Ada banyak goa suci di Bali yang biasanya digunakan sebagai tempat ritual untuk upacara tertentu. Beberapa Goa juga diperuntukkan sebagai pura penting seperti Goa Gajah dan Goa Lawah. Salah satu Goa yang memiliki fungsi demikian bernama Pura Goa Giri Putri di Desa Suana, Pulau Nusa Penida, Kabupaten Klungkung. Pura Giri Putri ini akan memberikan pengalaman berbeda yang jarang sekali ditemukan di kawasan pariwisata lainnya di Bali.
Sejarah Pura ini diprediksi sejak jaman Neolitikum. Di jaman ini, dikatakan bahwa manusia hidup tanpa norma, perasaan dan bahkan aturan. Mereka selalu hidup sebagai ancaman bagi manusia lainnya, siapa yang lebih kuat, ia akan bertahan di dunia ini. Untuk menyelamatkan nyawa dan berkeluarga, goa ini digunakan sebagai tempat berlindung. Dan kemudian dunia ini semakin besar dan pura ini digunakan sebagai tempat meditasi dan fungsi spiritual.
Kata Giri Putri diberikan kepada goa terbesar di Pulau Nusa Penida berdasarkan beberapa alasan. Kata Giri berarti bukit dan kata Putri berarti wanita. Kata-kata tersebut diberikan berkaitan dengan goa suci ini sebagai pemujaan Siwa dengan manifestasi dewi yang memiliki sifat melindungi, merawat, dan mencintai manusia.
Terkait data geografis yang diberikan oleh Universitas Warmadewa pada tahun 2007, goa ini diperkiraan memiliki panjang sekitar 262 meter dan letaknya sekitar 150 meter diatas permukaan laut. Di dalam goa ini terdapat saluran air, stalagmit, stalagtit, kelelawar dan ular. Ada empat area utama di kawasan goa yang digunakan sebagai area persembahyangan utama. Yang pertama letaknya di depan goa dan tiga lainnya ada di dalam Goa. Sebelum tahun 1990, goa ini hanya digunakan sebagai tempat wisata bagi wisatawan lokal (khususnya pada hari Galungan dan Kuningan). Selain itu, air di dalam Goa digunakan sebagai air suci untuk upacara.
Satu fakta unik tentang Goa ini adalah jalur masukknya sangat kecil. Jalurnya hanya sebesar ember. Bahkan orang dewasa rasanya tak akan mampu masuk ke dalam. Namun, hanya kelihatannya demikian. Saat anda mencoba masuk, maka anda akan dapat melaluinya tanpa mendapat hambatan yang berarti. Terlebih lagi, orang-orang akan terkesima saat masuk ke dalam dan melihat ruangan di dalam goa yang begitu luas dan besar sehingga mampu memuat sekitar 5000 orang.
Pura ini juga memiliki hubungan erat dengan dua pura lain yang juga termasuk pura terbesar di Pulau Nusa Penida. Saat upacara besar berlangsung pada bulan ke sepuluh (berdasarkan perhitungan Kalender Bali) tiap tahun, Upacara Besar juga dilaksanakan di Pura Puncak Mundi dan Pura Dalem Ped. Sehingga, saat orang-orang berkunjung ke Nusa Penida untuk tujuan sembahyang, tiga Pura di atas akan menjadi tujuan utama mereka. Namun, orang-orang biasanya cenderung menginap di Pura Dalem Ped karena hawanya lebih hangat dan fasilitasnya lebih lengkap. Kondisi Goa ini jauh lebih baik dibandingkan di tahun 1990. Di masa lalu, goa ini nampak lebih gelap, dingin dan menakutkan. Namun, sekarang goa ini nampak lebih terang dan terawat dengan baik.
