalu dibilang “kuno” atau ortdoks. untuk bisa mempertahan kan tradisi tersebut, mari kita luruskan pandangan yang keliru. Terutama bagi mereka yang memandang ”aneh” tradisi sungkeman di kalangan umat Hindu. seperti halnya yang diperintahkan dalam Rgveda:
jyotismatah patho raksa dhiya krtan (Rgveda 10.53.6)
”Semoga engkau melindungi tradisi-tradisi mulia yang didirikan (dilembagakan) oleh para leluhur”
Sungkem Padasewanam hilangkan Nasib Sial
mungkin semeton hindu akan berpikir, umumnya, ritual sungkeman untuk menghilangkan Nasib buruk dilakukan kepada ibu kandung.
padesewanam bisa dilakukan di dapur, karena dapur merupakan wujud feminimisme (keibuan), kemudian dapur juga merupakan tempat berkumpulnya 5 unsur alam, diantaranya: tanah pertiwi), tempat air(apah), tempat api (teja), angin (bayu) dan ruang memasak (akasa). karena dapur merupakan tempat bertemunya 5 unsur dasar alam serta tempat yang bersifat feminim, maka dapur harus bersh, terang serta ada kegiatan memasak terutama ada kegiatan di rirun (tempat tunggu dapur dengan 3 ruang dengan 1 lubang cangkemnya.
etika sungkem atau padesewanam sejak dini, dengan mencium tangan orang tua terutama IBU saat akan melakukan kegiatan, baik memulai belajar/sekolah ataupun akan berangkat bekerja.
Tatacara Upacara Padasewanam/Sungkeman:
secara umum, ritualnya:
orang tua duduk, kemudian anak mencuci kaki orang tuanya dan mencium kaki dibagian bawah lutut orang tuanya.
secara terperinci, berikut ini ritualnya:
1. Anak mencuci kedua kaki orang tua dengan air kembang yang telah disiapkan, kemudian di lap kering.
2. Anak Mencakupkan Tangan di depan dada (sikap panganjali) dan mengucapkan mantra Guru Puja:
Om Guru Brahma Guru Wisnu,Guru Dewa Maheswara,
Guru Shaksat Param Brahma,Tasmei Shri Guruwe Namaha.
3. Anak melakukan Sungkeman/Padasewanam, dengan mencium ke dua kaki orang tua penuh kasih….sambil mengucapkan Mantra:
Om Namame Smaranam,
Om Padame Sharanam.
Diikuti dengan lantunan Mantram:
Om Twam Ewa Mata Ca Pita Twam Ewa
Twam Ewa Bandhus Ca Sakha Twam Ewa
Twam Ewa Widyam Drawinam Twam Ewa
Twam Ewa Sarwam Mama Dewa Dewa
4. Lalu ke dua orang tua memegang ke dua pundak si anak, seraya mengucapkan mantram:
Om Sarwesam Swasti Bhawantu
Om Sarwesam Santih Bhawantu
Om Sarwesam Sukham Bhawantu
Om Sarwesam Suputram Bhawantu
Om Sarwesam Sadhunam Bhawantu
Om Sarwesam Gunawan Bhawantu
Om Sarwesam Purnam Bhawantu
Lalu diberi pesan-pesan harapan dan doa (dengan bahasa sehari-hari)
Seusai sungkeman/padasewanam, dilanjutkan dengan dharma wacana/dharma tula.
Sesungguhnya budaya Sungkem adalah budaya Hindu. Sayang kita di Bali sangat jarang mengagendakan budaya sungkem setiap hari raya apalagi setiap harinya, tidak seperti saudara – saudara kita yang bersuku Jawa yang non-Hindu sangat disiplin dengan tradisi ini. Marilah kita menciptakan keluarga – keluarga yang bangga dengan indetitas Hindu, tradisi budaya Hindu Bali. Demikian sekilas tentang Sungkeman/Padasewanam dapat saya sampaikan, yang harusnya setiap Orang Bali WAJIB ketahui hal ini dan menjalankannya. semoga bermanfaat. –sumber