Informasi

Upacara Ngerujaki, Yadnya Untuk Wanita Yang Sedang Ngidam

Ngerujaki adalah upacara yadnya yang dilaksanakan saat wanita mulai ngidam dan dilaksanakan sebelum tiga bulan usia kehamilan yang bertujuan untuk mengharapkan atau mendoakan kepada Tuhan berserta manifestasinya supaya benih atau janin dalam kandungan kuat atau selamat tidak mengalami keguguran demikian pula kepada ibu yang mengandung janin tersebut. hal itu dipertegas lagi dengan pengunaan banten byakala […]

Dapdap (atau dadap dalam penggunaan upacara yadnya) adalah lambang keseimbangan Tri Hita Karana dan rwa bhineda seperti halnya dalam perlengkapan tepung tawar yang berfungsi sebagai pembersih secara rohani. Dadap disebut juga kayu sakti, hal ini mungkin sekali terkait karena kegunaannya. Sebagai bahan pembuatan Sanggah Turus Lumbung dengan pohon dapdap yang dipercayai sebagai taru sakti carang dapdap cangga tiga sebagai bahan […]

Bhadawang (Badawang Nala; Bhedawangnala; Bedawang Nala) adalah simbol gerak dinamis kehidupan di bumi yang dijadikan dasar fungsi dan motif hias pada padmasana, seekor kurma yaitu kura – kura besar yang dililit oleh naga, dan juga disebutkan sebagai dasar wadah ataupun bade petulangan pada saat upacara ngaben. Dalam sebuah sejarah babad bali pada Jaman Bahari di […]

Mendem atau Mulang Pedagingan adalah upacara yadnya untuk memfungsikan dan menghidupkan bangunan atau pelinggih – pelinggih suci pada sebuah pura yang merupakan upacara inti dari Ngenteg Linggih sebagaimana disebutkan dalam kutipan teks darmawacana  ngenteg linggih oleh Bpk. I Made Titib yang dijelaskan upacara mendem pedagingan ini dilaksanakan setelah upacara pamelaspasan dan suddha bhumi akan dilaksanakan upacara mendem […]

Ungkapan ‘amor ring acintya’, dalam masyarakat bali sekarang, umumnya dirasa hanya sebatas slogan, yang sesungguhnya sangat sarat makna. Jika disertai dengan pemahaman yang baik, siapapun yang mendengar ungkapan tersebut jiwa dan pikirannya pasti tergetar. Dumugi amor ring acintya artinya semoga bersatu dalam kedewataan tertinggi (acintya). Ungkapan ini diucapkan ketika ada seseorang meninggal dunia di bali. Dumugi berarti semoga. Amor berarti […]

Orang tua selalu mengatakan, jangan mengobral pembicaraan pada saat hari rerainan. Apalagi “Rerahinan Gede”. Lalu jangan sekali-kali berbicara yang cah cauh atau ngawur pada hari rerahinan seperti pemagpag kajeng kliwon, kajeng kliwon atau rerahinan lainnya. Sebab akan menimbulkan sesuatu yang tak baik seperti cekcok, pertengkaran ,dll. Lain cerita lagi, ada seseorang yang memiliki karakter dimana […]

Mebanten Saiban atau Ngejot merupakan suatu tradisi Hindu di Bali yang biasa dilakukan setiap hari setelah selesai memasak di pagi hari. Mesaiban / Mejotan juga disebut dengan Yadnya Sesa, merupakan yadnya yang paling sederhana sebagai realisasi Panca Yadnya yang dilaksana umat Hindu dalam kehidupan sehari-hari. Mesaiban / Mejotan biasanya dilakukan setelah selesai memasak atau sebelum menikmati makanan. Dan sebaiknya memang mesaiban […]

Melukat merupakan bagian dari pelaksaan upacara Manusa Yadnya, yang memiliki tujuan untuk membersihkan dan menyucikan pribadi secara lahir dan batin. Yang dibersihkan ialah hal negatif dan malapetaka yang diperoleh dari dosa-dosa baik berasal dari sisa perbuatan terdahulu atau Sancita Karmaphala maupun dari perbuatan hidup saat ini. Pengertian Melukat Melukat berasal dari kata “lukat” dalam Bahasa Kawi-Bali […]

Daksina merupakan tapakan dari Ida Sang Hyang Widhi Wasa , dalam berbagai manifestasi-Nya dan juga merupakan perwujudan-Nya. Daksina mempunyai beberapa fungsi atau tujuan yaitu sebagai berikut: Permohonan kehadapan Hyang Widhi, Tuhan Yang Maha Esa agar Beliau berkenan melimpahkan wara nugrahaNya sehingga mendapat keselamatan. Sebagai persembahan atau tanda terima kasih yang dalam “Yadnya Patni”, disebutkan daksina selalu menyertai […]

Mengenai bentuk dan fungsi canang menurut pandangan ajaran Agama Hindu di Bali memiliki beberapa bentuk dan fungsi sesuai dengan kegiatan upacara yang dilaksanakan. Canang dapat dikatakan sebagai penjabaran dari bahasa Weda melalui simbol-simbolnya yaitu: Canang yang dialas dengan sebuah ceper, adalah sebagai simbul “Ardha Candra”, sedangkan canang yang dialasi dengan sebuah tamas kecil adalah sebagai […]