TAHAPAN PERSEMBAHYANGAN DI PURA GOA GIRI PUTRI
Setelah melewati pintu goa yang sempit, pemedek akan merasakan vibrasi yang luar biasa saat memasuki Pura Khayangan Jagat Goa Giri Putri di Nusa Penida, Klungkung, Bali. Pemedek pun tak hanya sembahyang sekali, tapi enam kali. Energi positif akan dirasakan bagi yang memiliki ilmu kebatinan. Tahapan persembahyangan di Goa Giri Putri dimulai dengan menaiki puluhan anak tangga menuju tempat persembahyangan pertama yakni Pelinggih Ida Hyang Tri Purusa Lan Ganapati, yang merupakan akses satu-satunya untuk memasuki Goa Giri Putri.
Persembahyangan kedua dilaksanakan untuk menghaturkan sembah bhakti di Pelinggih Ida Hyang Wisnu dan Wasuki, serta terdapat pula lingga yoni yang melambangkan stana Dewa Siwa yang letaknya tidak jauh dari pelinggih utama.
Jero Mangku Nyoman Dunia menjelaskan, Dewa Wisnu merupakan Dewa Pemelihara dalam kepercayaan agama Hindu.
Sementara Hyang Naga Basuki salah satu manifestasi Hyang Widhi Wasa dengan sifat penolong, penyelamat, dan pemberkah kemakmuran, diwujudkan dalam bentuk naga bersisik emas berkilauan, penuh pernik mutiara, serta senantiasa berupaya tetap menjaga keseimbangan alam bawah (pertiwi) demi kesejahteraan umat manusia beserta makhluk lainnya. Setelah itu dilanjutkan melakukan prosesi ketiga, keempat, dan kelima yang letaknya tidak jauh dari tempat persembahyangan kedua.
Ketiga tempat tersebut merupakan Linggih Ida Hyang Dewi Gangga (tempat melukat), Ida Hyang Giri Pati, dan Ida Hyang Giri Putri. Pemedek diharuskan untuk melakukan penglukatan terlebih dahulu sebelum melakukan persembahyangan. Penglukatan tersebut dimaksudkan untuk memohon kepada Dewi Gangga agar secara lahir batin terlepas dari hal-hal negatif. Ketiga tempat ini dapat dikatakan terletak dalam satu kompleks, sebab letaknya berdekatan.
Saat melakukan persembahyangan di Pelinggih Ida Hyang Giri Pati tempat duduk yang disediakan berlapis marmer berwarna putih, sebab pada lantai dasarnya berupa kerikil hias yang selalu basah oleh basuhan air dan tirta yang berlimpah dari tetesan goa. Tidak jarang pemedek juga terkena tetesan dari stalagtit yang aktif menetaskan air dari atap goa. Tampak pula tim kebersihan selalu mengepel lantai putih dari kotoran bekas pijakan kaki pemedek.
Usai melaksanan penglukatan dan persembahyangan di Pelinggih Ida Hyang Giri Pati dilanjutkan melakukan persembahyangan di Linggih Ida Hyang Giri Putri yang letaknya dalam ceruk dinding goa. Untuk menuju ke sana para pemedek harus mengantre untuk menaiki anak tangga. Karena tempat sembahyang yang sempit, pemedek yang berada di bawah harus sabar menunggu pemedek di atas selesai sembahyang.
Anak tangga yang dihiasi patung dua naga pada dinding tangga terkesan megah. Permukaan anak tangga yang licin mengharuskan para pemedek lebih berhati-hati melangkah, tak jarang mereka memegang tubuh naga sebagai bantuan berpijak.
Saat melaksanakan persembahyangan di Linggih Ida Hyang Giri Putri para pemedek saling berhimpit untuk mendapatkan tempat duduk, karena memang tempatnya kecil, udara pun terasa pengap, dan mata terasa perih karena asap dupa. Ada tiga kipas angin yang disediakan untuk menghilangkan rasa pengap tersebut.
