Om Swastiastu
PERTANYAAN:
1. Apa dasar pelaksanaan Tri Sandhya itu? Apakah langsung dari Weda, lontar, atau apapun itu yang tersurat atau tersirat mohon diinformasikan. Dan disampaikan juga kepada saya sumber yang menyatakan untuk melaksanakan Tri Sandhya tersebut.
2. Waktu Pelaksanaan Tri Sandhya sebaiknya jam berapa saja?
3. Tata cara pelaksanaan Tri Sandhya? Apakah setiap saya akan Tri Sandhya harus mandi dulu. Bagaimana pakaian yang dianjurkan? Apakah harus menggunakan “senteng”?
4. Bagaimana jika saya berada di Kantor, di mana saya harus melaksanakan Tri Sandhya? Kalo di rumah, Tri Sandhya dilakukan di mana sebaiknya: Kamar Tidur (di atas tempat tidur), kamar suci tersendiri, di Merajan, Depan Plangkiran.
5. Apakah wajib pake dupa?
6. Seandainya saya tidak melaksanakan Tri Sandhya pada siang hari, apakah bisa dirapel pada sore harinya?
JAWABAN:
1. Puja Trisandya disusun di Bali pasca G-30-S (1967) oleh beberapa tokoh/ pemuka agama antara lain:
I Gst Bagus Sugriwa (alm)
Prof. Dr. Ida Bagus Mantra (alm)
Prof. Dr. I Gusti Ngurah Bagus (alm)
I Ketut Bangbang Gde Rawi (alm)
dengan mengambil sumber dari: Gayatri Mantram (bait 1), Narayana Upanisad (bait 2), Weda Parikrama (bait 3,4), dan Lontar Siwa Tattwa Purana (bait 5,6).
Oleh karena berbentuk campuran antara beberapa mantram Weda dan Wedangga, maka disebut “Puja”.
Puja Trisandya dianjurkan ke masyarakat untuk meningkatkan srada yang ketika itu sedang porak-poranda oleh gerakan komunis. Maka mulailah didengungkan ke sekolah-sekolah, Pura, dll. Kini sudah memasyarakat.
2. Tidak ada ketentuan jam, hanya berdasarkan “dauh” yakni, pagi: antara jam 05.30 – jam 6.30, siang: 11.30 – 12.30, malam: 17.30 – 18.30
3. Tata cara pelaksanaan Tri Sandhya
Cuci kaki, tangan, muka, kumur-kumur, dengan mantram-mantram (lihat website saya: Doa Sehari-hari Menurut Hindu).
Kalau di rumah/ Pura berpakaian adat (untuk etnis Bali), kalau di tempat lain, menurut keadaan.
4. Di Kantor, cari tempat yang tenang. Sedang di perjalanan, sikap duduk biasa, ucapkan dalam hati atau kalau mungkin boleh bersuara
5. Kalau memungkinkan bagus, kalau tidak nggak apa-apa tanpa dupa
6. Boleh. Keleluasaan itu mungkin mengherankan dan berbeda menurut ajaran agama lain. Ini karena Hindu bukanlah “agama doktrin” tetapi Hindu itu agama yang sangat toleran dan fleksibel.
Om Santih, Santih, Santih, Om –sumber