Upacara Ngempugin, Tradisi Khas Saat Pertama Kali Gigi Anak Tumbuh

Tradisi umat Hindu Bali memang cukup unik dan menarik dimana hampir setiap peristiwa yang berkaitan dengan segala fase kehidupan masyarakatnya ada peringatan berupa upacara. Makanya tak heran jika jumlah upacara tradisi umat Hindu Bali secara detilnya bisa berjumlah puluhan. Contohnya, Upacara Negmpugin yang dilakukan ketika tumbuhnya gigi pada anak mereka.

Seperti apa Upacara Ngempugin ini? Dan apa tujuan yang ingin dicapai ketika masyarakat Hindu secara umum merayakan bentuk upacara semacam ini? Sebagaimana telah disinggung bahwa jenis upacara ini memiliki makna pertama kalinya tumbuh gigi si anak. Tujuannya dilaksanakan upacara ini ialah untuk melakukan permohonan kepada Sanghyang Widhi Wasa supaya gigi tersebut bisa tumbuh dengan baik dan mulus.

Dalam kebiasannya, waktu ketika tumbuhnya gigi anak itu ketika sang anak berusia antara 8 bulan sampai 1 tahun. Dimana pertumbuhan gigi pada anak biasanya akan diikuti dengan mulai berjalan. Nah, dalam kepercayaan masyarakat Hindu peristiwa semacam ini patut untuk diupacarakan sebagai manifestasi rasa syukur dengan apa yang telah diberikan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa supaya dalam pertumbuhannya sang anak bisa sempurna.

Upacara Ngempugin juga merupakan pemujaan dan bentuk persembahan kepada para dewa sebagai manifestasi dari Tuhan Yang Maha Agung. Adapun dewa-dewa tersebut yang dikenal dalam kebudayaan relijius masyarakat Hindu Bali sebagai beirkut;
–  Bhatara Surya, yang memiliki fungsi memberikan kesaksian melalui sinarnya.
–  Bhatara Brahma, yakni Dewa Pencipta yang bisa dimintakan pertolongannya supaya gigi si anak bisa tumbuh dengan subur dan kuat.
–  Dewi Sri, yakni dewi yang menjadi lambang kemakmuran, sebagai bentuk permohonan supaya gigi si anak bisa tumbuh dengan baik, sehat, tidak jamuran dan tidak dimakan ulat.

  • Sarana – sarana upakara sebagai berikut :
    • Sarana Upacara kecil : Petinjo kukus dengan telor.
    • Upacara besar : Petinjo kukus dengan ayam atau itik, dilengkapi dengan tataban.
  • Waktu upacara : dilaksanakan pada saat bayi tumbuh gigi yang pertama dan sedapat mungkin tepat pada waktu matahari terbit.
  • Tempat upacara : keseluruhan rangkaian upacara dilaksanakan di rumah.
  • Pelaksanaanya dipimpin oleh seorang sulinggih yaitu pandita / pinandita atau salah seorang anggota keluarga tertua.
  • Tata cara :
    • Pemujaan / persembahan terhadap Hyang Widhi Wasa dengan mempersembahkan segala yadnya yang tersedia.
    • Si bayi natab mohon keselamatan.
    • Selesai upacara si bayi diberikan lungsuran yadnya / persembahan tadi untuk dinikmatinya dan selanjutnya gusinya digosok-gosok / disentuhkan secara pelan dengan daging dari persembahan tadi.

sumber