Menurut Jero Mangku Dunia persembahyangan di Pelinggih Ida Hyang Giri Putri merupakan pelinggih utama dalam rangkaian persembahyangan di Goa Giri Putri. Terdapat dua pelinggih yang terbuat dari batu paras putih khas Nusa Penida, bersisian dengan mata air dari atap goa yang selalu menetes. Ada juga tempat untuk bersemadi (bertapa) yang berada agak menjorok kedalam sekitar tujuh meter dari pelinggih. Tempat payogan ini dipercaya adalah tempat peraduan Hyang Giri Putri dengan Hyang Giri Pati.
“Air suci atau tirta yang berada di dekat Pelinggih Ida Gyang Giri Putri ini rasanya benar-banar tawar. Inilah tirta yang diyakini memiliki kekuatan. Ada juga tempat untuk bersemadi di sana. Beberapa bulan yang lalu ada yang bersemadi selama 42 hari. Tapi siangnya dia keluar, dia hanya bertapa pada malam hari untuk mendapatkan ketenangan lahir dan batin,” ungkap Jero Mangku Dunia.
Terakhir persembahyangan dilakukan di Pelinggih Ida Hyang Siwa Amerta, Rambut Sedana, Melanting, Ratu Syahbandar, Dewi Kwan Im, Dewa Langit, dan Dewa Bumi. Tempat sembahyang ini dihiasi oleh ornamen yang berwarna merah, seperti naga dari kertas merah, lampion merah, terdapat juga patung dewa-dewi khas China.
Jero Mangku Dunia menceritakan, semua dewa yang melinggih di tempat persembahyangan terakhir, merupakan Dewa Pemurah, Pengasih, Penyayang, Penolong, Kebijaksanaan, serta Dewa-dewi Kemakmuran. Secara Umum ini merupakan konsep Siwa-Budha sebagaimana halnya yang biasa ditemukan di pura besar di Bali. Biasanya banyak yang datang membawa pejati untuk memohon agar usahanya lancar.
“Di sini bisa dikatakan meminta SIM untuk berdagang karena banyak juga yang menghaturkan pejati memohon agar usahanya lancar,” jelasnya sembari tertawa.
Secara garis besar, rentetan persembahyangan di Khayangan Jagat Pura Goa Giri Putri untuk memohon ketenangan dalam diri, serta melatih kesabaran, keuletan, dan kegigihan menghadapi berbagai halangan dalam hidup ini.
Semua itu tertuang saat mengantre di pintu masuk goa, merasakan pengapnya udara di dalam goa, udara panas, saling berdesakan satu sama lain, dan akhirnya melihat sinar matahari dari pintu keluar. Setelah melewati itu semua akan dirasakan kenyamanan dan kehangatan dalam diri.
Jero Mangku Dunia menjelaskan di goa tersebut terdapat getaran-getaran atau vibrasi energi positif yang dirasakan bagi yang memiliki ilmu kebatinan. Hal inilah yang menjadi daya tarik tersendiri bagi umat untuk selalu datang ke Pura Goa Giri Putri yang melakukan pujawali pada Purnama Kelima (satu tahun sekali).
Dalam mengenali vibrasi tersebut umat juga menyadari akan kekuatan yang ada di luar kekuatan dirinya sehingga terjadi perenungan yang berbuah introspeksi diri untuk melangkah ke jalan yang lebih baik.
Tahapan Persembahyangan di Pura Khayangan Jagat Goa Giri Putri
1. Linggih Ida Hyang Tri Purusan dan Ganapati
2. Linggih Ida Hyang Wisnu dan Wasuki
3. Linggih Ida Hyang Dewi Gangga (tempat melukat)
4. Linggih Ida Hyang Giri Pati
5. Linggih Ida Hyang Giri Putri
6. Linggih Ida Hyang Siwa Amerta, Rambut Sedana, Ratu Mas Manik Melanting, Ratu Syahbandar, Dewi Kwan Im, Dewa Langit dan Dewa Bumi. |sumber